Bab 13

6.4K 675 4
                                    

Semalam setelah aku dan Rista sampai di rumah, Randi membentakku karena melihat Rista menangis. Aku yang sudah lelah saat itu hanya menyuruhnya untuk bertanya sendiri pada Rista dan langsung menuju kamar untuk beristirahat. Lagi pula percuma apabila ku jelaskan, ia pasti tidak akan mendengarkannku.

Dan pagi ini, kami tengah berada di meja makan. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Tidak ada satupun yang membuka suara. Karena tubuhku masih lelah aku segera menyelesaikan makanku.

"Aku selesai. " Ucapku kemudian menaruh piring kedalam wastafel. Aku langsung kembali menuju kamarku.
'Tubuhku sangat tidak nyaman rasanya. Mungkin karena aku terlalu lelah dan banyak pikiran. '

Sesampainya di kamar aku kembali ke tempat tidurku dan berniat tidur, aku ingin menyimpan tenaga ku untuk nanti malam. Karena saat pesta nanti,  pastinya aku harus menyiapkan mental dan juga tenaga.

***

Malam hari telah tiba, dan saat ini aku sudah siap dengan gaun yang telah dibeli kemarin. Tak lupa berdandan sedikit dengan riasan natural. Untuk rambut, ku hias dengan hairclip mutiara. Dan juga aku membawa tas tangan yang senada dengan gaunku.

Aku kemudian menuju ruang tengah, dan ternyata di sana Rista sudah menungguku. Dia terlihat imut dengan gaun serta rambutnya yang dikepang kesamping dengan hiasan berbentuk bunga.

"Ayo berangkat. " Ucapnya seraya menarik tanganku. Kamipun diantar Pak Joni menuju lokasi tempat diadakannya pesta. Ayah dan Randi tidak bisa menghadiri pesta karena sebuah alasan, oleh karena itulah ayah memutuskan untuk aku menemani Rista.

Setelah sampai di tempat tujuan, kami turun dari mobil. Kami memasuki sebuah gedung mewah dengan ornamen didominasi warna putih dan emas.

Ngomong-ngomong soal pesta, selama hidupku aku belum pernah sekalipun  menghadiri pesta. Mungkin yang ku hadiri semacam pertemuan seperti acara  perpisahan dan juga wisuda. Jadi saat ini aku benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Saat memasuki gedung, banyak pasang mata yang heran melihatku berjalan berdua dengan Rista. Mereka pasti sudah paham bahwa kami saudara tiri dengan hubungan yang kurang baik.

Jujur saja aku merasa tidak nyaman dengan semua tatapan itu. Tapi aku mencoba mengabaikannya, hingga aku terkejut ada sebuah tangan yang menggenggam tanganku.

Rista menggenggam tanganku seperti memberi kode untuk mengikutinya.  Akupun mengikuti Rista menuju tokoh utama pesta ini.

"Selamat atas ulang tahun pernikahannya paman dan bibi, semoga kalian bahagia selamanya. Untuk hadiahnya nanti akan dikirimkan. " Ucap Rista kepada orang tua Andra, sedangkan aku yang disampingnya hanya mencoba tersenyum.

"Wah Rista sayang, terima kasih sudah hadir. Nanti bibi akan minta Andra untuk menemanimu. " Ucap ibu Andra dengan ceria.

"Tidak perlu bi, hari ini aku ingin bersama kakak. Kalau begitu kami permisi bibi dan paman" Ucap Rista sembari merangkul lenganku meninggalkan keduanya.

'Huh?' aku yang kebingungan hanya bisa mengikuti Rista yang menarik tanganku.

Sebelum kami pergi, aku sempat melirik orang tua Andra dan mereka hanya bisa tersenyum masam.

Rista menarikku menuju meja dan kursi di bagian ujung, dan kami duduk disana.

'Rista memanggilku kakak.' batinku merasa terharu. Mengingat sebuah kata yang ia lontarkan tadi membuat rongga dadaku terasa hangat.

"Terima kasih. " Ucapku tanpa sadar kepadanya. Rista yang mendengar ucapan tiba-tiba dariku menunjukkan raut wajah bingung.

"Terima kasih untuk kata yang kau ucapkan tadi." Lanjutku sembari tersenyum kepadanya.

