16. Lost Hope

169 4 0
                                    

Seseorang terguncang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seseorang terguncang. Kelopaknya membuka bersamaan menampilkan bola mata hitam dengan corak abu kelam. Tatapannya berpendar menjelajahi langit-langit atap yang tak asing dalam memori. Sesuatu seperti selang tabung menjerat punggung tangan kirinya. Tubuhnya terbaring di atas dipan kayu model khas jaman dulu.

Sebetulnya, ia juga tak tau pasti apa yang terjadi. Di otaknya hanya terputar kejadian saat helikopternya tiba-tiba hilang kendali dengan deru yang mulai melemah. Asap mengepul dari balik kotak mesin. Benda yang ditumpanginya itu kehilangan dorongan. Lalu selang beberapa saat kemudian, benda itu meledak seperti kembang api yang bersaut-sautan. Untungnya, ia lebih dulu sadar pada kejanggalan mesin sehingga bisa menyelamatkan diri dengan terjun bebas menggunakan parasut sepersikan detik sebelum suara dentuman terdengar.

Tak ada yang dapat diharapkan pada kondisi terjun bebas di atas hutan belantara yang lebat dan dipenuhi pohon pinus berdahan tajam. Ia tak bisa melakukan pendaratan sempurna. Ketika telah yakin menemukan lahan lega untuk pendaratan, angin mengombang ambingkan parasutnya hingga kembali terbang tak tentu arah seperti daun kering yang terhempas angin. Ia melayang cepat di atas rindang hutan, tubuhnya tercabik-cabik ranting yang seperti jarum. Nyaris seluruh kain yang menutup tubuhnya terkoyak. Ia tak mendengar apapun selain dengung dan bunyi ranting yang tak henti-hentinya mencakar kulitnya. Pada kesadarannya yang tinggal separuh, angin menyeretnya sekali lagi dengan sangat kasar. Selang satu tarikan napas, tubuhnya dibanting ke suatu benda yang keras dan besar, sekeras batu yang menghuhuni tebing jurang. Nyeri luar biasa menyetrum punggungnya, merambat hingga ke aliran darah dan membuat sekujur tubuhnya bergetar. Berselang hembusan napas kemudian, kegelapan mengambil alih pandangannya.

Entah bisa dianggap keberuntungan atau tidak, tapi saat ia terbangun tubuhnya telah dibungkus buntalan kasa. Hanya mata dan bibir yang bisa ia gerakan. Ketika ia terbangun untuk pertama kali setelah kecelakaan itu, hal pertama yang melintas di kepalanya adalah Raline-tidak-mungkin lebih tepatnya, ia terbangun karena teringat Raline. Ia telah meninggalkan istrinya tersebut dalam keadaan marah tanpa mengucap maaf lebih dulu. Dan hal itu memelintir hatinya.

Disaat bersamaan saat ia terbangun, sosok pria tua telah berdiri disampingnya. Dibalik matanya yang telah berkeriput, pria itu memandanginya sambil menganggukan kepala. Pria yang ia ketahui sebagai orang yang telah berjasa menolongnya itu menyodorkan ponsel yang telah tersambung dengan suatu panggilan kepadanya. Lalu dalam ketidakmengertiannya, ia menuruti perintah pria tua itu untuk bersuara pada panggilan. Selang beberapa detik setelahnya, suara berat khas yang ia kenal menyahut. Dan ketika ia hendak menjawab sahutan itu, nyeri hebat kembali menjalari tulang belakangnya. Membuatnya bibirnya kaku tak dapat bergerak. Kelopaknya merapat dengan kerutan mengelilingi kulit sekitar. Sangat rapat dan banyak seperti sprei yang diremas. Ia menahan sakit hebat yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Dalam keadaan itu, pria tua disampingnya memasang wajah panik. Ia meluncur pada mangkuk alumunium, mengambil jarum suntik dan sebotol kecil cairan bening. Ketika jarum yang sudah terisi penuh oleh cairan itu menghunus pembuluh darahnya, nyeri perlahan-lahan meluruh. Dirinya diguyur napas lega. Namun tak bertahan lama, kegelapan kembali melahapnya. Ia tenggelam dalam keadaan koma-lagi.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now