8. Paris in the Rain

218 4 0
                                    

"Rain is a symbol of emotion and Paris is a romantic town. Being here with you as my lover is perfectly good for me. This special moment is not supposed to be passed in a blur"
- Raline


Beberapa menit lalu....

"Bagaimana bisa itu terjadi?"

Laki-laki jangkung dengan setelan kemeja kasual dan celana khaki itu terlihat memasang wajah serius. Sekretarisnya baru saja mengabari bahwa kedatangannya ke Paris dengan seorang wanita sedang ramai diperbincangkan oleh majalah bisnis dunia.

Sebagai informasi, Ranu lebih terkenal di dunia bisnis internasional. Namanya ada dimana-mana sebagai pebisnis properti termuda dengan sejumlah aset yang bernilai raturan milyar.

"Mana kutahu? Harusnya kau lebih berhati-hati kalau tidak mau ini terjadi. Lagipula mau sampai kapan kau akan menyembunyikan statusmu saat ini?"

"Aku hanya ingin liburan dengan istriku tanpa diganggu oleh siapapun."

"Ya, aku bisa mengerti. Sebaiknya kau bersiap-siap, para wartawan pasti akan segera datang meliputmu."

Ranu memijat dahinya. Ia yakin paling tidak, ada lebih dari sepuluh agensi majalah bisnis berbeda yang akan memenuhi lobby hotel untuk mewawancarainya.

Sambungan telpon telah terputus beberapa detik lalu. Ranu berbalik hendak menghampiri Raline namun dahinya berkerut saat tak menemukan siapa-siapa di bangku kayu. Padahal terakhir kali ia lihat, istrinya itu sedang asik bermain dengan seekor kucing.

Kepalanya menoleh kesana kemari tapi tetap nihil. Ia tak sedikitpun melihat tanda-tanda keberadaan Raline. Kembali ia mengeluarkan benda pipih dari sakunya. Menekan layar benda itu beberapa kali sebelum kemudian menempelkannya ke telinga.

- R&R -

Sementara itu, di tempat lain, dimana ada lebih banyak orang yang berlalu lalang, Raline tersesat. Perempuan berusia 24 tahun itu sedang berlari kecil mengikuti jejak sesosok pria sebelum bahunya tertubruk orang lewat dan ia kehilangan jejak.

Astaga, Raline baru sadar sepertinya telah pergi telalu jauh. Tempat yang begitu asing ini ditumbuhi oleh bangunan bercorak khas dengan ciri terdapat banyak pilar pilar raksasa menyangganya. Gerai-gerai fashion dengan merk ternama hampir bisa Raline temukan di sepanjang tepian jalan.

Raline mengatur napasnya, mencoba tenang dan tidak panik. Ia hanya perlu menelpon Ranu dan semuanya akan baik-baik saja.

Drrrt

Getar ponsel halus terdengar dari dalam tas. Tentu, itu pasti suaminya yang menelpon. Wanita tersebut merogoh tas. Bersamaan dengan itu, sebuah tangan entah berasal dari mana merebut tasnya dengan paksa.

Bola matanya melebar, Raline memegang erat tali sementara bagian badan tas ditarik kuat kuat oleh seorang lelaki yang terlihat masih muda. Karena kalah kuat, laki-laki itu berhasil membawa lari tas sedangkan Raline terpelanting ke belakang hingga sikunya menghantam aspal.

"Sial! Fotonya!"

Raline lantas bangkit dan mengejar Sang Pencuri yang belum terlalu jauh. Bagaimanapun juga Raline harus mendapatkan tasnya kembali. Langkah kecilnya melesat begitu cepat membelah pusat kota. Di depannya pencuri itu nampak mulai kewalahan. Jarak diantara keduanya kian menepis. Wanita dengan jumpsuit itu hampir meraih kerah jaket Sang Pencuri sebelum....

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now