34. Godaan

16.1K 1.1K 78
                                    

Ini benar-benar diluar rencana. Shana masih tidak percaya, rumahnya tiba-tiba ramai oleh keluarga Seno. Sulit bagi Shana menolak permintaan Larasati, Seno pun tidak banyak membantu karena diam saja.

Shana menelpon Ibunya di perjalanan mereka menuju rumah tadi, memberitahu kalau dalam setengah jam keluarga Seno akan mampir ke rumah. Tidak perlu dibayangkan bagaimana kagetnya Rini.

Kedatangan keluarga Seno disambut hangat oleh Rini dan Haji Iswan. Walaupun mendadak, tadi Rini sempat meminta tolong pada Septian untuk membelikan cemilan lain sebagai pendamping rawon untuk tamu spesial mereka.

Shana ingin terbang mendengar bagaimana pujian saling sahut menyahut dari keluarga Seno.

"Nanti kalau nak makan ni lagi, saya ajak adik Shana ke Singapore ya." Gurau Noor. "Best sangat." Pujinya lagi.

Shana pikir, setelah acara makan-makan itu ya acaranya selesai. Keluarga Seno akan kembali ke penginapan mereka. Ternyata, Larasati malah mengajak Rini berbincang berdua di halaman belakang. Tidak mengizinkan anak-anak dan para suami ikut mereka.

Adam yang usianya diatas Shana, malah terlihat akrab dengan Septian. Tahu-tahu selesai makan, mereka sudah janjian untuk bermain playstation. Shana sudah mendorong Seno yang sejak tadi bergelendotan dengannya untuk bergabung dengan Adam dan Septian. Tapi pria itu menggeleng dan tetap bergelendotan dengannya. Tidak tahu malu padahal di seberangnya ada Haji Iswan dan Noor yang sedang mengobrol.

"Berat Mas kepala kamu," Shana mendorong kepala Seno yang bersandar di bahunya. "Udah sih sana ikut main sama adik-adikmu, biasanya juga main itu sama Septian."

"Nggak mau Shannn." Rengek Seno. "Saya mau begini saja sama kamu." Tangannya malah semakin melingkar erat di tubuh Shana sampai menimbulkan gelak dari Haji Iswan dan Noor.

"Sepertinya harus kita segerakan." Ucap Noor khawatir melihat Seno sudah selengket itu. Haji Iswan balas manggut-manggut.

Shana mengalah membiarkan bahunya menjadi sandaran kepala manusia yang tidak sadar diri ini.

"Jadi ikut saya kan? Iya ya?" Bujuk Seno, masih berusaha untuk bisa membawa Shana ikut serta dengannya. "Saya nyetir mobil sendiri nggak masalah, tapi kamu ikut ya?"

Beberapa waktu lalu, Seno memberitahu Shana bahwa akan ada pertemuan rutin ikatan agroteknologi Indonesia di Bandung. Seno ditunjuk mewakili kampus, dan  mendapat fasilitas transport dan penginapan. Tapi entah ide darimana Seno ngotot ingin membawa Shana ikut serta dengan alasan toh Shana juga tidak sedang ngapa-ngapain.

"Memang udah izin Ibu?" Tantang Shana.

"Sudah! Dibolehin Ibu asal nggak aneh-aneh. Saya kan nggak akan aneh-aneh orang hanya minta ditemenin."

Kalau sudah begini, Shana tidak bisa menolak lagi. Izin sudah turun, kalau tidak dituruti bisa-bisa Seno tantrum.

"Jangan nyetir Mas. Naik kereta aja. Capek entar kalau nyetir sendiri."

"Saya mau nyetir Shan."

Shana kontan menggeleng, "nggak ikut kalau gitu."

Seno mendesah kecewa tapi setelahnya menurut. "Yaudah iya naik kereta."

Dari arah halaman belakang, suara Rini dan Larasati mulai terdengar mendekat. Kedua wanita itu terlihat akrab mengobrol. Larasati kemudian mengajak suami dan anaknya untuk kembali ke penginapan karena sudah larut malam.

"Nanti kabarin lagi saja ya Mbak." Ujar Larasati mengelus-elus lengan Rini. "Kontak saya aja kalau perlu apa-apa." Sambungnya.

Tidak ada yang tahu apa yang mereka obrolkan di belakang sana. Bahkan setelah Larasati dan keluarganya pulang, Shana juga tidak berhasil mengorek informasi apapun. Rini hanya berkata, nanti ada waktunya Shana tahu.

ADVOKASI Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon