2. Misteri Dua Tiket Pesawat

494 9 0
                                    

Kalau bukan Jay, lalu siapa yang ke Swiss bersamanya?

— R&R —

Malamnya, dipijari lampu kecil yang mengeluarkan cahaya lembut, Raline melingkarkan tangannya pada tubuh Ranu yang setengah terbaring di sampingnya. Hari itu belum berakhir, dan Raline secara naluri masih menunggu sesuatu yang istimewa sebagai hadiah ulang tahunnya. Raline tidak bermaksud menjadi fanatis dengan terlalu berekspektasi di hari kelahiran. Tapi dua tiket pesawat ke Swiss di laci meja Ranu yang dia lihat berhasil melambungkan kembali harapannya setinggi langit.

Raline melihat Ranu nampak sibuk membolak-balikan sejilid dokumen tipis di tangannya. Dibalik lensa bening, sepasang mata Ranu bergerak menganalisis lembar kertas itu dengan cermat dan penuh teliti.

"Ranu, aku mau tanya sesuatu..." Raline bersuara dengan napas rendah. Gelagatnya tampak ragu-ragu dan sedikit kikuk. Tapi kalau aku nanya nanti tidak jadi kejutan dong...? Mungkin saja Ranu mau memberikannya besok. Tapi kan ulang tahunku hari ini, dan tiketnya itu besok pagi. Dan lagi, kenapa dia sempat-sempatnya baca koran berita juga?!

"Ya, katakan," Ranu melipat koran di tangannya untuk dibaca.

Suara Ranu membuat Raline terhenyak. Jadi, aku mau tanya apaaaa??!!

"Tidak jadi, lupakan saja," Raline menyerah.

"Kenapa? Kamu pasti mau tanya tentang itu, kan?"

Raline mendongakan leher, "Itu apa?" Apa dia sungguh menyuruhku bertanya kejutan apa yang tersembunyi di balik laci mejanya untuk hadiah ulang tahunku?

Ranu berhenti membaca untuk menatap Raline, "Tentang aku yang pergi ke club malam. Apa kamu tidak marah aku datang kesana?"

Raline membuka matanya dengan berkedip seperti baru saja terbangun dari mimpi, "Oh, ya— tentu, ini aku sedang marah." ia menjawab seperti orang linglung.

Menyadari reaksi Raline yang nampak biasa-biasa saja membuat Ranu heran, "Kelihatannya tidak seperti itu." Ranu melihat Raline yang—katanya— sedang marah kini tengah memeluk dadanya. Padahal, beberapa jam lalu Ranu baru saja melihat Raline yang juga sedang marah mengajaknya bertengkar.

"Memangnya harus seperti apa?" tanya Raline. Ia semakin mempererat jarak diantara mereka, "Aku percaya kamu pasti kesana untuk tujuan baik dan tidak akan macam-macam. Iya, kan?"

Ranu mengangguk dengan senyuman lega.

"Jadi, kenapa kamu datang ke club itu?" Raline menjadi penasaran karena Ranu menyinggungnya.

Ranu terdiam beberapa saat lalu mengeluarkan bunyi helaan. "Lihat," ucapnya sembari menunjukan surat kabar yang sedang ia baca.

Raline memperbaiki posisi terbaringnya hingga setengah duduk untuk melihat redaksi berita yang sampai memenuhi selembar penuh media cetak itu. Lalu, sepasang matanya tambah terbuka lebar kala menyadari suatu musibah buruk telah menimpa pabrik Ranu yang didemo besar-besaran hari ini.

"Aku sangat yakin Adyan-lah yang menggelapkan uang perusahaan. Makanya beberapa waktu lalu aku datang ke clubnya karena curiga Adyan menyembunyikan uang itu disana. Tapi sampai saat ini, aku masih belum punya cukup bukti untuk melaporkannya." terang Ranu. Lelaki itu melepas kaca matanya dan melenguh kelelahan.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now