Medical Robin Hood - 11

1.8K 445 32
                                    

Dokter Eko hari ini tidak dapat melakukan putaran bangsal, yaitu proses pengecekan kemajuan kondisi para pasien yang berada dalam ruang rawat inap karena anaknya terlibat sebuah kecelakaan. Ia harus buru-buru pergi ke rumah sakit dekat lokasi kejadian tempat sang anak dievakuasi.

Pekerjaan yang cukup berat bagi Lisa karena rumah sakit dalam situasi penuh saat ini, semua ranjang perawatan terisi oleh pasien, dan ia tidak banyak mengetahui mengenai pasien-pasien tersebut hingga ia harus mengecek rekam medis mereka satu persatu agar dapat memantau kondisi semuanya secara kontinyu. Dan untuk IGD malam ini Lisa menyerahkan sepenuhnya pada Oh Sehun.

Lisa telah menyusuri ruangan kelas 3, kelas 2 dan kelas 1, selanjutnya adalah ruangan VIP. Namun alih-alih melihat sang pasien, betapa terkejutnya Lisa saat menemukan Oh Sehun yang di ruang VIP sedang tertidur pulas.

"Lo ngapain di sini?! Pasiennya mana?" tanya Lisa sembari membuka horden lebar-lebar, lalu ia mengecek ke seluruh ruangan sampai ke kamar mandi di dalam ruang perawatan, namun nihil. Lisa tidak menemukannya.

Sehun mengucek mata, terganggu dengan suara berisik Lisa. "Gue rujuk barusan ke rumah sakit gue," jawab Sehun sambil menguap, membuat Lisa terperanjat.

"Lo udah gila ya?!" pekik Lisa spontan.

"Gila gimana? Bagus malah dia gue pindahin ke sana."

"Itu kan pasien dokter Eko! Lo nggak bisa seenaknya gitu rujuk-rujuk!" Nada suara Lisa mulai meninggi, kesal dengan tingkah seenaknya Sehun.

"Gue yang kemarin masukin dia ke kamar perawatan, dia bisa nempatin ruang VIP juga karena gue yang suruh!"

"Itu bukan sebuah alasan yang membenarkan lo untuk berbuat demikian! Lo gabisa melangkahi dokter Eko selaku dokter penanggung jawab pasien itu dalam proses rujukan. Kita punya regulasi di sini Oh Sehun."

"Rumah sakit ini penuh, nggak ada lagi tempat buat gue tidur makanya gue rujuk. Lagian pasiennya malah seneng kok dipindahin ke rumah sakit yang fasilitasnya jauh lebih oke, gratis pula. Kenapa jadi lo yang bermasalah?"

Lisa menganga, tak percaya dengan alasan remeh yang Sehun lontarkan. "Lo tuh bener-bener ya!"

Pintu ruang VIP diketuk, menghentikan sementara perdebatan keduanya. Di depan pintu seorang perawat sedang berdiri, terlihat kebingungan. "Anu dok..."

"Ada apa?" sahut Lisa dan Sehun bersamaan.

"Dokter Sehun maksud saya," jawab perawat itu dengan kikuk.

Wajah Lisa bertambah muram, sementara Sehun hanya memasang ekspresi congaknya, merasa menang karena kali ini dialah yang dibutuhkan oleh sang perawat, bukan Lisa.

"Ada apa?" ulang Sehun.

"Begini dok⸺"

Belum sempat sang perawat menyelesaikan kalimatnya, seorang ibu masuk ke dalam ruangan dan duduk bersimpuh di hadapan Lisa dan Sehun.

"Tolong dok, tolong anak saya..." ujarnya sambil terisak.

Sehun dengan sigap menghampiri sang ibu dan membantunya untuk berdiri, namun ibu tersebut tidak mau, ia malah bersujud di kaki Sehun.

"Tolong anak saya dokter, saya mohon..."

Lisa tercenung, tak mengerti dengan situasi di hadapannya sekarang.

"Sudah ada ruangan kosong atau belum?" tanya Sehun kepada sang perawat sambil masih terus berusaha membuat sang ibu berdiri.

Sang perawat menggeleng. "Saat ini satu-satunya ruangan kosong hanyalah kamar VIP ini dok. Kami masih menanti dokter Lisa menyelesaikan perputaran bangsal untuk memastikannya."

"Tidak ada pasien yang akan pulang malam ini," sahut Lisa.

"Pasien satunya sudah melakukan pembayaran awal untuk kamar VIP ini," jelas perawat lebih jauh.

