5 => MOVE ON

91 14 41
                                    

Allo, assalamualaikum!

Tau caranya menghargai orang lain, kan? Cuma tinggal pencet votenya doang, dan itu udah lebih dari cukup.

>HAPPY READING<

=> MOVE ON



^Hidup yang paling lelah adalah hidup yang terlalu memikirkan omongan orang lain^

-Aluna Dhiafara-




-+

Hari sudah menjelang sore. Namun, tidak membuat keputusan Aza pulang paling akhir dari yang lain pupus. Entah kenapa, Ia ingin sekali pulang paling akhir. Ia hanya tidak ingin menjadi pusat perhatian seperti tadi pagi dan saat istirahat. Tidak berniat menanggapi omongan orang lain, tapi tetap saja hatinya tidak bisa tenang.

"Za, ini udah hampir sore. Lo ngga mau pulang? Sekolah udah sepi banget, loh." Reyya mendengus kesal.

"Lo ngga ada niat buat tungguin El selesai latihan basket, kan?" tanya Ghea.

Aza langsung mendongak, kemudian menggeleng cepat. "Engga, kok. Ya udah, ayo pulang!" ajaknya kemudian.

Keempat gadis itu berjalan melewati koridor yang sepi. Dari kejauhan, terdengar suara sayup-sayup seseorang yang sedang berlatih basket. "Lo ngga mau lihat El dulu, Za?"

Aza menatap Aluna, "engga."

"Kenapa engga?"

"Takut jadi pusat perhatian lagi?" tukas Aluna tepat sasaran.

Aza menunduk, membuat yang lain saling tatap. Semenjak pacaran dengan El, sikap Aza berubah. Ia menjadi lebih diam. Biasanya Aza yang lemah lembut itu selalu aktif dalam segala hal.

"Semenjak pacaran sama El, sikap Lo berubah, Za." Aza menghentikan langkahnya dan menatap sahabatnya bergantian.

"Kemana Aza yang selalu aktif? Kemana Aza yang selalu ceria?  Kemana Aza yang cosplay jadi rentenir di kelas, meskipun sebenarnya Lo ngga bisa marah? Semua hilang dalam sekejap mata. Lo kek bukan Aza yang gue kenal!" cerca Reyya.

"Lo masih ngga nyaman dengan status Lo saat ini?"

Aza menunduk, matanya berkaca-kaca. Jujur, Ia belum siap menerima keadaan yang Ia hadapi saat ini. Menjadi pacar dari cucu pemilik sekolah sekaligus ketua geng yang di takuti di seantero Trisakti. Menjadi pusat perhatian di setiap waktu. Sungguh, itu sangat menggangu hati serta pikirannya. Padahal baru kemarin El, mengklaimnya menjadi pacar. Tapi, semua sudah berubah dalam sehari.

"Coba deh, Lo mulai buka hati buat orang baru,"

"Ngga semudah itu Al, kamu juga pasti tau alasannya, kan?" sela Aza cepat.

Aluna menatap mata Aza dalam. "Ngga ada salahnya mencoba, Za! Gue lihat, sepertinya El serius sama Lo. Jadi ngga ada alasan buat Lo ngga nyaman sama dia!" seru Aluna yakin.

"Kali ini gue setuju sama Aluna."

"Tapi aku bingung sama perasaan ini. Di satu sisi, rasa nyaman saat dekat sama El, perlahan mengusik pikiran aku. Tapi di sisi lain, masih tersisa sedikit rasa untuk dia yang kini entah dimana keberadaannya!" jelas Aza yang tanpa sadar sudah mengeluarkan air mata.

"Cukup, Za! Lo ngga lelah sama perasaan Lo sendiri? Gue bilang berapa kali, lupain dia, Aza! Dia bukan laki-laki baik seperti yang Lo kira. Kalau dia memang lelaki baik, ngga mungkin dia menghilang tanpa kabar, ninggalin Lo sendiri disini dengan sebuah rasa yang sama sekali ngga bisa Lo pahami!"

ElanoWhere stories live. Discover now