9. Permen sang pemikat

113 10 0
                                    

"Dasar mulut ga guna, jijik banget gue tadi bilang kyak gitu hiii!" Ucap Rendra bergidik ngeri. Kakinya mulai dilangkahkan menuju kelasnya.

Sesampainya di kelas ia melihat suasana kelasnya sangat sepi tak berpenghuni.

"Lah pada kemana semua orang?"

"Duh iya gue lupa klo sekarang pelajaran olahraga" Ucapnya sembari memukul dahinya.

Kemudian ia berjalan hendak meletakkan tasnya di bangku miliknya. Ia bergegas mengganti bajunya dengan pakaian olahraga. Ini adalah kesempatan untuk mengganti bajunya, karena jika ada seorang wanita yang melihat perut six pack nya dia akan mati seketika di tempat. Setelah selesai berganti pakaian ia melihat sesuatu yang mengejutkan. Betapa terkejutnya Rendra kala melihat seorang gadis yang tengah duduk dibawah bangku milik Nasya sembari memeluk lututnya.

"Lo siluman dari mana?" Tanya Rendra akan tetapi tak ada jawaban dari gadis itu.

"Lo mak lampir apa siluman?" Tanyanya sekali lagi.

"Gu..gue Nasya Ren" Ucap Nasya dengan raut wajah yang pucat.

"Eh kenapa lu Sya?" Tanya Rendra sedikit khawatir.

"Kepala gue pusing banget nih" Sembari beranjak dari duduknya dan berjalan melewati Rendra begitu saja.

"Mau kemana awas pingsan" Ucap Rendra sembari memegang lengan tangan Nasya.

"Lepasin jangan sampe elo yang bikin gue pingsan" Dengan menepis kasar tangan Rendra.

"Udah gausah keras kepala ini menyangkut nyawa lo, gue anterin lo ke UKS klo lo tetep mau ke lapangan ntar lo mati"

"Ngaco lo, emang lo siapa enak aja mau nganterin gue?" Jawab Nasya.

"Gue sebagai musuh lo ga mau lo sakit karena nanti klo lo sakit siapa ntar yang bakal gue jailin?"

"Bacod lu"

"Gue bunuh klo lo ga ikut" Ancam Rendra. Bukan karena takut Nasya menuruti kemauan Rendra, akan tetapi sekarang kepalanya bagaikan dihantam palu beribu-ribu kali. Nasya berjalan di depan Rendra dengan tertatih-tatih.

"Lo yakin bisa jalan?" Tanya Rendra.

"Yakin lah, orang kaki gue masih ada kok" Jawab Nasya. Tiba-tiba semua pandangannya nampak kabur matanya kini akan menutup tubuhnya pun akan tumbang.

"Nah kan apa gue bilang" Ucap Rendra dengan menahan tubuh Nasya yang hampir tersungkur ke lantai. "Meskipun lo masih punya kaki tapi keseimbangan lo ga ada ya percuma, ngeselin banget sih lo jadi makhluk?! persis kayak rumus matematika" Ucap Rendra dengan memukul bahu Nasya.

"Jangan samain gue sama rumus-rumus lo itu ntar gue tambah pusing" Ucap Nasya seraya memijat dahinya. Rendra berjalan sembari membopong Nasya menuju UKS.

Setelah bermenit-menit mereka berdua berjalan akhirnya sampai juga di depan pintu UKS. Anehnya di UKS ini tidak ada siapapun kecuali mereka berdua.

"Loh Sya, disini ga ada guru kesehatan atau apa lah?" Tanya Rendra.

"Ada tapi ga selalu ada disini, mungkin lagi tidur di ruangan sebelah" Jawab Nasya seraya menutup matanya. Rendra beranjak dari tempat duduknya menuju kotak obat untuk mencarikan Nasya obat pereda pusing.

"Sya, minum ini dulu gih" Ucap Rendra.

"Gamau gue benci obat" Seraya menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"BUKA!" Sembari berusaha melepaskan kedua telapak tangan yang menutup mulut Nasya.

"Ih gamau, emangnya lo siapa sih berani-beraninya ngatur idup gua? jangan-jangan lo modus ya?" Ucap Nasya membentak.

Between Mathematics and Biology Where stories live. Discover now