Lisa memperhatikan dalam diam, mencoba mencerna kalimat yang diutarakan perawat. Melihat situasinya, sepertinya ada dua pasien yang membutuhkan kamar secara bersamaan saat ini.

"Dokter, tolong anak saya, kami yang sampai lebih dulu, suami saya masih mencari pinjaman untuk membayar uang muka kamar ini. Saya mohon dengan sangat dokter, tolong biarkan anak saya dirawat di sini." Ibu itu kembali bersimpuh, kedua tangannya ia satukan di depan dada, memohon dengan sangat memelas.

Perasaan Lisa tersayat perih melihat bagaimana air mata sang ibu menetes deras. Rasanya ia ingin melakukan sesuatu, tapi masalah ini di luar kuasanya. Paling-paling Lisa hanya bisa merekomendasikan pasien tersebut ke rumah sakit lain.

"Tolong anak saya dokter," ucap sang ibu sambil terisak.

"Doyoung, apa ambulans untuk pasien sebelumnya sudah kembali?"

"Baru saja sampai dok, saya melihat ambulansnya diparkir saat saya menuju ke sini."

"Tolong bawa anak ibu ini ke cabang Royal Raffles terdekat, dan minta dokter penanggung jawab yang sedang berjaga di sana untuk menghubungi saya."

"Dokter, apa tidak di sini saja anak saya dirawatnya? Saya tidak punya biaya lagi jika anak saya harus dirawat di rumah sakit mahal dokter."

"Tidak perlu khawatir, biaya perawatan anak ibu akan dibebaskan,"

"Gratis dok? Semuanya?!"

Oh Sehun mengangguk seraya melukiskan senyum.

"Terima kasih dokter! Terima kasih." Si Ibu berteriak histeris dan kembali bersujud di kaki Sehun.

Sehun mengangkat tubuh sang Ibu dan menggenggam tangannya. "Tidak perlu seperti ini Ibu. Sekarang ibu persiapkan diri dan anak ibu untuk pindah rumah sakit ya?"

Si ibu mengangguk dengan semangat, air mata haru meluncur di pipinya. Lisa bisa melihat pancaran kelegaan sekaligus kebahagiaan dari sorot matanya, sangat jauh berbeda saat ia pertama kali memasuki ruangan. Setelah mengucapkan terima kasih berkali-kali, sang ibu pun pergi.

"Bagaimana dengan pasien satunya dok?" tanya Doyoung.

"Rujuk juga, lakukan hal yang sama."

Doyoung mengangguk, ia segera pergi untuk melakukan tindakan yang diperlukan. Menyisakan Lisa dan Sehun dalam atmosfer ketegangan yang belum berakhir.

"Kenapa lo rujuk semua pasien?"

"Kenapa enggak?"

"Tapi kan⸺"

"Dengan kondisi kayak gitu lo masih mikir soal regulasi? Jangan bercanda Prapinya."

Lisa tercenung. Ia kesal karena Oh Sehun bisa bertindak sepahlawan itu tanpa berpikir panjang. Di satu sisi Lisa mengapresiasi ketanggapan dan keberanian Sehun dalam mengambil sebuah keputusan. Selain menggunakan kekuasaan dan hartanya untuk menutupi semua kesalahannya, ternyata ia juga menggunakannya untuk kebaikan.

"Bukan itu."

"Lantas?"

"Kenapa lo berpikir untuk merujuk dan membebaskan biaya perawatan keduanya."

"Pertama, mereka membutuhkan itu. Kedua, gue membutuhkan kamar ini."

Lisa mengambil nafas panjang, memijat keningnya yang pening karena kelakuan Sehun.

"Lis, nggak semua hal harus sesuai dengan regulasi, kalau sampai nyawa pasien terancam hanya karena sebuah proses regulasi tersebut, apa layak tempat ini disebut dengan rumah sakit?" ucap Sehun, kali ini dengan serius.

Lisa menelan ludah gugup, ia masih tak terbiasa melihat sosok Sehun dalam mode seperti ini. Seolah segala penilaian yang telah Lisa sematkan padanya luluh tak bersisa.

"Lo punya kepribadian ganda ya?" tanya Lisa heran.

"Setiap manusia punya sisi baik dan buruk, nggak ada yang sepenuhnya baik mau pun buruk. Meski gue banyak melakukan hal buruk, gue harus mengimbanginya juga dengan melakukan sedikit kebaikan."

Medical Robin Hood | Lisa X SehunWhere stories live. Discover now