Bab 9

8.7K 867 16
                                    

Saat ini aku sudah sampai dikelas, dengan meja yang bersih tanpa apapun. Aku yakin bahwa jaket entah milik siapa itu sudah diambil. Dan semoga saja yang mengambil memang benar-benar pemilik jaket itu.

Pelajaran pun dimulai setelah guru memasuki kelas. Seperti biasa sebagian besar pelajaran sudah aku kuasai, sehingga aku sedikit santai sembari memikirkan hal yang akan kulakukan ketika liburan karena skors.

Namun saat tengah memikirkannya, aku jadi teringat oleh Dokter Romo. Semenjak pulang dari rumah sakit aku belum mengabarinya kembali.

Kubuka ponsel ku diam-diam dan mengirimkan pesan pada Dokter Romo. Tak lama kemudian pesanku dibalas olehnya, beruntung bahwa hari ini beliau sedang cuti sehingga mungkin aku bisa mengunjunginya. Dokter Romo pun mengirimkan alamat rumahnya kepadaku, bahkan beliau juga berkata bahwa aku bebas untuk kerumahnya.

Setelah berbalas pesan singkat dengannya, aku langsung memandang guru didepan. Takut apabila aku ketahuan membuka ponsel saat pelajaran. Tapi sepertinya aman, aku tidak ketahuan.

***

Bel pulang sekolah telah berdering beberapa menit yang lalu. Dan saat ini aku tengah di halte menunggu bus sembari membuka aplikasi map yang ada di ponselku. Aku sudah memutuskan untuk mengunjungi Dokter Romo di rumahnya.

Tak lama bus pun datang. Seperti biasa bus lumayan ramai karena memang ini waktu untuk pulang sekolah. Tapi jangan harap ada siswa dari sekolah ku didalam bus ini, kebanyakan dari mereka membawa kendaraan pribadi atau dijemput oleh supir mereka.

Setelah beberapa menit aku turun di salah satu halte yang dekat dengan tempat perbelanjaan. Sengaja karena aku ingin membeli sesuatu untuk dibawa kerumah Dokter Romo. Aku tidak nyaman jika datang tanpa membawa apapun.

Aku berjalan dengan melihat kanan kiri apakah ada sesuatu yang sekiranya pantas untuk aku bawa. Hingga pandanganku jatuh pada sebuah toko bunga yang didepannya menampilkan bunga-bunga yang sangat cantik, jadi kuputuskan untuk ke toko tersebut.

"Selamat datang" Ucap sang penjual saat aku memasuki toko tersebut yang kubalas dengan senyuman.

"Ada yang bisa saya bantu? "

"Ah itu, aku mencari hadiah untuk seseorang sebagai tanda terima kasih. Apakah bisa dibuatkan buket bunganya? "

"Tentu, tunggu sebentar ya." Ucapnya kemudian mulai memilih bunga yang cocok.

Sembari menunggu aku melihat-lihat beberapa bunga yang tersusun dengan rapi. Ada banyak sekali warna dan jenis, sungguh indah.

Aku menyukai bunga sama seperti ibuku di kehidupanku sebelumnya. Ibu selalu menanam bunga dihalaman setiap ada bunga yang diinginkannya. Mulai dari bunga mawar, anggrek, melati, bahkan lavender. Aku bahkan ingat, dulu rumah kami merupakan salah satu rumah yang halamannya penuh tumbuhan.

'Bapak dulu juga ikutan menanam pohon jambu didepan rumah, dan juga pohon stroberi yang akhirnya justru mati layu.' Aku tersenyum kecil mengingat kenangan itu.

Tak lama sang penjual pun kembali dengan sebuket bunga yang sangat indah. Aku membayarnya dan mengucapkan terima kasih.

Kembali aku melihat-lihat, berniat mencari sesuatu yang lain yang bisa aku berikan. Bukannya menemukan hadiah untuk Dokter Romo, aku justru malah pergi ke stan takoyaki di pinggir jalan dan memesan satu porsi. Jujur saja dari kejauhan hidangan ini tampak lezat, jadi aku terpanggil untuk membeli dan memakannya.

Saat hendak memasukkan satu takoyaki ke mulutku seseorang menepuk bahuku, refleks aku menoleh. 'Mengapa hari ini orang suka sekali mengangguku saat aku mau makan. '

"Siapa? " Tanyaku padanya.

"Aku yang mengambil tas mu kemarin. " Ucapnya. Dan aku baru ingat, memang benar dia yang mengambil tas ku kemarin.

"Apa yang kau lakukan? " Tanyanya.

'Bukankah sudah terlihat jelas bahwa aku sedang mau makan takoyaki?' batinku.

"Sedang mau makan. " Ucapku kemudian melahap salah satu takoyaki yang sebelumnya sempat tertunda.

Kulihat dia yang juga memesan takoyaki dan dia duduk disebelahku. Aku tidak masalah, karena memang tempatnya terbatas dan tempat duduk disebelahku juga tengah kosong.

"Bukankah rumahmu bukan di daerah ini? " Tanyanya sembari memandangku.

"Kau tau rumahku? "

"Siapa yang tidak tau Rista dan kakak tirinya. " Ujarnya.

"Iya juga, satu sekolah tentu saja tau. " Aku kembali memakan takoyakiku disertai dengan takoyakinya yang telah dihidangkan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku. "

"Hm? Oh! Itu karena aku mau pergi menemui seseorang. Dan ngomong-ngomong aku tidak tau namamu. "

"Pandu Rajaya, kelas XII-1. " Ucapnya sembari memakan makanannya.

Karena makananku sudah habis, aku berniat hendak pergi namun dia mencekal tanganku.

"Ada apa? " Tanyaku padanya.

"Tunggu, aku antar. " Aku hendak memprotes karena dia baru saja makan, namun aku urungkan karena melihat tempat makannya yang sudah bersih.

'Ternyata memang ya, kalau laki-laki itu makannya cepat.' aku kemudian mengangguk mengiyakan, lumayan sekaligus menghemat biaya dan tenaga.

Sebenarnya aku ingin membeli sesuatu lagi, namun karena tidak enak hati dengan Pandu yang mau mengantarku. Jadi memilih untuk membawa buket bunga ini saja.

Aku mengikutinya menuju tempat parkir khusus mobil. Ia menyuruhku naik, awalnya aku bingung ingin naik di kursi depan atau bagian belakang. Namun pada akhirnya aku duduk disebelahnya dikursi depan, karena aku berpikir jika aku duduk di kusi belakang maka dia sama saja seperti supir, maka dari itu.

"Kemana? " Tanyanya.

'Ternyata anak ini irit bicara'  aku menunjukkan aplikasi map yang ada di ponselku dan dia sedikit terkejut.

"Kenapa? "

"Ini rumah kakekku. "

"Huh!? Yang benar saja!? Dokter Romo kakekmu? " Dia mengangguk sebagai jawaban.

'Ternyata dunia ini memang sempit ya. '

.

.

.

Bersambung...

___________________________________________

Halo pembaca semua..

Mohon maaf sekali karena update yang lama dikarenakan suatu hal ╥﹏╥

Tapi TERIMA KASIH untuk pembaca yang sudah mampir ke ceritaku, yang sudah vote, dan comment.

TERIMA KASIHH ♥

~zy

WHATEVERWhere stories live. Discover now