4 => RASA NYAMAN

121 17 69
                                    

Hai, assalamualaikum!

Masih mau nekat baca Elano? Resiko tanggung sendiri.

>HAPPY READING<

=> RASA NYAMAN?

-+

Suasana pagi yang cerah tidak mampu membendung kekesalan Aza pada lelaki yang kemarin secara gamblang mengklaim Ia menjadi pacarnya. Tatapan mengintimidasi diberikan setiap orang yang ada di koridor, membuatnya merasa tak nyaman. Apalagi suara Adit yang cempreng itu tak henti-hentinya mengoceh, membahas hal yang menurutnya sama sekali tidak penting.

El mendadak menghentikan langkahnya saat hendak berbelok menuju kelas Aza. Membalikkan tubuh menghadap pada ketiga sahabatnya yang setia mengekori sedari tadi.

"Bisa ngga, ngga usah ngomongin hal yang ngga penting? Suara Lo itu ngga enak, bikin gendang telinga gue hampir pecah." sarkasnya membuat Adit bungkam. Setelah mengatakan hal itu, El kembali menarik lembut tangan Aza untuk menjauh dari jangkauan manusia ngga punya akhlak seperti Adit. Satria yang melihat itu hanya tersenyum mengejek.

"Mampus! Emang sampah, ya, mulut Lo!?" kini Satria telah memecahkan tawanya melihat raut wajah Adit yang di buat sok imut.

Dengan kasar, Vino meraup wajah tak berdosa Adit hingga membuat sang empu mengumpat tertahan. "Vinoasu!"

Sedangkan El, Ia tak mempedulikan sahabatnya dan terus berjalan seraya menggandeng tangan mungil Aza. Sesampainya di depan kelas yang bertuliskan 'XII IPA-2'.

"Masuk, gih! Belajar yang bener, jangan mikirin aku terus!" El berucap sembari mengacak rambut Aza pelan. Tak sadar, keduanya sudah menjadi pusat perhatian. Teman sekelas Aza bahkan berteriak histeris saking bapernya.

"Kamu pake blush on-nya ketebelan, ya?" godanya seketika membuat pipi gadis itu kian memanas.

"Kamu kalau salting gini, malah makin gemesin, deh!?"

Blush.

Aza mengumpat dalam hati. Wajahnya memerah entah karena salting atau malu. Ia merasa bahwa telinganya juga ikut memerah mendengar pernyataan El. Jantungnya berdegup kencang, deg-degan.

Ia bingung harus apa sekarang. Melihat sikap El dan pernyataan cowok itu tadi pagi saat berbincang dengan Ayah serta Kakaknya, membuat benteng pertahanan yang Ia bangun agar tidak jatuh dalam pesona El serta masuk menyelam lebih dalam pada hidup cowok itu, kini mulai goyah. Mulutnya ingin mengatakan bahwa Ia tidak akan jatuh cinta pada El. Namun, berbanding terbalik dengan lubuk hatinya yang paling dalam.

Rasa nyaman itu, sedang mengusik pikirannya. Nyaman saat Ia berada dekat dengan El dan nyaman saat melihat cowok introvert itu bisa tersenyum karenanya. Hatinya bergejolak, namun Ia segera menepis. Berharap rasa ini benar-benar tidak akan hadir. Tapi, siapa yang bisa mengubah takdir Tuhan?

"Malu-maluin." alis El tertaut saat Aza mengeluarkan suara.

"Kamu malu?" hanya di balas anggukan oleh Aza.

"Kenapa harus malu? Seharusnya kamu bersyukur dong, punya pacar kek aku. Ganteng, berwibawa, kaya, pintar, ketua geng pula. Pokoknya ngga semua orang punya apa yang aku miliki!"

"Iya, karena orang itu bukan kamu. Kamu adalah orang pertama yang aku temui, dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi." dengus gadis itu sebal.

El tersenyum. Benar kata Aza, tidak semua orang memiliki apa yang Ia miliki. Karena orang itu bukan dirinya, yang memiliki segalanya. Kasih sayang, cinta, materi, serta kekuasaan. Semua yang Ia inginkan selalu tercapai. Namun, ada satu hal yang sampai sekarang belum Ia dapatkan, membalas dendam atas kematian sang Daddy.

ElanoWhere stories live. Discover now