"Memangnya apa? " Rista yang masih kebingungan membuatku terkekeh pelan.

"Bukan apa-apa." Jawabku.

Sesaat setelah Rista memanggilku kakak, aku jadi teringat oleh adikku dikehidupanku yang dulu. Sudah lama aku tidak melihatnya, dikarenakan kita tidak tinggal di kota yang sama. Aku yakin sekarang dia sudah bertambah tinggi.

Saat tengah asik memikirkan masa lalu, tanpa kusadari Rista sudah tidak ada disampingku. Kuedarkan pandanganku guna mencarinya, ternyata dia sedang memilih beberapa kue serta makanan ringan. Aku merasa lega, kupikir dia pergi entah kemana dan meninggalkanku sendirian.

Aku ingin menghampirinya tetapi kuurungkan niatku, aku akan menunggunya disini. Lebih baik tetap ditempat dari pada dipandang oleh orang-orang ini.

"Mau minum? " Sebuah suara tiba-tiba saja berada tepat disampingku. aku yang terkejut langsung menoleh ke samping.

Terlihat seorang pria menaruh sebuah gelas berisi jus jeruk tepat dihadapanku. Dan dia menempatkan diri duduk tepat disampingku.

"Terima kasih" Ucapku padanya.

'Sepertinya tanpa sadar aku terlalu banyak melamun hari ini hingga tidak menyadari sekitarku. '

"Tidak kusangka kau akan menghadiri pesta ini. " Ucapnya sembari tersenyum menatapku.

"Begitulah." Jawabku asal.

"Ngomong-ngomong apakah kita saling kenal? " Tanyaku padanya. Di ingatan Liliana, aku sama sekali tidak pernah melihat orang ini dan itu membuatku heran sekaligus bingung.

"Benar juga, kita belum pernah bicara sebelumnya padahal kita satu sekolah. Namaku Arya kelas XII-3 salam kenal. " Dia mengulurkan tangannya. Aku yang paham maksudnya ikut mengulurkan tangan dan menjabat tangannya.

"Kau pasti sudah mengenalku tapi salam kenal juga. " Ucapku kemudian.

"Hahaha, kau memang terkenal. " Tawanya.

'Terkenal dalam hal yang negatif' batinku merasa miris.

Terdengar suara tarikan kursi dari arah samping, ternyata Rista sudah kembali dengan dua buah potong kue serta makanan ringan yang cukup banyak.

"Oh, kak Arya! " Rista sedikit terkejut melihat orang yang berada disampingku.  Kemudian ia menunduk untuk memberi salam, yang hanya dibalas senyuman oleh Arya.

"Aku pergi dulu. " Ucapnya berlalu sembari menepuk pundakku. Arya pun pergi meninggalkan kami berdua.

"Aku terkejut kau bersama kak Arya. " Ucap Rista tiba-tiba sembari melahap kuenya.

"Aku bahkan baru mengenalnya tadi. "

"Bagaimana bisa kau tidak mengenalnya? Kak Arya sangat terkenal karena dia adalah ketua osis tahun kemarin. " Jelas Rista.

"Entahlah aku tidak tahu. " Rista hanya mendengus mendengar ucapanku.

Aku benar-benar merasa heran. Ketua osis pastinya bukanlah jabatan yang sepele bagi murid. Tapi mengapa didalam ingatan Liliana sama sekali tidak ada orang itu.

'Sudahlah, lebih baik nikmati pesta ini hingga selesai... Aku jadi ingin memakan beberapa kue. '

"Ini, aku kenyang. " Rista menyodorkan piring dengan sepotong kue diatasnya kepadaku. Aku tersenyum geli dan mengucapkan terima kasih atas pemberiannya.

'Dia merasa kenyang tetapi sedari tadi dia terus melahap makannya. '

.

.

.

Bersambung...

__________________________________________

Wah gak nyangka yang baca bisa sebanyak ini 😯

Terima kasih banyak-banyak untuk para pembaca yang sudah mampir untuk baca bahkan vote dan komen ke cerita ini yang lama updatenya ❤

Thank you❤

NB : untuk dressnya memang tidak aku beri gambar supaya pembaca bisa berimajinasi 😉

WHATEVERWhere stories live. Discover now