33. Omelet

252 4 0
                                    

Raline masih terlelap saat jemari Ranu memainkan anakan rambut yang berjatuhan di wajahnya. Senyum tipis Ranu terpantau belum meluruh walau sudah cukup lama menikmati wajah damai Raline saat tertidur. Bulu mata lentik, hidung ramping memucuk, bibir merah muda, kulit putih bersinar. Semua yang ada di wajah jelita Raline tak pernah gagal membuat Ranu terpesona.

Lalu tiba-tiba sosok wanita itu menggeliat. Suara lenguhan lirih terdengar. Dan sepasang mata coklat bersinar menangkap basah dirinya.

Raline tertegun melihat wajah Ranu yang berada sangat dekat. Sensasi mint bisa Raline hirup dari hembusan napas lelaki itu. Senyap mengisi jarak diantara mereka yang tidak seberapa. Jantungnya berdebar kencang sampai terdengar telinga. Rantai tak kasat mata menjerat dua pasang netra mereka.

"Good afternoon, Mrs. Zander." sapa Ranu dengan nada lembutnya membuat Raline tersenyum hangat.

"Good after-" menyadari sesuatu membuat lengkungan bibir Raline lenyap, "What?!" ia terkesiap dengan wajah gelagapan, "Kenapa kamu tidak membangunkanku?!"

"Aku baru saja melakukannya." sahut Ranu begitu santai.

"Hanya dengan memandangiku seperti itu tidak akan membuatku terbangun, Ranu." Raline geram.

Bahu Ranu terangkat acuh, "Buktinya sekarang kamu bangun."

Raline berdecak dan melenguh sebal. Terlihat laki-laki yang duduk di depannya sudah mandi membuatnya semakin kesal. Dan lagi, siang ini Raline punya jadwal syuting TV komersial, itu artinya dia sudah tak punya banyak waktu lagi untuk bersiap-siap. Buru-buru Raline mengumpulkan bagian selimut banyak-banyak untuk membelit tubuh telanjangnya dan beranjak.

"Hati-hati-"

Brugh

Namun sayangnya, Raline lebih dulu ambruk saat baru akan melangkah dan Ranu terlampau jauh untuk menggapainya. Ia jatuh terjerambab saat diantara kakinya menjadi kaku dan terasa nyeri akibat pertarungan semalam suntuk. Sial! Ranu berhasil membuatnya sampai lumpuh tak berdaya. Laki-laki itu sudah macam panglima perang yang menggempurnya bertubi-tubi hingga babak belur seperti saat ini.

Alih-alih menolong Ranu justru kepergok sedang menahan tawanya membuat Raline menggeram.

Sambil meringis ngilu, Raline bangkit dan memaksa dirinya berjalan menuju toilet dengan langkah terseok-seok. Ini dua kali lipat lebih menyakitkan-dan menggairahkan- daripada saat malam pertama mereka. Sialan.

Ranu tersenyum geli melihat sosok yang nampak seperti jelmaan ulat daun itu memasuki pintu kamar mandi, "Mau kubantu menggosok punggung?"

"Diam kau Monster Gigolo!" teriakan yang menggema dari dalam sana, membuat Ranu makin tergelak.

Tadinya Ranu memang ingin membangunkan Raline lebih awal. Tapi begitu melihat betapa lelapnya tidur wanita itu, Ranu menjadi urung. Jadilah ia yang sudah segar bugar sehabis mandi kembali berbaring disamping Raline hanya untuk menikmati wajah damai istrinya tersebut.

Sembari menunggu Raline selesai mandi, Ranu menyibukan diri dengan menyiapkan hidangan sederhana untuk sarapan. Ya walaupun kata sarapan sepertinya kurang tepat karena saat ini jam dinding mulai merambat ke pukul satu siang.

Seperti terlatih, Ranu begitu lihai menggunakan pisau. Otot yang mengakar di lengannya menjendul saat ia mencincang sayuran. Dengan cekatan, Ranu memasukan satu persatu bahan ke dalam mangkuk yang berisi pecahan telur. Pergelangan tangannya yang memegang garpu berpusing cepat dan mengocok kesemua zat itu agar tercampur. Tak lama, gemerisik minyak di teflon yang mulai panas terdengar. Segera ia menuangkan seluruh isi mangkuk kesana. Bersamaan dengan itu, wangi sedap omelet sayur langsung menyermerbak. Harumnya yang melalar ke sekujur rumah berhasil menyeret sosok wanita yang baru menyelesaikan ritual mandinya datang.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now