LP7

1.7K 131 7
                                    

Warning! ada beberapa kata yang semi-adult. thanks!

play musicnya, lagunya pacar cinta pertama aku

justin bieber - what do you mean

menurut aku lagu ini sih pas. tapi gue skait hati liat videoklipnya!!!

hehehe......

*********************************



Yuki menutup mulutnya ketika beberapa karyawati meliriknya sinis. Ia yang semulanya berdiri karena terkejut langsung duduk lagi.

 Ia berusaha menyembunyikan kepalanya dengan menunduk terus. 

Ia yakin Stefan juga mendengar teriakan kecilnya tadi. Cukup kecil untuk membuat beberapa karyawati meliriknya dengan tatapan membunuh.

 "Please tuhan please, gue mau pindah kantor please" Yuki menepuk-nepuk kepalanya yang masih menunduk penuh. "Tuhan jangan biarin dia tau gue Yuki. Tuhan, semoga dia amnesia. Apa kepalanya kejatuhan batu, atau dia ketabrak dinding terus gegar otak, atau apa aja tuhan. Atau dia ketemu tukang hipnotis terus tukang hipnotisnya ngecuci otaknya dia, atau apa aja tuhan. Selametin gueeee" 

Yuki benar-benar mengutuk dirinya sendiri. Ia terus berdoa hal yang aneh.

"Udah berdoanya?"

Bibir Yuki terhenti, kepalanya terangkat dan menatap lurus ke komputer kerjanya. Ia mengenali suara itu. sejak kapan Stefan sudah berdiri di belakangnya.

"Nona Yuki, saya berbicara dengan anda" Suara Stefan dingin.

Yuki menoleh ke belakang dengan keraguan penuh. Ia menatap Stefan yang sudah berdiri tegap di belakang. Wajahnya yang songong, matanya yang selalu tajam, Yuki merasakan getaran yang sudah lama tidak ia rasakan.Yuki menggeleng kuat, lalu ia coba untuk berdiri.

"Ma-maaf pak, bapak bicara dengan saya.." wajah Yuki selalu melihat kebawah, ia tidak akan bisa menatap lurus ke mata Stefan.

"Kamu ke ruangan saya" ucap Stefan datar lalu memasukin ruangannya.

Yuki menghentakkan kakinya kesal, kenapa harus Stefan. Dia akan rela mendapatkan bos yang sangar, galak, atau apapun. Tapi tidak Stefan. Tidak laki-laki itu. kenapa dia muncul lagi. Seolah kata-katanya 4 tahun lalu itu benar-benar menjadi kenyataan.

Verrel mendekati Yuki, "Ki, lo tau. Semua karyawan ngeliatin elo pas Stefan ngomong sama lo. Dan banyak yang mau neror lo kayaknya." Verrel berusaha berbisik sekecil mungkin.

"Duh gue gapeduli sama mereka, kenapa harus Stefan errr" Yuki meremas rambutnya. Tapi rambutnya tidak berantakan sama sekali. "Gue ngadep dia dulu ya" 

Yuki menepuk bahu Verrel lalu melangkah masuk ke dalam ruangan Stefan setelah sebelumnya mengetuk pintu yang bertuliskan "Direktur"

Stefan duduk di sofa. Ruangannya lebih besar dari kelihatannya. Terdapat lemari buku, sofa selebar 4 kaki berwarna coklat, dan ruangannya begitu luar dan terang karena mempunyai jendela besar di belakang kursi kerjanya. Yuki berdiri di depan Stefan, jarinya tidak bisa berhenti bergerak, rambut panjangnya menggulung di bagian ujungnya sejajar dengan pinggang Yuki. 

Gadis itu terus menunduk, terserah dan persetan dengan tatapan Stefan.

Yuki terkejut ketika mendengar suara kaki Stefan kian mendekat, dia terus menunduk dan menutup matanya erat. Ia bisa merasakan aroma tubuh Stefan sekarang. Itu tandanya Stefan sudah sangat dekat.

"Nona Yuki" Panggil Stefan pelan, tapi terdengar seperti suara yang sangat seksi di telinga Yuki. Yuki meremas-remas tangannya,

 "I-iya pak.." Yuki akan mengubur dirinya selama beratus tahun mulai dari hari ini.

love poisonWhere stories live. Discover now