14. Lies

133 7 0
                                    

" Huwaaaaaaaaa Rendraaaaaaaaaa" Teriak Nasya diatas pohon.

" Ebuset ngapain lo disana, Sya?!!"

" Nanyanya ntar aja dong bntuin gue turun" Ucap Nasya dengan rengekan yang katanya imut itu.

" Ogah, minta tolong sama samping loo itu" Rendra tetap saja asyik ber-mesraan dengan ikan-ikan kecilnya.

" Ren, please jangan becanda disaat kek gini" Air mata setetes demi setetes mulai membasahi pipi Nasya. Rendra diam tak bergeming.

" REN-- " Teriakan Nasya terputus. Dunia serasa berputar, perut seperti akan mengeluarkan sesuatu, titik-titik kecil ada dimana-mana. Gadis ini merasakan itu. Tubuh mungilnya tumbang.

Rendra yang melihat kejadian itu terkejut sekaligus khawatir. " SYAAAAA " Rendra langsung mencoba menangkap tubuh Nasya dari atas. Untung saja Rendra berhasil menangkap tubuh nya.

Jantung nya berdegup kencang kala melihat tubuh gadis yang tergulai lemas di dalam gendongannya. Hatinya serasa dilanda badai. Di sisi lain ia tak tahu kenapa ia harus melakukan ini? Tapi di sisi lain ia merasa ini adalah hal yang harus ia lakukan.

Rendra bingung akan melakukan apa untuk Nasya, ia sangat merasa bersalah atas kejadian yang terjadi sekarang ini.

"Ribet, ribet, ribettttttttttttt..... Kenapa gini sih?!..... Klo gini gu.....gue harus GIMANAAAAAA.... Duhhh ribetttt"

'dih goblok deh' Rendra bangkit dari jongkoknya ia berusaha agar Nasya cepat sadar dari tidur sementara nya.

Ia merogoh-rogoh isi tas nya, isi lemarinya untuk menemukan sesuatu yang bisa menyelesaikan segalanya.  Seluruh ruangan rumah pohonnya sekarang sudah berantakan karena benda yang di cari Rendra. "Dimana sih lu?!" Ia terus mencari nya. Semua barang-barangnya ia jatuhkan. "Aduh...... Dimanaaaaaa?!"

Dan akhirnya ia menyadari kebodohannya, ternyata selama ini minyak itu ada di dalam saku celananya. "Fiuh..... Akhirnya nemu... Rebahan dulu ah" Tubuh Rendra menggeliat-geliat diatas kasurnya. Begitu nyaman hingga ia hampir tertidur.

Ia tersentak kala mengingat sesuatu "Astaga anak orang gue tinggal". Rendra beranjak dari zona nyamannya Dan segera menghampiri Nasya yang tengah terbaring lemas di atas rerumputan segar.

Rendra membiarkan hidung Nasya menghirup segarnya aroma minyak itu. Tapi anehnya, tidak ada reaksi apapun dari Nasya. Rendra semakin bingung. Rendra melihat di iklan TV jika sudah menghirup aroma minyak ini, seseorang akan segera siuman, akan tetapi ini tidak terjadi pada Nasya.

"Ck, ini yang nyebelin iklannya atau lu sih, Sya?!"

Rendra melihat suatu kejanggalan pada Nasya, ia meneliti kembali. Tampak sebelah mata Nasya terbuka sedikit, lalu menutup lagi kala mata mereka bertemu. Hm.

'Hm, ngajak gelud ya' Rendra menciptakan senyum jahat di wajahnya.

"Aduhh, kenapa masih ga sadar sih..... Atau gue kasih nafas buatan?...... Tapi bntar...." Rendra meninggalkan Nasya lagi di bawah terik matahari yang sudah siap menampakkan diri.

'Eh, apa katanya?!, Nafas buatan?!'  Ia membuka sedikit kedua matanya. Ternyata Rendra tidak ada di sampingnya. Tak lama kemudian suara hentakkan dari kaki Rendra terdengar, Ia segera menutup kembali kedua matanya untuk melanjutkan akting nya.

"EHEHEHEHE" Rendra tertawa jahat dengan volume tawa yang kecil.

***
Brak!

Pemilik meja terkejut karena tiba-tiba seseorang datang membawa masalah. Ia bingung sekaligus kesal, mengapa orang ini tiba-tiba marah kepadanya. Segelas air minum ia guyurkan ke badan pembawa masalah itu.

Between Mathematics and Biology Where stories live. Discover now