Medical Robih Hood - 21

1.8K 427 42
                                    

Sehun mengerjapkan mata, pandangannya yang memburam perlahan mulai terfokus kembali. "Dokter Sehun?" Sebuah suara membuat Sehun menoleh, di sampingnya ada perawat ruang rawat inap yang ia tidak tahu namanya, hanya wajahnya saja yang cukup familiar di otaknya.

"Ya?" jawab Sehun pelan dan serak, nyaris tak terdengar.

"Saya akan panggil dokter Eko dulu dok," balas sang perawat sembari beranjak meninggalkan ruangan.

Sehun mendudukkan tubuhnya secara perlahan dan bersandar ke kepala ranjang. Kepalanya terasa sangat berat dan juga pusing. Ia mencoba meraih sisa-sisa ingatan sebelum kehilangan kesadaran.

Sehun mengumpat pelan, mempertanyakan kebodohan dirinya yang terlihat lemah di depan Lisa. Bisa-bisanya ia pingsan di hadapan Lisa di saat dirinya bersikap sok pahlawan dengan membiarkan Lisa beristirahat dan ia yang menangani sisa pasien sendirian.

Terdengar pintu terbuka. "Sehun? Kamu sudah sadar?" Kemudian suara dokter Eko menyapa indera pendengarannya. Sehun hanya tersenyum dan mengangguk kikuk sebagai balasan.

Dokter Eko mendekat dan menepuk pundak Sehun. "Mohon maaf gara-gara rumah sakit kami kekurangan tenaga medis, kamu sampai harus forsir diri dan tumbang seperti ini Sehun."

Sehun menggeleng pelan. "Bukan masalah besar, saya senang bisa membantu," balasnya parau.

"Lisa sudah berbicara dengan saya mengenai pemotongan masa pengabdian kamu." Sehun menyimak setiap kata yang keluar dari bibir dokter Eko dalam diam. "Saya rasa itu keputusan yang cukup baik dan bijak setelah melihat semua kerja keras kamu selama ini."

"Mulai sekarang kamu dibebas tugaskan dari rumah sakit ini Oh Sehun," putus dokter Eko.

Sehun merasa gamang, sejujurnya ia merasa lega karena jam tidurnya tak akan lagi terganggu. Tapi mengapa ia tidak merasa bahagia seperti yang ia ekspektasikan sebelumnya?

"Terima kasih dokter Eko." Pada akhirnya hanya kalimat itu lah yang dapat ia sampaikan. "Sekaran saya izin untuk beristirahat di rumah."

***

Sorn sedang menunggu di depan rumah sakit, ia mulai kesal karena beberapa taksi online menolak pesanan mereka karena mereka membawa jumlah barang yang cukup banyak. Setelah kecelakaan semalam mobil suaminya dibawa ke bengkel untuk memastikan kondisinya baik dan aman untuk digunakan pulang kembali ke kampung halaman mereka.

"Gimana Pa?" tanya Sorn yang mulai lelah, hampir dua puluh menit mereka menunggu namun tidak ada satu pengemudi pun yang menerima pesanan mereka.

"Di-cancel karena mereka nggak mau bawa lebih dari empat orang."

"Tapi kan Adrian masih kecil Pa, bisa dipangku, kok dihitung sih?" sungut Sorn kesal. Anak pertamanya hanya berusia tiga tahun, kenapa masih dihitung sebagai penumpang dewasa.

"Kita cari taksi konvensional aja, bawaan kita juga cukup banyak soalnya." Deka memilih untuk tak ambil pusing dan mencari solusi lain.

Sorn mengangguk mengiyakan usulan suaminya. "Dari tadi sih aku belum lihat taksi lewat Pa. Tapi sebentar biar aku coba tanya ke satpam dulu," ujarnya sambil beranjak menghampiri satpam yang sedang membantu memberikan petunjuk arah kepada pasien yang baru saja datang.

"Pak, kok nggak ada taksi lewat-lewat ya dari tadi?" tanya Sorn setelah sang satpam selesai memberi arahan pada pasien yang baru saja datang.

"Jam segini memang jarang taksi lewat, Bu. Kalau pun ada agak jauh ke jalan utama provinsi sana," jelasnya sambil menunjuk ke utara rumah sakit.

Sorn menghela napas panjang dan menoleh ke arah sang suami yang memperhatikan percakapannya dengan satpam tadi. "Gimana ini Pa? Apa kita minta tolong Lisa aja?"

Medical Robin Hood | Lisa X SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang