49. Kembali Bersama

12.7K 1.4K 116
                                    

Jangan mengira usaha Seno akan semudah itu diterima oleh Shana. Shana mungkin mengizinkan pria itu berdekatan dengan Eleona, tapi Shana selalu menolak apabila Seno ingin mereka duduk berdua untuk membicarakan perkara mereka.

Seno pun tak pantang menyerah, dia punya tekad kuat membawa Shana dan Eleona kembali ke rumah mereka. Walau setiap harinya Seno harus bolak-balik rumah-kampus-rumah keluarga Shana. Sudah mirip saat zaman ia masih berpacaran dengan Shana.

"Ini punya Mas Seno Mama taruh sini ya nak." Larasati menggeser sebuah tas bekal ke arah Seno yang duduk di meja makan sejak tadi.

Rakhman sudah kembali ke Jakarta, sementara Larasati akan menemani Seno lebih lama. Setidaknya sampai Seno berhasil membawa anak dan istrinya kembali pulang.

"Makasih Ma." Seno mengulas senyumnya, menerima tas yang disodorkan oleh Larasati. "Saya berangkat dulu."

Hubungan mereka jauh lebih baik saat ini. Seno mulai melunak, tidak lagi menghindar tiap kali ada Larasati. Mereka sering menghabiskan waktu dengan mengobrol di pagi hari sebelum Seno pergi bekerja.

"Baju cucu Mama nggak ketinggalan kan?" Tanya Larasati. "Mama kemaren itu main ke mall, ngelihat baju-baju anak perempuan kok lucu-lucu sekali sekarang. Kebayang kalau dipakai Eleona pasti lucu sekali." Larasati tersenyum membayangkan akan secantik dan selucu apa kalau baju-baju yang ia beli dikenakan oleh Eleona. "Titip pesan sama Mbak Shana, kalau nanti dipakai Eleona jangan lupa difoto dan dikirim ke Mama ya!"

Seno kembali tersenyum lalu mengangguk. Ia ikut bisa merasakan rasa excited yang dirasakan oleh Larasati.

Seringkali Seno tersenyum atau tertawa tiba-tiba, hal itu terjadi karena ia mengingat bagaimana tingkah Eleona. Tidak pernah Seno menyangka di seumur hidupnya, bisa semudah ini jatuh cinta pada Eleona. Anaknya yang dulu pernah Seno benci.

Penyesalan itu terus bercokol di benak Seno, Seno merasa bodoh, merasa jahat untuk alasan itu.

"Kangennya Papa nak." Gumam Seno, menatap foto Eleona yang sengaja dia ambil saat berkunjung beberapa waktu lalu. Bertemu setiap hari dari sore hingga malam nyatanya belum cukup untuk Seno. Dia selalu merasa rindu, bahkan saat baru saja meninggalkan Eleona. "Doakan Papa bisa meluluhkan Mama kamu secepatnya ya. Biar kita bisa ketemu lebih lama." Hanya dengan melihat foto Eleona saja semangat Seno untuk mengajar langsung bertambah.

***

"Assalamualaikum Eleona." Seno tidak perlu mengetuk pintu seperti biasanya karena Shana beserta Eleona sedang duduk santai di teras rumah. "Anak Papa sudah mandi ya? Ya ampun harumnya." Seno bergegas meraih Eleona ke dalam gendongannya. Menghirup aroma bayi yang kini menjadi kesukaannya.

Shana yang masih duduk membiarkan saja Eleona digendong oleh Seno kesana kemari. Tanpa dijelaskan pun Shana bisa melihat gurat kelelahan yang coba Seno sembunyikan. Jalan pria itu tidak tegas seperti biasanya, tapi rautnya berubah girang saat melihat Eleona.

"Lihat Nona ini bunga bougenville namanya."

"Aaaakhh!!"

"Iya pintar ya." Seno mengecup rambut anaknya kemudian ia berbalik menuju Shana. Sampai lupa belum menyapa istrinya yang cemberut. Entah karena iri hanya Eleona yang Seno perhatikan, atau justru malas melihat kehadirannya di rumah ini.

"Sudah rapi mau kemana Shan?" Seno duduk di kursi lain yang ada di dekat Shana.

"Tadinya mau jalan keluar sama Septian, bawa Nona jalan-jalan. Kirain kamu nggak datang." Jelas Shana.

ADVOKASI जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें