13. Es Krim Coklat

143 3 0
                                    

"Jadi identitasnya masih belum diketahui?" Nada frustasi mengiringi kalimat Ranu. Satu tangannya menggenggam benda pipih yang terhubung pada suatu panggilan telepon. Sementara tangan yang lain terlihat mengurut dahi.

"Ya. Plat mobilnya palsu dan orang itu berhasil kabur sebelum mobil meledak. Polisi masih mencari tahu keberadaannya."

Ranu mengeraskan rahangnya dalam diam. Kejadian saat di Paris kemarin masih membebani benaknya. Selama bajingan yang hampir membunuh istrinya itu belum ditemukan, Ranu tidak akan bisa bernapas lega.

"Baiklah, aku tu-"

"Tunggu!"

Suara Jay disebrang telpon menyela.
"Aku tahu seharusnya aku tidak memberitahumu ini saat kau sedang berbulan madu. Tapi ini sangat gawat."

Dahi Ranu mengerut, "Apa?"

"Ayahmu... Reymond Zander telah kembali."

Deg

Mata Ranu melebar kehilangan sorotnya sesaat. Napasnya mandek sementara sebelum berembus perlahan dalam keterkejutan. Tanpa sadar ia menjauhkan benda pipih hitam tersebut dari telinga lalu sambungan diputus sepihak olehnya.

Gerahamnya saling bergemeretak dan kedua tangannya mengepal erat. Segalanya akan menjadi kacau dengan kabar kedatangan orang tersebut.

Ranu menghembuskan napas kasar. Ia hampir saja membanting ponselnya apabila tidak lebih dulu melihat sosok perempuan cantik berambut panjang keluar dari bagian dalam kapal.

Seperti bara panas yang mengepul saat dimasukan dalam kolam air, gemuruh di dada Ranu lenyap seketika melihat Raline. Ia menatap Raline dari kejauhan dan tertawa geli. Wanita itu memakai sweater rajut dengan model keras turtleneck menutupi sebagian kulit lehernya.

Sementara disana, Raline tak berhenti menggerutu. Rautnya terlihat tersungut-sungut saat mengingat apa yang Ranu perbuat padanya tadi.

Beberapa menit lalu....

"What the fuck is it?!"

Raline tersentak kaget saat suara berat terdengar. Posisinya saat itu sedang berdiri di depan cermin sembari bersiap-siap untuk pergi ke pantai.

Ranu berjalan mendekat dan melarikan matanya menatap Raline melalui cermin dari ujung rambut sampai ujung kaki. Wanita itu memakai blus pantai bewarna putih tak berlengan yang bagian belakangnya amat terbuka. Blus yang panjangnya bahkan tidak sampai setengah paha itu terbuat dari bahan sleeve tipis. Terlalu tipis dan transparant sampai sepasang dalaman yang Ranu yakini sebagai bikini bewarna hijau tosca itu dapat terlihat oleh mata telanjang. Oh shit! Ranu tidak akan membiarkan tubuh seksi dan menggoda Raline jadi santapan puluhan mata di tepi pantai. Alih alih membawanya ke tempat itu, Ranu akan lebih mungkin melempar Raline ke ranjang dan kembali menggempurnya.

"Katakan padaku kau tidak akan memakai itu untuk pergi ke pantai." sergah Ranu

Raline ikut memerhatikan penampilannya dari pantulan kaca, "Kenapa?" ia bertanya.

"It's too short, too transparent, and...." napas Raline tersendat saat sesuatu menyusup ke dalam blus lalu menggerayangi punggungnya dari belakang. "Too damn sexy."

Raline terkekeh, "Ranu, please. Pakaianku terhitung cukup tertutup untuk ke pantai karena sebagian besar orang disana hanya memakai semacam bikini . Lagipula aku lebih nyaman begini."

"Tapi kamu membuatku tidak nyaman, Raline. Kamu pikir aku akan membiarkan tubuhmu menjadi objek fantasi kotor para lelaki bajingan yang ada di pantai nanti, hm?"

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now