Bab 3

11.7K 983 16
                                    

Seperti biasa, tubuhku selalu otomatis untuk bangun jam lima pagi. Karena sudah bangun, kuputuskan untuk kedapur. Walaupun aku sekarang adalah Liliana, aku tetaplah aku yang merupakan seorang guru berumur 24 tahun. Dan hari ini aku akan kembali ke sekolah, walaupun sedih rasanya tapi mau bagaimana lagi.

Saat sampai di dapur terlihatlah Bi Jum yang sedang bersiap untuk memasak.
"Pagi bi" sapaku kepada Bi Jum.

"Pagi non, kok sudah bangun? " herannya.

"Hehe iya bi, di rumah sakit sudah biasa bangun jam segini jadi kebiasaan deh. Ngomong-ngomong sini bi, Lilian bantu. "

"Eh jangan non.."

"Udah nggak pa pa bi. " akupun membantu Bi Jum memasak. Sembari memasak kami pun berbincang dan kadang bercanda hingga tertawa.
'Jadi kangen ibu dirumah'

Setelah semua masakan selesai, kuputuskan untuk makan lebih dulu. Sengaja agar tidak perlu makan bersama mereka, rasanya malas menghadapi orang yang tidak memedulikanmu.

Selesai makan aku pamit pada Bi Jum, kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap sekolah.

"Seragam, kaos kaki, tas, ponsel, sepertinya sudah lengkap semua? " Gumamku sembari mengikat rambuku ponytail, lalu memakai bedak sedikit.

Kulihat pantulan diriku dicermin.
"Aku yang sekarang lebih cantik dan imut. Maklum lah kembali jadi remaja. "

"Huft.. Oke semua sudah siap, saatnya kembali ke sekolah. "

Saat keluar kamar, aku berpapasan dengan kakak tiriku dan dia melihatku dengan pandangan tak suka. Aku yang dipandang seperti itu hanya menghela nafas lalu mengabaikannya karena aku ingin berangkat sekolah. Oh iya nama kakaku adalah Randi, umurnya tepaut dua tahun denganku yang sekarang. Sedangkan aku dan Rista memiliki selisih umur satu tahun.

Saat melewati ruang makan lagi-lagi aku ditatap tak suka oleh ayah dan Rista. Aku hanya mengabaikan tatapan itu dan menuju ke ayah. Ku ulurkan tanganku padanya, ia bingung dengan apa yang kulakukan. Kutarik tangannya dan kucium tangannya.

'Sebelum sekolah atau kemanapun alangkah baiknya salam kepada orang tua, agar apa yang dilakukan mendapatkan doa dan berjalan lancar' itulah nasihat bapakku dulu.
'Jadi kangen bapak, semoga bapak ibu sehat dirumah. '

Setelah salam kepada ayah tanpa mengucap kata apapun aku langsung pergi keluar rumah mencari Bi Jum. Aku melihat Bi Jum sedang menyiram tanaman aku langsung menghampiri nya dan mencium tangannya. Bi Jum terlihat terkejut dengan apa yang aku lakukan. Aku hanya tersenyum dan berkata "Lilian berangkat dulu ya Bi Jum, minta doanya biar sekolah Lilian lancar hehe. "

Bi Jum tersenyum lebar kearahku.
"Bibi selalu mendoakan Non Lilian yang terbaik. "

"Lilian pergi dulu Bi. "

Aku pun berjalan menuju arah halte. Jarak sekolah ke rumah cukup jauh sekitar 40 menit jika menggunakan bus umum, dan lebih cepat jika menggunakan kendaraan pribadi.

Liliana menurut ingatanku selalu berangkat sekolah bersama Rista dan Randi. Liliana selalu merengek untuk berangkat bersama jadi karena mereka risih mereka meng iya kan. Liliana adalah tipe anak yang hiperaktif, hiperaktif inilah yang menutupi rasa sakit dihatinya. Sebagian orang menganggap hiperaktif Liliana sebagai caper atau mencari perhatian.

Jujur saja aku juga bingung dengan sifat asli Liliana, tapi karena ini sudah menjadi tubuhku maka aku akan melakukan apa yang biasa ku lakukan. Karena Liliana adalah Liliana dan aku adalah aku walaupun aku berada di tubuh Liliana.

Saat ini aku sudah berada di bus, busnya lumayan ramai tapi tak masalah karena aku sudah terbiasa. Tinggal beberapa meter lagi dan sampailah di depan sekolah.

Menaiki bus umum seperti ini membuatku teringat diriku yang dulu, saat aku menaiki bus umum dan bertemu murid-murid mereka akan menyapaku dengan senyum lebar mereka dan sesekali mengajakku bercanda. 'Jadi kangen'

Setelah sampai di halte dekat sekolah ternyata hanya aku yang turun. Wajarlah karena sekolah ini adalah sekolah swasta elite dimana semua muridnya membawa kendaraan sendiri.

Memasuki gerbang sekolah sudah dapat terlihat bangunan sekolah yang modern dengan fasilitas lengkap dan mewah. Sekolah ini dua kali lebih luas dari sekolah tempatku mengajar dulu.

Aku merasa seperti anak hilang yang berjalan sendirian menuju kelas, masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah. Karena sekolah dimulai pukul 08.00 sedangkan saat ini masih pukul 06.48

Tak apalah berangkat pagi, karena kau bisa tidur, makan, atau bermain game terlebih dahulu sebelum kelas mulai. Oh iya, para tokoh utama mulai dari pemeran utama pria dan wanita tak lupa Rista selaku antagonis mereka sekelas yaitu dikelas XI-5 satu tingkat dibawahku.

Aku memasuki kelas XII-7 , kupikir kelas tidak ada orang ternyata sudah ada satu siswa dipojokan sedang tidur. Baru saja dibahas ternyata sudah ada yang melakukan.

Aku berjalan menuju bangkuku, menaruh tas lalu membuka ponselku memainkan game yang baru saja aku download semalam.

Waktu berlalu, satu persatu siswa ataupun siswi mulai memasuki ruang kelas. Dan saat pertama masuk yang mereka lihat adalah aku, tentu saja dengan pandangan seolah aku ini hama atau makhluk menjijikkan. Tapi beberapa ada juga yang menatapku heran, mungkin mereka berfikir tumben sekali Liliana tidak caper atau hiperaktif.

Walaupun aku fokus kepada ponselku aku tetap bisa melihat mereka dengan ekor mataku. 'Dasar tidak punya sopan santun pada orang yang lebih tua'

Aku mencoba mengabaikan pandangan-pandangan dari mereka hingga bel masuk berdering.

.

.

.

Bersambung....

WHATEVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang