Medical Robin Hood -1

9.8K 853 52
                                    

Suara gergaji mesin yang beradu dengan kayu mewarnai pagi Lisa yang cerah, sepertinya Om dan ayahnya sudah memulai aktivitas pagi ini, tanda bahwa Lisa juga harus melangkahkan kaki dari tempat tidur dan melompat dari kasurnya untuk membuka jendela. Cahaya mentari menyorot dengan cukup terik, beruntung jendela kamar Lisa menghadap ke arah matahari di saat pagi, hal itu kadang ia gunakan sebagai alarm kedua jika orang rumah belum memulai aktivitasnya.

"Lis, Lisa!" Suara Ibu Lisa terdengar samar di sela keributan mesin gergaji. Membuat Lisa segera bergegas turun ke lantai satu, tempat di mana ibunya berada.

"Iya Bu?" sahut Lisa sembari menuruni tangga, seraya memerhatikan Om Dimas yang masih berkuat dengan gergaji mesinnya dari kaca rumah. Di pojok rumah terdapat sebuah kayu besar yang akan diolah dan ada beberapa yang sudah mulai terbentuk menjadi potongan-potongan kecil.

Lisa sampai hapal bagaimana proses mengubah kayu-kayu besar itu menjadi sebuh furnitur meski tak pernah membuat dengan tangannya sendiri. Belasan tahun melihat hal yang sama membuatnya cukup memahami pembuatan sebuah furnitur.

Menggergaji adalah tahap awal yang dilakukan. Bongkahan kayu besar yang diubah ke dalam bentuk yang lebih kecil dan tipis. Setelah itu kayu-kayu tersebut dikeringkan dan dibagi berdasarkan kualitas lalu dipotong sesuai dengan pola. Kayu kemudian diserut sehingga menghasilkan permukaan yang lebih halus, para pekerja kemudian membuat lubang perakitan, memastikan semua bagian bisa saling bersatu padu dengan baik, berikutnya pengamplasan hingga halus, dan tahap terakhir yang harus dilalui adalah pengecatan atau pemberian vernis.

Bau yang dihasilkan memang sangat menyengat, namun hidung Lisa sama sekali tidak terganggu dengan hal itu. Bau itu adalah bau penyambung hidup bagi Lisa. Jika ia tidak mencium bau itu lagi, maka indera pembaunya mungkin sudah kehilangan fungsi, atau usaha ayahnya sudah mengalami kebangkrutan. Dan keduanya bukan hal yang baik untuk Lisa. Dengan gaji yang sekarang, ia belum tentu bisa memenuhi biaya kuliah sang adik yang mengikuti jejaknya mengambil jurusan kedokteran.

Di lantai satu ia menemukan adik, kedua sepupu kembarnya, bibi, ibu dan juga neneknya sedang berkumpul di ruang makan. Di tengah-tengah mereka ada nasi goreng dan beberapa telur ceplok yang terhidang di meja. Bau masakan yang lebih mendominasi di ruangan ini membuat perut Lisa bergemuruh kencang.

Lisa kini tinggal bersama keluarga besarnya. Dua tahun yang lalu keluarganya memutuskan pindah ke kota di mana Lisa bekerja dan adiknya menempuh pendidikan, karena rumah mereka di desa harus tergusur akibat pembangunan jalan tol besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintah.

Rumah warisan milik kakek Lisa pun mendapat kompensasi yang cukup besar dari pemerintah. Dengan bermodalkan uang tersebut dan ditambah dengan hasil penjualan furnitur, juga setelah proses diskusi panjang lebar yang cukup alot akhirnya keluarga mereka memutuskan untuk pindah ke kota ini dan merintis usaha mereka kembali dari nol sebagai pengrajin kayu, kebetulan kayu yang biasa digunakan sebagai bahan baku saat di desa dulu dipasok dari daerah ini. Jadi kenapa tidak sekalian saja sambil menyelam minum air pikir keluarga besarnya.

Rumah yang mereka tempati memang tidak seberapa besar jika dihitung dengan sebagian besar areanya yang dipergunakan untuk usaha keluarga. Halaman depan rumah mereka penuh diisi dengan gelondongan kayu besar sebagai bahan baku utama. Sedangkan lantai satu digunakan untuk bengkel dan showroom, dan juga tempat pembuatan produksi furnitur. Hanya ada dapur dan juga ruang makan di lantai satu, sementara semua kamar tidur berada di lantai dua.

"Kak, Kak Lisa nanti masuk malam?" tanya Rose, salah satu sepupu kembar Lisa.

Lisa mengangguk, mengiyakan pertanyaannya dengan sedikit malas. Bukan karena Lisa malas masuk shift malam, hanya saja pembahasan ini akan menjadi panjang jika dibahas di sekitar ibunya.

Medical Robin Hood | Lisa X SehunWhere stories live. Discover now