Bab 10

851 20 4
                                    

Aku berdiri dengan gugup di tengah ruangan, dikelilingi oleh orang-orang yang menatapku dengan tatapan berbeda-beda. Ada yang prihatin, ada yang bersimpati, ada pula yang menatapku dengan senyum miring meremehkan.

Kami sedang berkumpul di ruang pertemuan, sesuai instruksi dari Mr. Johannes. Semua pegawai berdiri berkeliling membentuk lingkaran, dengan aku, Mr. Johannes, dan bos kami yang menjadi porosnya.

Berdiri di tengah-tengah mereka, bersama dua orang paling penting di kafe ini membuatku merasa seperti terdakwa yang sedang menunggu sidang vonis mati.

Kutundukkan kepala dalam-dalam, jemari saling meremas di depan perut. Kaki yang terasa lemah kupaksa berdiri menopang tubuh dengan tegak.

Suara dehaman maskulin terdengar. Lelaki di hadapanku maju satu langkah ke arahku. Aku meremas jari semakin keras, rasa gugup juga panik dan takut bercampur jadi satu dalam dadaku. Membuat ritme detak jantungku berantakan.

"Apa yang kau lakukan, Frederick? Apa ramainya pelanggan yang datang ke mari membuatmu begitu kewalahan sampai sembarangan merekrut pegawai dan melupakan standar yang kuberikan? Atau kau sudah lelah bekerja bersamaku? Kau ingin kupensiunkan?" Suaranya yang tegas menggema memenuhi ruangan kafe tempat kami berkumpul.

"Maafkan aku, Tuan." Mr. Johannes menundukkan kepala. Aku merasa bersalah padanya, karena kesalahanku dia yang harus menanggung akibatnya.

Lelaki bertubuh tegap yang tingginya sekitar lima inci di atasku itu mengalihkan pandangan ke arahku. "Apa yang kau lakukan di sini?" Pertanyaan itu membuatku mengangkat wajah.

Seketika tatapan kami bertemu. Aku sampai harus memalingkan muka agar tak perlu melihat sorot mata itu.

"Bekerja," jawabku singkat.

"Untuk apa kau bekerja? Apa suamimu tidak memberikan nafkah yang layak untukmu, Sepupu ipar?" Lelaki di depanku tersenyum mengejek.

Bisa kurasakan tatapan orang-orang di sekelilingku berubah. Mereka membelalakkan mata serempak. Sedang aku kembali menunduk.

Zach—lelaki yang ternyata pemilik kafe tempatku bekerja—berdecak. "Ah, mungkin kalian tidak tau, wanita ini adalah sepupu iparku. Dia istri dari Darren Smith, kalian tau lelaki itu, kan? Dia pemilik Alexius Corporation."

Bisik-bisik lirih seketika terdengar. Gumaman samar mengisi keheningan ruangan saat Zach berhenti berbicara.

Lelaki itu kembali menghadap ke sampingku, ke tempat di mana Mr. Johannes berdiri. "Kau, kali ini kumaafkan kesalahanmu karena Naomi adalah bagian dari keluargaku. Tapi, jika kau merekrut orang dengan sembarangan lagi, takkan ada ampun kedua kali untukmu," ujarnya dengan suara tegas penuh intimidasi sambil menepuk bahu Mr. Johannes.

Lelaki paruh baya itu mengangguk. Kemudian bergegas mengikuti langkah lebar Zach yang sudah terlebih dulu menaiki tangga.

Baru beberapa meter Zach berjalan, dia kembali menoleh ke arahku dan berkata, "Biasakanlah untuk memperlakukan pengunjung dengan baik, atau akan kulaporkan pada suamimu itu bahwa kau sedang berusaha merusak reputasi kafeku," serunya, kemudian kembali meneruskan langkah.

Aku mengembuskan napas panjang. Apa yang harus kulakukan sekarang? Haruskah kutinggalkan pekerjaan ini dan mencari pekerjaan di tempat baru?

***

Inspeksi dadakan yang dilakukan oleh Zach akhirnya selesai pukul satu malam. Aku memasuki ruang loker dengan lemah. Di sana sudah ada Juliette, Evelyn, dan beberapa rekan wanita lain berkumpul.

Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu, tetapi perbincangan mereka segera berhenti begitu aku memasuki ruangan. Ah, sudah kuduga, akulah yang jadi topik pembicaraan.

Mawar Merah Sang CEO Where stories live. Discover now