29. Misi Membujuk

15.6K 1.3K 71
                                    

Lain kali, mungkin Seno harus hati-hati dalam melakukan sesuatu. Setidaknya memikirkan dua sampai tiga kali sebelum bertindak. Apalagi setelah mengetahui bagaimana pendendamnya Shanaya Mahika.

Atau memang semua perempuan seperti itu? Hobi mengungkit-ngungkit yang sudah-sudah.

Berulangkali Seno membujuk Shana agar mengajukan ulang jadwal semhas nya, mengiming-imingi ini itu tapi benar-benar tidak mempan. Bahkan Seno siap jika Shana ingin membelikannya kemeja dengan warna paling aneh sekalipun.

Sialnya gadis itu tetap menolak.

Katanya butuh waktu untuk healing.

Sudah sebulan ini kegiatan Shana hanya menemani Haji Iswan di toko. Lebih tepatnya nongkrong di warung tenda yang ada di sebelah toko. Menghabiskan recehan di laci Haji Iswan untuk membeli berbagai macam gorengan serta es cekek.

"Bapak? Bu Iyem kemana deh kok warungnya tutup." Keluh Shana penuh kekecewaan karena hari ini tidak bisa nongkrong di tempat favoritnya.

Haji Iswan mengangkat bahunya, "yang setiap hari nongkrong disana kan kamu, harusnya kamu yang tahu dong."

Shana menyengir. Iya juga. Dasar Bu Iyem, Shana kira hubungan mereka sudah sedekat itu. Bu Iyem bahkan sudah sampai tahap menceritakan kisah percintaannya semasa SD. Ternyata hubungan mereka tidam sespesial itu! Buktinya Bu Iyem tutup tanpa memberitahunya kemarin.

"Terus aku ngapain dong Pak?"

"Nyusunin ini barang!" Septian datang seraya mendorong sebuah box besar ke hadapan Mbaknya yang selama di toko bukannya membantu, yang ada malah menghabiskan duit terus. Lama-lama Septian sepet juga lihat keberadaan Mbaknya yang tidak lebih berguna dari keset di depan toko.

Tin tin tin

Bak pucuk dicinta, ulam pun tiba, Adrian dengan motor biru kebanggannya tahu-tahu muncul. Lelaki itu turun dari motor tanpa melepas helm yang melindungi kepalanya. Menyalami Haji Iswan terlebih dahulu sebelum mulai berbicara.

"Mau pinjam Shananya Pak Haji! Ada urusan di kampus." Adrian menarik paksa lengan Shana mengabaikan protes yang keluar dari mulut temannya itu. "Ada musyawarah sama anak-anak Advokasi baru geblek. Buru siap-siap!"

"Males Yan ih! Aku males ke kampus. I hate kampus!" Shana menyentak tangan Adrian dramatis. Tapi kemudian Shana teringat sesuatu, bertahan di toko maka ia akan dijadikan babu oleh Septian. Rasanya lebih baik Shana berangkat ke kampus, toh disana nanti dia bisa numpant tidur di sekre. "Anterin ke rumah dulu. Tinggal ganti baju terus caw." Shana melompat ke atas motor milik Adrian, lalu kembali turun saat teringat bahwa ia belum berpamitan pada Haji Iswan.

"Bapak, Mbak balik dulu ya. Mau ke kampus! Sorry nggak bisa bantuin Bapak dulu hari ini."

"Bantuin-bantuin apaan. Kerjaan nongkrong ngabisin duit terus." Sindir Septian.

Enggan menyahuti adiknya, Shana bergegas meninggalkan toko. Diiringi gerutuan Septian yang tidak henti-henti.

***

"Kamu kenapa jalannya ngendap-ngendap gitu sih Shan? Udah kaya pencuri aja." Protes Adrian melihat temannya itu sejak tiba di kampus selalu jalan mengendap-ngendap.

Shana akan bersembunyi dibalik tembok, lalu mengulurkan kepalanya untuk melihat situasi di depan. Jika merasa aman, baru gadis itu mulai melangkah cepat.

"Bahaya Yan, disini ada musuh abadiku," Canda Shana yang kini sudah bernafas lega karena berhasil tiba dengan selamat di sekre himpunan yang ternyata telah ramai oleh gerombolan orang yang hanya sebagian ia kenal. "Tutup pintu tutup pintu." Perintah Shana pada Adrian yang baru masuk.

ADVOKASI Where stories live. Discover now