Bab 16

7K 583 46
                                    

Masa liburan atau skors seminggu telah terlewati, dan saatnya aku kembali ke sekolah dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

Berbicara mengenai liburan, saat itu Bi Jum memarahi ku setelah sampai di rumah. Aku benar-benar lupa mengirimkan pesan saat itu, karena terlalu menikmati pantai. Dan Bi Jum benar-benar marah dan menceramahiku panjang lebar. Sedangkan aku hanya dapat mendengarkan dan meminta maaf, lagi pula memang salahku pergi tanpa ijin terlebih dahulu.

Mengenai Rista, Randi, maupun ayah tidak mengetahui apapun. Karena aku memohon pada Bi Jum untuk tidak memberi tahukan apapun yang ku lakukan pada mereka. Aku ingin semua berjalan seperti biasanya. Biarkan Tuhan dan waktu yang mengatur segalanya.

Saat ini aku telah berada di kelas. Dan jangan lupakan tatapan tidak suka semua orang. Entah mengapa aku merasa itu hal yang biasa, lucu sekali padahal aku baru beberapa hari di dunia ini.

Pelajaran pun berjalan seperti biasa, dengan diriku yang diam-diam belajar mengenai ujian kelulusan melalui ponselku. Memang seharusnya dari awal aku menetapkan tujuan agar pikiranku lebih terfokus pada hal yang telah menjadi keputusanku.

"Liliana! Perhatikan pelajaran! " Tegur guruku. Sepertinya aku ketahuan karena terlalu lama menunduk.

Aku kembali memerhatikan papan tulis dan sesekali mencatat. Jika ada waktu luang aku kembali membuka ponsel diam-diam.

***

Tak terasa bel istirahat telah berbunyi, aku segera pergi keluar kelas sebelum ada yang menjahiliku mungkin.

Kulangkahkan kakiku menuju kantin. Masih belum cukup ramai sehingga memudahkan ku untuk memesan makanan.

Kali ini aku memesan gado-gado dan es jeruk, membayangkannya saja sudah membuatku menelan ludah.

Selesai memesan makanan, aku duduk disalah satu tempat kosong tak jauh dari tempatku memesan tadi. Sembari menunggu pesanan tiba, aku membuka ponselku dan mencari informasi beasiswa. Aku ingin mencoba mendaftar beberapa beasiswa untuk kuliah, dan siapa tahu aku lolos nantinya.

Saat sedang fokus dengan ponsel, seseorang duduk disampingku tanpa kusadari. Dan hal itu baru kusadari sesaat setelah makananku tiba.

"Sejak kapan kau disini? " Tanyaku padanya.

"Sejak kakak sibuk dengan ponsel. " Jawabnya. Aku bertanya-tanya apakah Rista sudah berubah. Tapi jika seperti ini pasti akan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda.

"Rista lebih baik kau makan dengan temanmu, bukan tanggung jawabku jika ada gosip atau apapun itu. "

"Hmm.. " Gumamnya.

Aku menghela nafas, setidaknya aku sudah memperingatkan. Ku santap makanan yang telah tersaji di hadapanku, rasa saus kacangnya sangat nikmat.

Rista di sampingku juga menyantap makanannya, ia hanya memakan roti dan meminum jus. Kami makan tanpa ada satupun yang membuka suara, hening di antara kami.

Beberapa saat kemudian tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri kami.

"Wah ada apa ini? Bukankah ini kombinasi yang menarik? " Ucap seseorang yang duduk di hadapanku tanpa permisi.

Kulirik siapa yang baru saja duduk, ternyata itu adalah Arya.

"Lama tidak bertemu Lilian. " Ucapnya sembari tersenyum.

"Hmm" Gumamku sembari mengangguk. Aku kembali melanjutkan makanku, tanpa terganggu dengan kehadiran nya. Namun sepertinya Rista merasa terganggu, terlihat dari wajahnya yang sedikit cemberut.

"Apa yang Kak Arya lalukan disini? " Tanya Rista masih dengan wajah cemberutnya.

"Tentu saja untuk makan, pesananku masih belum sampai. " Jawab Arya enteng.

Rista seperti ingin menimpali ucapannya namun ia urungkan. Aku bertanya-tanya dalam hati, apakah terjadi sesuatu ataukah mungkin ada hal lain.

Aku mengabaikannya dan kembali melanjutkan makanku. Tak lama pesanan Arya tiba, dan lagi-lagi hening diantara kami.

Namun kali ini entah mengapa kantin terasa semakin ramai. Saat diriku mencari tahu penyebabnya, terlihatlah pasukan Andra tak lupa juga Citra.
'Efek tokoh utama ternyata seperti ini.'

Jika diumpamakan kejadian ini, mereka berjalan seperti raja dan ratu yang hendak memasuki ballroom. Atau seperti artis yang berjalan di red carpet. Tak diragukan lagi bahwa merekalah tokoh utama dalam cerita ini, semua perhatian selalu tertuju pada mereka.

Ku dengar Arya yang menghela nafas, namun saat aku menatap nya ia justru malah tersenyum kepadaku. Aku menjadi bingung dengan sifat anak ini. Sedangkan Rista di sampingku terlihat mencoba mengabaikan kehadiran Andra maupun Citra.

Bicara mengenai Rista dan Andra, pertunangan mereka belum dibatalkan. Masih banyak hal yang ternyata perlu dibahas, namun aku tidak peduli dengan hal itu.

Walaupun dunia ini yang kuyakini adalah dunia novel, banyak hal yang berubah dari yang tertulis. Namun hingga saat ini, hal yang tidak sesuai itu masih terus berjalan. Entahlah, yang terpenting hidup adalah hidup.

"Aku duluan. " Ucapku setelah menyelesaikan makanku dan kemudian beranjak menuju kelas.

Tanpa memedulikan Rista, Arya, ataupun tokoh utama, aku kembali ke kelas.

Di perjalanan menuju kelas seperti biasanya banyak pasang mata yang menatapku. 'Apakah mereka tidak lelah? Tapi sudahlah anggap saja dosaku berkurang. ' batinku.

Saat tengah berjalan terasa sebuah tangan menarik pelan lenganku membuat ku berhenti.

"Ikut aku. " Aku yang masih belum mencerna apa yang terjadi hanya menurut.

Ia menarikku pelan hingga sampai di depan kelas XII-1. Dia pergi kedalam dan kembali dengan membawa sesuatu ditangannya.

"Ini dari kakek, beliau menitipkan nya padaku. " Diulurkannya sebuah paper bag entah apa isinya.

"Eh? Terima kasih, maaf mertepotkan. " Ucapku.

"Bukan apa-apa. " Pandu kemudian pergi meninggalkanku.

Aku yang telah selesai mencerna apa yang terjadi lantas kembali menuju kelas.

Aku berniat mengirimkan pesan terima kasih kepada kakek Romo. Baru kali ini aku mendapat kan sesuatu. Aku tersenyum kecil dan menebak-nebak apa isinya. Aku berniat membukanya saat sampai di rumah nantinya.

.

.

.

Bersambung...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 09, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

WHATEVERWhere stories live. Discover now