Bab 8: Spirit (curious) Annura

855 63 0
                                    

Assalamu'alaikum

Malam tiba disandingi dengan hujan deras dan angin kencang tanpa petir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam tiba disandingi dengan hujan deras dan angin kencang tanpa petir. Seluruh gorden yang ada didalam satu bangunan besar itu terbang kesana kemari. Ruangan gelap,sengaja lampu dimatikan oleh si ayah. Namun itu tidak membikin nyali putri semata wayang dari Batara itu menciut.

Ia berjalan santai turun kebawah menuju sofa untuk mencari sebuah kuasnya. Kemaren setelah pulang dari sekolah ia mampir ke tokoh alat lukis langganannya, ia membeli peralatan lukis tetapi setelah sampai dirumah ia bukannya langsung membawa kedalam ruangan khusus melukis malah ia letakkan sembarangan di ruang tamu, Entah itu disofa ataupun di lemari. Entahlah ia benar-benar lupa.

Ia tak menghidupkan lampu,hanya menggunakan senter handphone sebagai penerang ruangan. Hujan semakin deras dan petir membuat cewek itu terjengkit kaget. Tanpa sengaja ia melihat bayangan seseorang di tangga menuju kamar ayahnya dan saudara tirinya. Bayangan itu seorang wanita berambut sebahu tak lama bayangan itu berubah menjadi sedikit bercahaya. Cewek itu membelalakkan matanya, menatap bayangan itu.

Ia hampiri ke tangga kamar ayahnya. Berdiri tepat didepan bayangan itu,"Bu,"katanya pelan.

Tak ada rasa takut menyelimuti dirinya, malah ia semakin berani untuk semakin dekat dengan bayangan itu, tangannya ingin menggapai wajah bercahaya itu.

"Bu," katanya lagi.

Wanita didepannya tersenyum lebar kepadanya, Kamala, menatap lekat wanita itu. Wanita yang telah lama pergi darinya dan ayahnya. Ia rindu ibunya, wanita didepannya ikut menatapnya lekat.

"Hai senja anak ibu. Kamu apa kabar?"

Kamala kaget, ia sedang diajak bicara dengan ibunya. Ia kira orang yang telah mati tidak akan bisa lagi berbicara dengan orang yang masih hidup.

"Bu," panggil Kamala untuk ke-tiga kalinya.
Kakinya melemas,ia terduduk di lantai tangga dibantu oleh bayangan itu. Tangannya memegangi wajah wanita itu, air matanya terjatuh. Tak tahu harus mengatakan apa sejak sekian lama tak dikunjungi seperti ini oleh sang ibu.

"Senja kangen ibu," ucap Kamala tersedu-sedu.

"Ibu juga kangen sama senja, putri ibu satu-satunya yang harus bertahan hidup bersama ayah berdua tanpa ada ibu."

Kamala menggeleng,"ibu selalu ada disisi senja,cuma senja yang gak liat ibu."

Wanita itu tersenyum.

"Semoga secepat mungkin kamu menerima keluarga barumu ya, nak. Ibu dari dari kejauhan ikut bahagia kalau suami dan anak ibu bahagia, jangan pernah tangisin ibu apalagi kangenin ibu."

"Gak bisa Bu, mau gimana pun caranya untuk ngelupain ibu senja gak bisa!"

"Bisa nak. Jangan berkegantungan sama orang yang sudah meninggal kayak ibu, ibu bisa apa?"

Tangisan senja semakin bersuara. Batara, Nada dan anak-anaknya yang lain berdiri di belakang Kamala yang sedang berbicara dengan Arzan yang seolah sedang berbicara dengan ibunya,Annura.

7 SAUDARA TIRI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang