13. Pagi datang

150 8 0
                                    

Helai demi helai dari rambutnya memenuhi wajahnya. Matanya masih enggan untuk terbuka. Mulutnya sedikit terbuka dan mengeluarkan suara dengkuran yang sedikit keras. Sinar mentari pagi menyinari wajahnya. Akan tetapi matanya masih ingin tetap tertutup.

Sebuah alarm dari ponselnya berbunyi dan berhasil membuat matanya terbuka sempurna..

"Dasar ponsel ga guna!" Cetus Nasya. Dia mengucek-ucek matanya. Ia melihat ke-sekeliling ruangan yang ia tempati. Dinding berlapis kertas emas, bungkus snack dimana-mana. Ini semua adalah tempat yang sama seperti semalam. Nasya terkejut. Mengapa ia masih disini bahkan tidur disini. Akan tetapi ia heran jika ia masih disini dia dimana. Orang itu tentu tak melakukan apa-apa kan padanya?.

Nasya menuju keluar ruangan. Pagi yang sungguh indah. Embun pagi yang ia hirup, sangat segar di dalam hidung. Burung-burung berkicauan di langit yang biru. Rumput-rumput bergoyang kesana-kemari menari dengan angin. Ada satu hal lagi yang Nasya suka. Sebuah sungai kecil dengan air yang jernih. Dan disana juga ada seseorang.

"Ren? Lo kok disini?!" Tanya Nasya.

"Seharusnya yang nanya itu gue bukan lo!" Jawab Rendra sembari asyik memberi makan ikan-ikan yang sedang berenang ria di air.

"Makan yang lahap anak-anakku" Ucap Rendra.

"Sinting lo!" Nasya menghentikan ucapannya sebentar. "Kok gue bisa ketiduran disini sih Ren?"

"Tanya aja sama mata lo!"

"Ihh gue serius, Rendraaaa"

Flashback mode on

Rendra mengetikkan suatu kalimat di Microsoft word. Setelah ia lelah ia hendak meletakkan kepalanya di meja tempat ia bekerja. Ia telah meletakkan kepalanya sembari menutup matanya.

Karena mendengar bunyi dengkuran ia membuka matanya. Rendra tak sadar bahwa disampingnya sekarang ada Nasya yang sedang tertidur dengan lelap.

"Cewek stres malah tidur! Kerja kelompok macem apaan!" Gumam Rendra.

" Bangun jelek, tidur jelek, idup jelek, kapan cantiknya sih?! Matinya kali ya cantik"

"Apa gue coreti aja ya mukanya"  Rendra mengurungkan niatnya dan ia mulai menggendong Nasya.

"Astaga, apaan nih? berat banget!"

"Dah gitu ceritanya, sumpah gue ga ngapa-ngapain lo, sempet sih gu----"

"SEMPET APAAN NJIR!"

"Sempet itu"

"Apaan?!"

"Itu"

"Apa kamprettt!!!"

"Nyoretin muka lo lah!"

"Gue kira apaan?!"

"Omegat, klo gue tidur sini, berarti ga ada yang nempatin kamar gue dan artinya kamar gue kosong, klo kamar gue kosong berarti ga ada gue, klo ga ada gue ntar mama gue marah, arghhh mati gue matiiiiii, kenapa lo ga bangunin gue sih, Ren?!"

"La, Bodo"

"Ihh lo kok?"

"Apa?!"

"Ini antara idup dan mati gue, Ren!!!!!!!" Teriak Nasya. "Gmna ntar klo gue dimarahi, diomeli, dibunuh sama keluarga gue, gmna, gmna, gmna?!?!?!, Pokoknya ini semua gara----"

"Ssstt, dasar mulut mercon diem dong!!!!?" Ucap Rendra sembari menutup mulut Nasya dengan telapak tangannya. "Gue itu udahh..."

"UDAH APA"

Between Mathematics and Biology Where stories live. Discover now