13 => MANA MATAMU?

61 7 0
                                    

Allo, assalamualaikum!

>HAPPY READING<


13 => MANA MATAMU?






-+












Ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan itu, kini menjadi saksi. Betapa pusingnya Aza mendengar perdebatan tak bermutu antara Reyya, Adit, serta Satria. Ghea hanya mendengus. Niat hati ingin menjenguk Aza, malah malu yang di dapat. Bukan berusaha membuat Aza tetap dalam kondisi stabil, sahabatnya itu malah membuat Aza semakin sakit.

Ghea berdiri, menghampiri El yang sedang duduk di sebelah ranjang rumah sakit yang di tempati Aza. "Mending Lo suruh mereka diam, deh, El! Dari tadi gue ngomong pada ngga mau dengerin." tukasnya seraya menyikut pelan bahu pacar sahabatnya itu.

Bugh.

"Anjing!"

Umpatan kasar keluar dari bibir Adit, saat sepatu mahal milik El, mendarat mulus di kepalanya. Tawa semua orang yang ada di ruangan, seketika pecah melihat komuk Adit yang meringis tertahan. "Apa Lo melotot? Mau gue congkel mata Lo?" sergah El menatapnya tajam.

"Lo ngapain lempar gue pake sepatu, Jamal?" bukan Adit namanya, kalau Ia tidak berani melawan perkataan El.

"Pake segala mau congkel mata orang,"

"Nantangin Lo?" El yang sejatinya gampang emosi, matanya menghunus semakin tajam kearah Adit. Sedangkan yang ditatap hanya mengulum senyum. Mungkin menurut orang lain yang tidak kenal dekat dengan El, tatapan tajam itu seakan membunuh mereka hidup-hidup. Tapi tidak menurut Adit, itu adalah sebuah hal lucu saat melihat El yang melotot dengan mata sipitnya itu. Seketika Adit berdiri dari duduknya, membuat semua orang bingung melihat tingkahnya.

"Mana matamu? Ini mataku. Mata kiri mataku, mata kanan mataku, mata-mata! HUAAA!" seraya menirukan gerakan yang sedang viral di jejaring sosial, Adit tertawa dengan memegangi perutnya yang terasa sakit.

"Meskipun melotot gitu, mata Lo tetep keliatan merem El!" serunya meledek. Tak membutuhkan waktu lama, para sahabatnya juga ikut meledakkan tawa. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan oleh Adit. El pada dasarnya memang memiliki mata yang sipit, hal itu pula yang sering dijadikan Adit bahan ejekan.

Aza menatap El yang kini tengah menggerutu pelan mendengar ejekan yang Adit lontarkan untuknya. "Ngga usah marah El, lagian yang dibilang sama Adit ngga salah, kan?"

El memejamkan mata, berusaha untuk tidak emosi saat mendengar ucapan Aza yang terkesan ikut mengejeknya. "Kamu kok belain Adit?"

"Ngga ada yang belain. Semua yang dibilang sama Adit, kan, fakta. Kalau mata kamu tenggelam." mendengar hal itu, sontak Adit tersenyum penuh kemenangan. Ternyata mudah sekali mengerjai sahabat sekaligus ketua Fuerza ini.

"Dengerin, El! Sok-sokan mau congkel mata orang, mending Lo ngaca dulu!" seru Adit tanpa pikir panjang.

"Diem Lo, babi!" sentak El membuat Adit diam seraya menahan tawa.

Puas sekali rasanya menjahili sang ketua Fuerza. Aza terkekeh pelan melihat hal itu. Disisi lain, El juga ikut tersenyum kala melihat kondisi Aza yang mulai membaik. Beruntung kejadian perundungan tadi tidak menimbulkan trauma bagi Aza. Entah apa yang terjadi padanya, jika Aza mengalami trauma.




--




Saat ini, Aza sedang berada di dalam mobil bersama dengan sang Kakak. Senyum diwajahnya sama sekali tidak pernah luntur, saat Ia bisa merasakan kembali udara segar di kota Jakarta. Dua hari berada di rumah sakit, rasanya sangat membosankan bagi Aza. Hanya bau khas obat-obatan yang selalu menemani harinya, membuat Ia memaksa untuk segera pulang. Aza mengerucutkan bibir sebal, kala mendengar Fairuz yang tak ada berhentinya untuk bicara.

ElanoWhere stories live. Discover now