34. You're Mine!

337 5 1
                                    

...Pada akhirnya kamu akan selalu kembali padaku. Walau mungkin-- selalu-terlambat.....

- Raline

Saat Ranu melihat Justin- yang selanjutnya dipanggil brengsek- mencium bibir Raline. Hanya satu yang membara di pikiran Ranu: Brengsek itu mengambil milikku.

Ranu bukanlah orang yang mudah marah dan cemburu atas dasar dorongan hati. Tidak- itu sebelum bertemu Raline. Dalam satu hari ini, ia dibelai dan ditusuk berturut-turut oleh wanita yang sama. Ranu dapat merasakan kecemburuan merayapi pembuluh darahnya, naik dengan suhu tinggi mencapai ubun-ubun, lebih garang dari yang pernah ia rasakan sebelumnya.

Dan Ranu punya alasan yang kuat untuk itu. Raline adalah istrinya. Istri sahnya yang telah nikahi atas dasar keinginan hati. Ranu memberikan nama belakangnya pada Raline tanpa mengharap imbalan atau balasan apapun.

Rasa cemburu ini memang sialan!

Sebelumnya Ranu adalah pria yang tidak pernah ceroboh. Selalu berpikir sebelum bertindak. Selalu dipenuhi logika dan akal sehat. Namun kehadiran Raline yang indah namun berduri seperti mawar, membuat singa jantan sepertinya harus siap terluka agar bisa tinggal bersama. Sekarang Ranu terkena durinya dan kehilangan akal sehat.

Singa jantan dan mawar. Bukankah lebih cocok mawar bersanding dengan kumbang seperti Justin? Apakah... apakah disaat yang sama Justin juga telah membuat Raline jatuh cinta? Kemungkinan itu mencakar hati Ranu.

Dalam perjalanan, yang tak tahu akan berlabuh dimana, Ranu mencoba fokus. Ia berusaha meyakinkan diri dan percaya bahwa apa yang dilihat mungkin hanya salah paham. Tapi Ranu telah kehilangan akal dan kendali. Sudah dua kali ia memergoki mereka saling memeluk erat. Mengingat betapa tangan Justin berada di lekuk tubuh Raline, lalu tangan Raline berada di dada dan tengkuk Justin serta bibir mereka bersentuhan, membuat Ranu merasa panas. Segenap naluri posesif dalam dirinya terbakar.

Ketika pikiran Ranu kembali dibayangi dua wajah mereka yang berada sangat dekat, bibir mereka menyatu, dan mata mereka saling tertanam dengan tubuh berpelukan intim, Ranu menjadi memberingas. Mobil yang melaju sangat kencang sampai terasa mengambang di atas aspal itu berhenti mendadak.

Ranu meremas setir mobil sangat kuat dengan dua tangan yang di dalamnya ditumbuhi urat-urat tegang. Giginya bergemeretak dengan mata memejam. Menimbulkan kerut-kerut kulit rapat seperti sprei yang diremas.

Dalam mobil yang hanya terdapat dua tempat duduk itu, perempuan di samping kemudi masih gemetaran. Raline memandangi Ranu dengan sorot malam itu. Malam dimana semua kerenggangan ini dimulai. Walau begitu, sekarang Raline bertekad tak akan lari lagi. Raline bertekad akan bertahan dengan Ranu apapun yang terjadi.

Setelah hampir meremukkan gagang setir, Ranu akhirnya menghadap Raline. Melihat Raline dengan konsentrasi yang mengerikan. Lalu berselang satu tarikan napas, bibir Raline langsung diserbu bibir Ranu.

Dengan kasar Ranu mencium Raline-- walau sebenarnya tak bisa disebut ciuman sama sekali. Ranu menjepit, menggigit, dan mengisap bibirnya sangat brutal. Tidak ada gairah atau hasrat, hanya murka yang terus menyengat bibir Raline tiada henti. Tak ada apapun yang Raline rasakan dari ciuman itu selain asin dari air matanya tak bisa berhenti meluncur. Sekuat apapun Raline menahan, sebanyak itu juga bulir yang keluar.

Saat melumat bibir Raline, Ranu tidak memikirkan apa-apa kecuali; singkirkan bekas mulut brengsek itu dari bibir istrinya. Ranu menggeramus bibir Raline semakin buas ketika bayangan justin mencium Raline meremas ingatannya.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now