Bab 18

604 15 4
                                    

Sudah empat hari aku dirawat di rumah sakit. Selama empat hari itu pula Darren setia menjaga dan merawatku di sini. Meskipun tak jarang di malam hari saat aku hendak tertidur, dia menyelinap keluar untuk pergi entah ke mana. Lalu pagi harinya dia sudah kembali berada di sofa, menyapaku yang baru bangun tidur. Beberapa kali Ainsley juga datang lagi hanya untuk menjagaku. Katanya, Darren yang meminta.

Hubunganku dengan Darren pun kurasa tak lagi setegang dulu. Meskipun cara bicaranya masih dingin dan terkadang ketus, aku bisa merasakan sisi lembut dari perhatiannya padaku selama sakit ini. Kadang kala Darren melontarkan candaan, atau kadang mengajakku berbincang hanya demi mengenyahkan rasa sepi yang tak mengenakkan. Kurasa aku sudah tak lagi terlalu takut jika harus berduaan dengan lelaki itu.

Karena kondisi kesehatanku yang cukup stabil, aku diperbolehkan pulang hari ini. Namun, karena lukaku masih basah maka aku diharuskan beristirahat dari kegiatan berat selama beberapa hari ke depan. Jadilah mungkin aku akan mengambil cuti untuk kuliah dan juga bekerja, karena tidak memungkinkan bekerja dalam kondisi tangan dan bahu yang masih terluka.

Darren menurunkan aku di depan teras, kemudian memanggil salah satu pelayan sebelum dia kembali pergi menggunakan mobil merahnya yang biasa terparkir di garasi.

Pelayan itu bernama Katty. Dia berusia tak jauh berbeda dariku. Masih sekitar dua puluhan. Wanita itu mengambil alih barang-barangku dan mengantarkanku menuju kamar di lantai dua. Katty adalah salah satu pelayan yang cukup dekat denganku di rumah ini, selain Bibi Marry yang menjadi kepala pelayan.

Bibi Marry menyambutku di depan pintu kamarku. Mungkin dia baru saja membersihkan ruangan itu sebelum aku tempati untuk beristirahat. Terlihat dari korden dan jendela yang terbuka dan seprai yang telah diganti.

Aku lantas duduk di sisi ranjang, sementara Katty meletakkan barang-barangku di meja.

"Apa yang kau butuhkan? Kau ingin makan?" Bibi Marry bertanya.

"Tidak, Bibi. Aku sudah makan sebelum pulang. Sekarang aku ingin tidur."

"Baiklah." Mereka kemudian keluar meninggalkan kamarku.

Huh, leganya. Akhirnya bisa kembali ke kamar ini juga.

***

Luka di tubuhku ini membuat aku tak bisa beraktivitas seperti biasanya. Aku tak bisa ke kampus, tak bisa ke kafe, bahkan aku tak bisa hanya sekedar untuk keluar karena Darren tiba-tiba berubah menjadi seseorang yang overprotektif.

Dia mempekerjakan dua orang semacam bodyguard yang berjaga di depan kamarku.

Oh Tuhan, ini benar-benar mengganggu. Aku merasa tidak nyaman melakukan sesuatu di dalam kamarku jika tau di depan sana ada orang yang bisa saja tiba-tiba menerobos masuk.

Keanehan Darren tidak cukup sampai di situ, lelaki itu juga tiba-tiba sering muncul di dalam rumah. Padahal setahuku, selama beberapa Minggu menikah dengan Darren aku jarang melihat batang hidungnya berkeliaran di rumah ini. Terlebih saat malam hari.

Dia memang masih beraktivitas seperti biasa. Berangkat kerja, pulang, lalu terkadang menghilang pergi dengan mobilnya yang berganti-ganti. Namun, biasanya—sejauh yang aku tau—Darren tidak pernah menghuni kamarnya yang berada tepat di samping kamarku. Jika pulang, dia hanya akan masuk ke ruang kerjanya, kemudian keluar lagi entah ke mana.

Namun, beberapa hari ini terasa berbeda. Seperti saat ini misalnya. Dia sedang berada di dalam kamarku untuk mengantarkan makanan.

Aku hanya menatapnya yang melangkah masuk sembari membawa nampan dengan tatapan tak terdefinisikan. Heran. Sungguh.

"Makan dulu lalu minum obatmu." Lelaki itu meletakkan nampan di meja samping ranjang.

"Darren, aku bisa turun dan mengambil makananku sendiri," protesku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mawar Merah Sang CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang