36. Deep Talk

207 4 0
                                    

Dibawah pijar lampu jingga di atas nakas, sepasang mata coklat Raline seperti bersinar. Hangat dari sana membuat Ranu tergetar. Debar jantungnya bertambah cepat. Ranu bisa merasakan darah yang mengalir cepat di sekujur tubuhnya berdesir.

— R&R —

Sejak beberapa pekan lalu mendengar suara yang sangat ia kenal, Adyan benar-benar tidak bisa tenang. Walaupun Alex telah menyelidiki latar belakang Liam—laki-laki yang datang bersama Juliane—tidak ditemukan sesuatu yang mencurigakan dengan identitasnya. Seolah-olah sosok itu memang sudah hidup sejak dulu di panti asuhan sebagaimana yang tertulis dalam biografinya—yang jelas bertolak belakang dengan dugaan Adyan.

Meskipun mustahil, Adyan masih mengira sosok itu adalah Ranu—laki-laki yang telah ia bunuh hampir tiga tahun yang lalu. Tidak menutup kemungkian bagi bedebah—yang sayangnya cerdik—itu berhasil selamat dan selama ini mengelabuhinya. Kalau memang begitu, berarti ini adalah ancaman serius.

Ya. Apalagi dengan kematian Thomas yang secara mendadak dan misterius itu sampai sekarang belum ditemukan siapa pelakunya. Ini pasti ulah Ranu dan sekutu-sekutunya, pikir Adyan.

Bola mata Adyan menggelinding pada pintu ruangannya yang terbuka bersamaan dengan munculnya sosok lelaki dengan wajah gusar, "Alex, ada apa?"

Laki-laki yang dipanggil Alex itu menghentikkan langkahnya tepat di depan meja kebesaran Adyan, "Saya membawa informasi penting, Tuan."

Ketika Adyan mengernyit, Alex kembali melanjutkan, "ini tentang Julianne."

"Julianne?" Adyan membeo diangguki Alex. Laki-laki itu lantas mengeluarkan sesuatu dalam map coklatnya. Tak selang lama, tumpukan foto-foto seorang wanita memenuhi meja Adyan.

"Apa ini?" Dahi Adyan berkerut tak memahami maksud foto wanita yang beberapa hari lalu sempat menemuinya bersanding dengan foto wanita lain yang terlihat asing baginya. Sekilas, dua wanita itu tampak mirip.

"Informasi tentang Liam mungkin tak bisa kita dapatkan dengan mudah. Sepertinya dia sangat berhati-hati untuk menampakkan diri. Karena itu, saya beralih menyelidiki Julianne diam-diam. Kemunculannya yang sangat tiba-tiba di depan publik membuat saya menaruh kecurigaan padanya. Dalam penyelidikan itu, saya berhasil mengetahui kalau identitasnya ternyata palsu."

Adyan terlihat mencerna kalimat sekretarisnya dengan baik, "Lalu siapa dia sebenarnya dan apa hubungannya dengan foto perempuan ini?"

"Julianne adalah nama samaran yang dipakai oleh Raline Zander, istri Ranu."

"Apa?!" Adyan merasa benang benang kusut kini menyesaki kepalanya.

"Sepertinya dia datang untuk balas dendam, Tuan. Dia sudah tahu kalau tuan adalah dalang di balik kecelakaan itu."

Adyan mengangguk-angguk paham. Sebelum ia berkomentar, Alex kembali menambahkan dengan suara hati-hati, "Selain itu, Raline ternyata adalah putri Daniel Lauren."

Adyan tersenyum miring, nampak tak terkejut. "Aku sudah tahu itu. Dia punya anak selain Gavin dari wanita lain. Aku pernah memergoki Daniel hampir menemui putrinya saat di Paris."

Terjadi senyap sesaat sebelum Alex kembali bertanya, "Lalu apa rencana Anda, Tuan?"

Adyan menggaruk-garuk dagunya berpikir, "Istri Zander sekaligus anak Daniel. Perempuan itu punya banyak alasan untuk menjadi incaranku." Seringai tipis muncul di wajah paruh baya Adyan saat ia kembali meneruskan "Aku hanya memerlukannya untuk bisa membuat bajingan-bajingan macam mereka bertekuk lutut di hadapanku. Dan saat itu terjadi, aku akan melenyapkan mereka sekaligus. Segera jalankan rencana yang kita punya untuk mereka." perintahnya diangguki Alex.

If Something Happens I Love You: THE UNFORGIVABLE MISTAKEWhere stories live. Discover now