Bab 2

12.5K 976 4
                                    

Baik, sudah dapat disimpulkan bahwa kini aku berada di tubuh seorang gadis berumur 17 tahun yang koma karena sengaja meminum racun. Lalu gadis yang semalam aku temui adalah gadis ini.

Gadis bernama Liliana Dewi kelas XII SMA, yang tidak dianggap keluarga karena merupakan anak haram dari wanita yang bukan istri sah ayahnya. Ibu kandungnya entah kemana setelah menelantarkannya pada keluarga ayah kandungnya.

Ia tidak disukai oleh keluarganya bahkan ayahnya sendiri. Ia sebenarnya bisa saja pergi dari rumah itu, namun ia sadar bahwa hidup perlu uang, makan, rumah, dan lainnya. Jadi mau tidak mau ia harus bertahan di rumah itu walaupun menyakitkan.

Istri sah sang ayah telah lama meninggal. Jadi saat ini ia tinggal bersama ayah serta kakak dan adik tirinya.

Mengapa aku tau semua ini? Tentu saja karena ingatan dari tubuh ini. Dan ada satu fakta lagi yang membuatku terkejut. Sebenarnya dunia ini adalah dunia novel yang aku lupa judulnya. Tentunya akan ada tokoh utama, salah satunya adik tiri gadis ini yang merupakan sang antagonis bernama Rista Ammalia. Dalam novel tokoh Liliana tidak dijelaskan banyak, namun aku ingat tokoh ini nantinya akan tewas karena bunuh diri.

Aku hanya menghela nafas, sepertinya cukup berat hidup gadis ini. Walaupun sebelumnya umurku 24 tahun dan telah merasakan pahitnya menjadi dewasa, sepertinya belum sebanding dengan rasa sakit gadis ini.

'Baiklah, syukuri apa yang ada hidup adalah anugerah. Apapun itu harus disyukuri, seberat apapun, karena inilah yang terbaik dari Tuhan. '

Aku hanya bisa menyemangati diri sendiri, mau bagaimanapun ini sudah terjadi. Dan mulai sekarang namaku adalah Liliana Dewi.

***

Sejak tiga hari dirumah sakit tidak ada satupun yang menjengukku. Hanya Bi Jum salah satu pembantu dirumahku serta Dokter Romo yang selalu menemaniku dan merawatku, aku bahkan sudah menganggapnya sebagai kakekku sendiri.

'Memang ya keluarga aslinya tidak punya hati, tega sekali pada gadis ini.'

Hari ini hari ke empat aku dirunah sakit. Dokter bilang hari ini aku sudah bisa pulang kerumah. Dengan dibantu seorang perawat aku membereskan beberapa pakaianku.

"Sudah selesai beres-beresnya Nak Lilian? " ucap sebuah suara yang baru saja memasuki ruang. Ternyata itu adalah Dokter Romo yang baru saja selesai operasi.

"Eh dokter? Ini baru saja mau dimasukkan ke tas barang-barangnya. "

"Saya pasti akan rindu Nak Lilian, tapi saya selalu berdoa yang terbaik untuk Nak Lilian. Jangan lupa sering-sering mampir ke sini."

"Hehe, tentu saja nanti Lilian bakal sering mampir kesini. Kan dokter udah Lilian anggap kakek sendiri. " Dokter Romo tersenyum lalu mengelus puncak kepalaku.

"Setelah sampai rumah nanti jangan lupa minum obat dan istirahat. Harus jaga diri dan jaga kesehatan. "

"Siap Dokter" ucapku setelah itu tertawa kecil.

***

Aku sudah berada diparkiran gedung rumah sakit setelah berpamitan dengan Dokter Romo dan beberapa perawat yang pernah merawatku. Kini aku tengah menanti Bi Jum yang akan menjemputku.

Tapi sudah setengah jam aku menunggu ternyata yang dinanti tak kunjung datang. Karena aku tipe orang yang tidak suka menunggu lama, kuputuskan untuk pulang sendiri dengan bekal ingatan yang tidak terlalu jelas mengenai jalan rumah.

Jalan demi jalan aku lewati, ternyata cukup jauh jarak rumah ke rumah sakit.
"Jika seperti ini lebih baik dari tadi pesan ojek online daripada jalan. Aku juga bodoh karena memilih jalan kaki. " Gumamku.

Kuambil ponsel yang berada dalam tasku. Lalu kubuka aplikasi ojek online dan memesannya. Tak lupa juga sekaligus mengirim pesan pada Bi Jum jika aku ingin pulang sendiri, jadi Bi Jum tidak perlu menjemput.

Tak lama tukang ojekpun datang. Sekitar 30 menit perjalanan akhirnya sampai juga dirumah.
"Terima kasih pak. " Ucapku pada pak ojek sembari membayar ongkos.

Kulangkahkan kakiku pada sebuah rumah yang besarnya 3 kali lipat dari rumahku yang dulu. Berbagai pernak pernik ruangan yang menyilaukan mata serta interior modern yang terlihat mewah membuatku melongo. Jiwa miskinku bergetar melihat kemewahan rumah ini.
'Rumah orang kaya ternyata luar biasa. '

Tanpa pikir panjang kulangkahkan kakiku menuju kamarku sesuai ingatan tanpa memedulikan apapun dan siapapun. Saat kubuka kamarku, terlihatlah kamar yang sederhana dan  hampir mirip dengan kamar lamaku.

Karena lelah kuputuskan untuk tidur, lagipula besok aku akan mulai sekolah.

.

.

.

Bersambung...

WHATEVEROù les histoires vivent. Découvrez maintenant