1. Lagi dan Lagi

50.6K 1.8K 50
                                    

"Ada aduan lagi," Adrian yang baru saja masuk ke sekre himpunan menghempaskan tubuhnya di sebelah Shana. "Beliau lagi."

Shana hanya bisa menanggapinya dengan kekehan. Tidak perlu dijelaskan lebih rinci siapa sosok beliau yang dimaksud. Semester baru dimulai sebulan yang lalu, sudah masuk 2 aduan untuk orang yang sama.

"Apa lagi sekarang?"

"Skripsinya dianggurin udah mau dua minggu."

Shana menggelengkan kepala, bingung harus bagaimana. Tahun kedua ia menjadi bagian dari bidang advokasi himpunan, setidaknya 75% tugasnya selalu menghadapi beliau yang tidak perlu kita sebut namanya ini.

"Kamu catet kan Yan tadi kronologinya? Habis zuhur deh aku ketemu Pak Wahyu."

Pak Wahyu, kepala jurusan mereka. Beliau rasanya juga sudah bosan mendengar aduan bidang advokasi. Sudah bosan juga audiensi dengan beliau yang tidak perlu disebutkan namanya ini. Hasilnya nihil. Beliau terlalu angkuh untuk menerima nasehat dari kajur yang bahkan lebih senior dari beliau.

Niatnya tadi Shana  ingin beristirahat sejenak menikmati pendingin ruangan yang ada di sekre himpunan ini. Nyatanya berita tidak mengenakkan ini sukses membuat suasana hatinya menjadi buruk.

"Sendiri aja enggak apa-apa kan kamu? Aku jam satu ada kelas." Adrian cengengesan sendiri.

"Dasar ketua sableng!"

"Alya kayanya selow kalau mau diajak. Tapi kayanya sendiri juga kuat sih hahahaha bestie gitu."

"Sialan."

***

Shana merinci dahulu mengenai kronologi yang ada di catatan buluk milik Adrian. Hingga orang yang ia tunggu sejak tadi akhirnya menampakkan batang hidungnya.

"Pak Wahyuu! Akhirnya.." Shana buru-buru menghampiri Pak Wahyu yang baru akan membuka pintu ruangannya.

"Habis sholat saya terus keasikan gosip sama Pak Dekan. Bagaimana Shana ada yang bisa saya bantu?"

"Ummm," Shana  menggaruk-garuk rambutnya sambil cengengesan. "Aduan untuk Pak Seno lagi Pak."

"Lagi?"

Shana menganggukkan kepala. Sementara Pak Wahyu hanya bisa menghela nafas berat.

"Bagaimana dong Pak solusinya? Saya juga capek dapat aduan itu-itu mulu. Tapi tidak pernah selesai juga permasalahannya. Terlapor masih seenak hati juga."

"Pusing saya, sudah dinasehatin juga ndak berubah. Wis ayo kamu ikut saya ke ruangan dekan. Kita diskusikan bersama."

Selama ini masalah memang mereka coba selesaikan di lingkup jurusan. Jangan sampai ke fakultas apalagi ke universitas kalau kata Pak Wahyu. Padahal Shana yakin sekali, Pak Dekan juga sudah sangat tahu soal hal ini. Bagaimana tidak? Desas desus ini sudah ada entah sejak berapa tahun lalu.

Shana berjalan mengikuti Pak Wahyu menuju ruang dekan yang ada di lantai 2. Sesekali menyapa teman-temannya yang ia jumpai di sepanjang lorong. Hingga akhirnya Shana dan Pak Wahyu tiba di depan pintu bertuliskan 'Ruangan Dekan'.

Pak Wahyu mengetuk pintu itu hingga terdengar suara orang dari dalam sana.

"Ya ya buka saja."

Shana menganga melihat pemandangan yang ia temui setelah pintu ruangan terbuka. Ini ruang dekan atau wahana bermain anak?

"Maaf ya berantakan sekali, ini saya bawa anak saya. Ayo duduk-duduk."

ADVOKASI Where stories live. Discover now