Bab 12

6.8K 702 21
                                    

Seharusnya hari ini agendaku adalah bermain game seharian, namun terpaksa batal karena seseorang. Orang itu adalah Rista.

Jam telah menunjukkan pukul 16.00 saat ini. Sebelumnya saat pulang sekolah aku diberi tahu Bi Jum bahwa Rista tiba-tiba saja langsung menemui ayah dan protes terkait dengan diriku yang menemaninya ke pesta. Tapi sayangnya ayah tetap pada keputusannya.

Dan saat ini Rista sedang berdiri dihadapanku, yang dengan terpaksa aku menghentikan gameku. Dia terlihat cemberut, mungkin kesal dan marah. Aku sempat kerkejut karena dia tiba-tiba saja masuk ke kamarku. 'Anak ini lucu juga kalau cemberut, mirip adik dirumah.'

"Nanti ikut aku ke Mall! " Ucapnya tiba-tiba.

"Huh? "

"Aku tidak mau kau mempermalukanku di pesta dengan pakaianmu yang ala kadarnya. " Lanjutnya setelah itu dia pergi begitu saja dengan diriku yang kebingungan.

'Sungguh hari ini aku heran dengan keluarga ini'

Aku menggelengkan kepala kemudian melanjutkan game ku yang sempat tertunda, namun sayangnya aku lupa mempause gameku dan terpampanglah tulisan game over dilayar ponselku. Spontan saja aku menghela nafas karena harus mengulangi kembali dari awal.

***

Saat ini aku sudah berada di Mall dengan Rista disampingku. Dia menarik tangaku ke sana kemari mencari gaun yang sesuai dengan keinginannya. Aku merasa sangat lelah namun disisi lain aku cukup senang, karena akhirnya Rista tidak memandangku dengan tatapannya yang dulu, bahkan menurutku kami mulai dekat walau hanya sedikit.

"Ini bagus sepertinya. " Gumamnya sembari mencocokkan gaun didepan kaca.

Aku mengambil dress berwarna merah yang ada di tangannya dan menggantinya dengan gaun berwarna baby blue dengan ornamen bunga yang sebelumnya aku ambil.

"Ini lebih cocok untukmu. " Ucapku saat memberikan gaun pilihanku.

"Ternyata seleramu cukup bagus." Responnya, sembari mencocokan gaun yang aku pilih.

'Tentu saja, mana mungkin gadis SMA sepertimu mengenakan gaun untuk dewasa. '

Gaun yang ia pilih sebelumnya merupakan gaun dengan model yang cukup terbuka dan menurutku sangat tidak cocok untuk anak SMA. Lagi pula warna merahnya juga tidak cocok untuk Rista.

Aku kemudian mencari gaun lain untuk diriku sendiri, dan ku temukan sebuah gaun berwarna navy blue yang simpel namun elegan.

"Itu cocok untukmu." Ucap Rista yang secara tiba-tiba sudah ada disampingku tanpa kusadari.

"Baiklah aku ambil ini. " Ucapku, dia hanya mengangguk. Kemudian kami mencari sepatu yang sesuai. Setelah semua sudah didapatkan kami membayarnya di kasir.

Aku cukup kebingungan bagaimana berinteraksi dengan Rista. Mau bagaimanapun hubungan kami bukanlah hubungan yang baik.

"Ingin mencari minum? " Tawarku padanya, dia hanya mengangguk.

"Aku mau greentea." Ucapnya.

Kemudian kamipun membeli greentea untuk Rista dan chocolate milkshake untukku. Kami duduk di salah satu tempat yang disediakan. Kami beristirahat sembari menikmati minuman kami.

"Apa kau sebegitunya membenciku? " Ucapku tanpa sadar begitu saja.

Rista terkejut dengan pertanyaanku, namun dia hanya diam tanpa ada jawaban. Aku menghela nafas panjang.

"Padahal aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan, dan aku tidak bisa memilih oleh siapa aku dilahirkan. " Gumamku pelan.

Suasana menjadi hening, aku maupun Rista sama-sama tidak membuka suara. Masing-masing dari kami sibuk untuk menghabiskan minuman. Hingga seseorang menampakkan diri dihadapan kami.

"Rista dan Liliana? Wah kebetulan sekali kita bertemu. " Ucapnya dengan tersenyum.

Rista yang melihatnya langsung saja menatap tajam kearahnya. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal, sangat jelas terlihat bahwa Rista tidak menyukainya.

"Kebetulan ya. " Jawabku dengan senyuman kepada Citra.

'Kebetulan macam apa ini? Aku sangat malas untuk berurusan dengan drama saat ini. ' batinku yang sudah merasa lelah.

Jika Citra ada disini tentu saja Andra berada tidak jauh darinya. Dan benar saja, tak lama Andra datang dengan membawa dua minuman.

"Citra, ayo mencari tempat duduk. Aku sudah membelikan minuman kesukaanmu. " Ucap Andra dengan nada lembut kepada Citra.

"Oh iya, terima kasih Andra. " Jawab Citra dengan nada ceria.

Ku lirik Rista yang terlihat sedang menahan emosi. Lantas, kutarik tangan nya dengan paksa meninggalkan dua tokok utama tanpa sepatah kata pun.

Kutarik Rista dengan sedikit terburu-buru menuju tempat parkir.

"Kenapa kau menarikku!" Bentaknya padaku.

"Lalu apa? Kau mau menjadi pusat perhatian disana dengan membuat keributan? " Dia hanya diam, aku mengatur nafasku agar tidak ikut terbawa emosi. 'Entah mengapa di tubuh Liliana aku sedikit kesulitan mengendalikan emosiku'

Aku kemudian mengambil ponselku dan menelepon Bi Jum untuk dijemput.
"Tapi dia tunanganku. " Gumamnya yang dapat aku dengar.

"Kalau begitu batalkan pertungannya. "

"Aku tidak mau! " Teriaknya.

"Apa kau mau menikah dengan pria yang tidak mencintaimu, dan akhirnya bisa jadi perceraian? Banyak pria di luar sana yang mungkin lebih tulus dari pada dia. "
Setelah aku berucap, tiba-tiba saja Rista menangis.

"Dia bahkan berani menamparmu dengan keras waktu itu, apakah pria seperti itu mau kau pertahankan? "

Jujur saja aku bingung saat ini, mulutku gatal ingin menceramahinya, tapi aku tidak tega dengannya yang menangis. Kutepuk punggungnya beberapa kali mencoba menenangkannya tanpa berbicara.

Tak lama Pak Joni sopir yang menjemput kami telah tiba, dan kami pun kembali ke rumah dengan Rista yang masih terus menangis.

'Entah bagaimana tanggapan ayah dan Randi nantinya saat sampai rumah dengan Rista yang seperti ini.. Tapi sudahlah aku terlalu lelah. '

.

.

.

Bersambung...

WHATEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang