19. Bertahan Untuk Membuktikan

17 3 0
                                    

Ai ai, Assalamu'alaikum!

Tim libur panjang jalan-jalan or menikmati hari dengan rebahan?

HAPPY READING

"Tolong jangan beritahukan pada siapapun tentang kondisiku sekarang, Za. Aku takut, aku takut dengan reaksi mereka yang tau kalau aku anak dari seorang pembunuh. Meskipun aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi."

Aza mengingat kembali perkataan Reyya tadi pagi, sesaat sebelum Ia berangkat ke sekolah. Yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah diam berpura-pura tidak tau terkait kondisi Reyya. Ia menatap Adit, sepersekian detik Ia berucap, "sepertinya memang bukan karena Adit, Ghe."

Semua orang yang berada disana menatap ke arah Aza. "Bukan karena aku mau belain Adit. Tapi apa kalian inget? Sebelum Reyya hilang tanpa kabar, sore itu Reyya bilang mau keluar ke minimarket. Sedangkan Reyya jalan sama Adit itu pagi!" jelas Aza masuk akal.

Adit menganggukkan kepalanya pelan, dan tanpa ada yang menyadari, Ia melirik tajam ke arah El. Pikirannya menerka-nerka apa yang telah terjadi, ada hubungannya dengan El. "Coba kita berpikir positif, jangan asal tuduh tanpa adanya bukti!" Ujar Aluna menengahi.

Ghea mendengus kasar. Pikiran dan hatinya tidak singkron, membuat Ia menuduh semua orang yang memiliki kedekatan dengan Reyya. Di antara ketiga sahabatnya yang lain, Reyya terbilang manja. Mereka berteman sejak SMP, oleh karenanya Ia begitu mengkhawatirkan kondisi sang sahabat.

--

"Ayah, bisa aku meminta tolong?" Tanya Aza yang baru saja duduk di perpustakaan pribadi sang ayah, dengan masih mengenakan seragam sekolah.

"Apa pun untuk putri kecil Ayah." Mahen menatap hangat putrinya. Tak biasa Ia melihat raut kekhawatiran di wajah baby face itu.

"Aku tahu Ayah melakukan pengawasan terhadapku dan Bunda,"

"Tunggu-tunggu, kamu, tidak ingin protes, kan?" Mata tajam namun hangat saat menatapnya itu, terlihat memicing.

Aza menggeleng cepat, "No, Yah! Aza tidak protes, walau sebenarnya aku sedikit merasa risih dengan kehadiran mereka." Gumamnya pelan.

Mahen tersenyum dan mengangguk. "Apa boleh, kalau aku meminta salah satu dari mereka untuk menjaga Reyya?"

"Ada apa dengan Reyya? Jangan bilang, kalau ini ada hubungannya dengan kemarin waktu kamu menginap di apartemennya?"

"Heum, ada sedikit problem, Yah."

Mata mahen semakin memicing, "problem apa? Kok kamu baru kasih tahu Ayah?"

"Sebenarnya bukan masalah Aza, tapi Reyya. Seminggu terakhir, Reyya di teror." Tubuh Mahen seketika menegak. Berusaha mencerna yang di katakan oleh putrinya. Teror? Reyya mendapatkan teror, begitu?

"Sejak kapan? Ah, maksudnya kenapa bisa?" Aza menceritakan semua yang terjadi pada sahabatnya itu. Padat dan detail, tidak ada yang dikurangi juga tidak ada yang dilebihkan.

"Bukannya, Reyya.. dari panti asuhan?" Tanya Mahen memelan di akhir kalimat. Aza menjawabnya dengan anggukan saja.

"Kali ini Ayah akan bantu. Tapi, ingat! Bila merasa tidak bisa menyelesaikan sendiri, jangan pernah kamu membahayakan dirimu sendiri! Ayah tidak suka." Aza tersenyum. Mengucapkan terima kasih seraya memeluk sayang sang ayah.

"Terima kasih, Ayah, kau memang yang terbaik."

--

Reyya. Gadis itu kini berada di sebuah balkon rumah sakit. Kondisinya yang lemah, membuatnya harus kembali berkunjung ke tempat yang khas dengan bau obat-obatan. Suara handle pintu yang di buka, membuyarkan lamunan. Tatapan kosongnya beralih pada asal suara, senyum tipis terbit dari bibir mungil itu.

Seorang laki-laki dengan menggunakan kemeja hitam itu, menghampirinya dengan tangan yang penuh oleh buah-buahan. Reyya celingukan, melihat ke arah belakang laki-laki itu, mencari keberadaan sahabatnya disana. "Cari Aza, ya?" Suara berat nan dalam itu, membuat Reyya menganggukkan kepalanya cepat.

"Aza masih ke minimarket depan, katanya makanan titipan Lo ketinggalan di rumah. Makanya dia mau beli lagi yang baru di minimarket." Reyya hanya mengangguk.

"Abi kapan datangnya? Bukannya masih di Surabaya?" tanya Reyya memecah suasana canggung yang menyerang.

Abi, Abidzar Bumantara. Ketua OSIS Trisakti, sekaligus sepupu dekat Aza. "Jadwal kepulangan gue dimajukan jadi kemarin. Itu sebabnya gue ada disini sekarang."

Reyya hanya ber-oh ria. Suara handle pintu kembali terdengar, tak lama menampilkan sosok Aza yang membawa sekantong belanjaan. "Huft, berat banget, suer!" ceplosnya menatap sinis ke arah Abi. Sedangkan yang di tatap hanya menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak gatal.

Reyya yang melihat interaksi antara sepasang sepupu itu terkekeh pelan, sebelum wajahnya kembali seperti semula. "Peace, Za," ujarnya seraya mengangkat jarinya yang membentuk 'v'.

Tanpa mempedulikan sepupu tidak ada akhlaknya itu, Aza memilih mengeluarkan beberapa cokelat dari kantong belanjanya. Senyumnya melebar, sembari mengangkat tinggi beberapa cokelat itu hingga tepat di depan pandangan Reyya. "Aku bawa titipan kamu," ujarnya tersenyum lebar.

"Terima kasih," Reyya tersenyum penuh arti. Tanpa sadar dan tanpa izin, tetesan bening jatuh di pipinya. Aza yang melihat itu, menarik pelan Reyya ke dekepan hangatnya. Membisikkan kata penenang saat tangis Reyya terdengar semakin kental.

"Sampai kapan pun, aku akan selalu ada di pihak kamu, Rey. Lihat, kamu engga sendirian! Masih ada aku, Abi, dan Ayah yang akan selalu berusaha melindungi serta membantu memecahkan masalah ini. Demi apapun, aku engga akan sanggup melihat kamu terus-terusan merasa terpuruk dan terpojokkan seperti ini."

"Sebagai sahabat, hatiku juga ikut sakit, Rey. Bukan hanya kamu yang takut, aku juga." Aza ikut meneteskan air mata sesaat setelah menyelesaikan kalimatnya.

Abi yang sedari tadi diam, kini mulai bersuara, "Rey, tolong bertahan! Bertahan untuk kemenangan kamu dalam membuktikan kalau kamu tidak bersalah, dan berhak untuk bahagia."

--

TO BE CONTINUE

Halloo, ketemu lagi sama dindaa. Demi apapun, aku ngerasa lega, akhirnya aku kembali update Elano. Untuk saat ini aku gabisa janji mau update berapa hari/minggu/bulan sekali. Karena kesibukan dinda semakin bertambah dan waktu istirahat juga jadi berkurang, alhasil dinda jarang buka wattpad.

Tidak apa, ya. Semoga suka dan tetap setia menunggu Elano update.

HAPPY NEW YEAR 2024 kesayangannya akuuu.

tidak berharap banyak. semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya; segalanya yang belum tercapai di tahun sebelumnya, semoga tercapai di tahun ini; yang belum bertemu jodohnya, semoga segera bertemu di tahun ini, xixi; juga banyak semiga semoga yang lain, kita berdoa untuk segera tercapai, ya.

see u.

Bumi Jawa
- awal tahun yang menyenangkan (semoga)

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 13 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ElanoWhere stories live. Discover now