Bab 6

826 24 0
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu —entah oleh siapa— akhirnya tiba. Pukul tujuh pagi Darren menjemputku untuk kemudian berangkat bersama ke Dallas, tepatnya ke The Adolphus hotel, salah satu hotel termewah di Texas, tempat pesta pernikahan kami akan digelar.

Pemberkatan dijadwalkan pukul sembilan pagi. Lalu, dilanjutkan dengan resepsi sampai dini hari. Begitulah yang dikatakan Darren padaku selama perjalanan. Setelah hampir tiga puluh menit berkendara, BMW Darren memasuki Commerce street, dan berbelok ke arah kiri memasuki tempat parkir gedung. Darren mengambil tempat parkir bawah tanah dan menghentikan mobilnya di sudut area.

Udara dingin seketika menusuk tulang. Kueratkan coat yang kukenakan untuk menghalau hawa dingin yang berusaha menelusup masuk. Di depan lift, kami sudah di sambut oleh sepasang laki-laki dan sepasang perempuan berpakaian formal. Mereka kemudian menggiring kami ke sebuah kamar untuk berganti pakaian dan melakukan persiapan.

Darren bersama laki-laki yang tadi menjemput kami di lift meneruskan langkah ke ruangan lain, sementara aku bersama kedua wanita yang berjalan di belakangku memasuki kamar di sebelah kanan yang tak jauh dari lift.

Di dalam kamar itu sudah ada beberapa wanita lagi, mungkin pelayan. Mereka segera melakukan tugas, membantuku bersiap. Ada yang membantuku mengenakan gaun, lalu ada yang menata rambutku, ada pula yang memoleskan make up di wajahku.

Pelayan-pelayan ini sepertinya sangat profesional. Itu terlihat dari bagaimana mereka bekerja, dan hasil yang terlihat satu jam kemudian. Kulirik pantulan wajahku di cermin. Aku bahkan hampir tak mengenali diriku sendiri.

"Sudah selesai, Nona. Silakan menunggu, kami akan keluar," ucap salah satu dari pelayan itu setelah memberikan sentuhan terakhir di wajahku.

Aku hanya mengangguk sambil mengulas senyum tipis. Acara masih akan dimulai setengah jam lagi. Lalu, apa yang harus kulakukan di sini? Tidur? Ah, tentu saja tidak. Riasanku bisa-bisa rusak jika aku menempelkan wajah ke bantal sofa.

Beberapa saat kemudian, seseorang mengetuk pintu. Siapa dia? Apakah Darren?

"Masuk." Aku berseru sembari menolehkan wajah ke arah pintu.

Saat handle pintu diputar dan perlahan daun pintu terbuka, aku terperangah. Tak percaya dengan seseorang yang kulihat tengah melangkah masuk ke ruangan.

"Apa kabar, Putriku?" sapa lelaki itu, yang kini telah duduk di sofa.

Aku membuang muka. Lalu bertanya dengan nada yang kubuat setenang mungkin. "Apa yang Anda lakukan di sini, Tuan Anderson?"

"Putriku akan menikah beberapa saat lagi, lalu menurutmu apa yang sedang kulakukan?"

Aku menoleh cepat. "Bagaimana Anda tau saya akan menikah?"

Lelaki itu mengulas senyum tipis. "Calon suamimu menemuiku kemarin. Dia menginginkanku untuk menemanimu menuju altar."

Aish! Darren! Laki-laki itu sama sekali tidak pernah mendengarkan ucapanku.

"Aku bisa berjalan sendiri. Silakan Anda tinggalkan ruangan ini," sergahku.

Lelaki itu bangkit, lalu berdiri di samping tempatku duduk. Tangannya hendak menyentuh bahuku, tetapi dengan cepat kutangkis. "Jangan sentuh saya, Tuan Anderson."

"Naomi, mau sampai kapan kau bersikap seperti ini kepada Daddy?"

"Aku sudah tidak punya Daddy, dan Anda bukan Daddyku."

"Naomi ...." keluhnya. Aku melengos, enggan beradu tatap dengannya.

"Kau bukan lagi Daddyku semenjak hari itu. Hari di mana kau meninggalkan rumah untuk menikahi jalangmu! Kau yang membuat Mommyku meninggal! Kau yang membuatku harus hidup seperti ini! Kau!" Aku menarik napas demi menormalkan detak jantungku. "Jadi, kuharap sekarang kau pergilah. Aku tidak membutuhkanmu."

Mawar Merah Sang CEO Where stories live. Discover now