15. A something new

152 8 3
                                    

Deg

Deg

Deg!

Jantungnya berdegup kencang setelah berlari berpuluh-puluh meter demi menyelamatkan nyawanya dari seseorang yang telah gila karena kegilaan yang telah di buatnya. Ia jongkok sebentar untuk mengontrol nafasnya, akan tetapi, itu tidak berhasil.

"Arghh, sebenernya gue kecapekan atau lagi jatuh cinta sih?! Atau....... gue masih hidup? Hehe, Akhhhh.... jantung sialan ga berenti-berenti dari tadi!"

Rendra berbaring diatas rerumputan, kedua manik matanya menatap birunya langit yang tengah di kelilingi oleh koloni awan putih seperti roti. Sungguh enak di pandang, meskipun silau, tapi itu menenangkan. Jantung Rendra pun ikut tenang melihat indahnya langit pagi yang keindahannya tak bisa diukur dengan apapun.

Rendra tersenyum jahat. "Andai gue bisa terbang, gua mau ambil secuil awan itu terus gue masukin awan itu ke mulut Nasya biar ga pedes-pedes amat klo ngomong!..... Eh balik ah, gue kangen tiba-tiba..... eh, eh lho!" Rendra terkejut saat melihat sesuatu yang telah lama tak muncul di hadapan nya.

Sembari tersenyum miring ia berkata. " Mau apa lo ha?! Kenapa balik lagi?! Bilang aja klo lagi butuh! dulu bilangnya 'Gue bakal pergi selamanya, gue enek liat muka lo' Cih. M e n j i j i k k a n!" Ketus Rendra dengan mengeja kata terakhir. "Nyatanya apaa haa?! Nyatanya apa?!"

Dengan ekspresi lelaki cool ia berkata. "Apa nyatanya? Nyatanya nyegerin? Ohh... Lo lagi latian yaa kek di iklan yang 'Spr*t* nyatanya nyegerin' iya?"

"Gue ga lagi promosi, pulang lo sana! Tempat lo bukan disini?! Gue enek liat muka lo!"

"Yeh.... Baperan amat sih?!.... Cuman gitu doang ngambek" Ia duduk di atas permukaan tanah, di sebelah Rendra.

"Lah, meskipun lo balik ke hadapan gue, ga ada yang butuhin lo disini! Jadi ngapain lo balik ha? Kangen ama kegantengan gue?! Iya ha? Iya? Iya pasti!" Ucap Rendra seenaknya.

"Untung lo emang ganteng, Ren, jadi gapapa deh kepedean.... Gue balik kesini yaa cuma pengen ketemu lo doang, siapa tau lo butuh gue"

Rendra terkejut mendengar perkataan temannya ini. Entah kerasukan apa Rendra tidak tahu. "Gue ga bakal butuh lo, pergi lo sana!"

"Gamau"

"Pergi"

"Gamau"

"Pergiiiiiiiiiiiiiiiiiiii"

"Gamauuuuuuuuu"

Pikiran Rendra kacau karena ulah temannya yang satu ini. Dia adalah teman paling menyebalkan yang pernah Rendra temui, Namun, hubungan mereka begitu baik, sejak dalam kandungan. Yaa benar, sejak dalam kandungan.

***
Pikiran dan kakinya berjalan kesana kemari sembari melipat kedua tangan di dadanya. Tangannya mengepal kuat, siap untuk menghantam wajah menyebalkan dari seseorang yang menyebalkan.

"Mana diaa yaaa? Awas aja ntar klo balik langsung gue abisin smpe mampus, bntar lagi dia ga bakal ngeliat duniaa". Nasya tersenyum jahat kala melihat Rendra yang sedang berjalan dengan santai menuju ke arahnya. " Hehe, bakal mati lo kali ini" Mata Nasya tidak berkedip. Ia melihat disana Rendra sedang marah-marah. Tapi, marah kepada siapa itu yang menjadi misteri.

"Woi, stres?!" Saking terkejut nya, Nasya sampai tak sadar bila kini Rendra telah berada di hadapannya dengan wajah tanpa dosa. Nasya segera menyadarkan dirinya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Eh, Rendra gila, lo tadi lagi marah ke siapa?"

"Peduli amat lo, sama mbak kunti noh" Sebuah cubitan mendarat ke perut sebelah kanan Rendra. Alhasil Rendra pun meringis kesakitan karena cubitan itu.

Between Mathematics and Biology Where stories live. Discover now