Bab 51: socialize

234 25 0
                                    

Vomen!!!

Vomen!!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Ut minta tolong,"

"Apa?"

"Ambil alih kasus Skayara, gue masih mau di makam,"

"Manis mau ngapain?"

Kamala tidak menjawab melainkan malah meletakkan handphonenya di tangan Laut.

"Bukti ada di hape gue, bawa itu dan kasih bukti ke polisi biar Skayara dihukum mati. Dan, tuntutan itu gak bisa dicabut kecuali gue yang minta."

Laut tampak ragu.

"Jangan takut untuk aduin itu, Skayara pantas dihukum mati. Dia udah buat gue kehilangan abang-abang tiri gue. Gue kehilangan segala-galanya karna ulah dia. Semua kenangan gue hangus terbakar." tuturnya menahan kekesalan.

"Manis engga apa-apa ditinggal di sini sendiri?"

"Gapapa."

Laut mengangguk. Lebih baik mengalah dan mengikuti apa kata Kamala, lagipula sekarang Kamala butuh waktu sendiri.

"Kalau gitu saya pergi dulu tapi setelah saya pergi kamu pun pulang ya, biar saya engga kecarian kamu."

Kamala mengangguk. Laut tersenyum lalu berbalik badan dan berjalan pergi meninggalkan Kamala sendiri di makam Keandra.

Helaan napas lelah dihembuskan oleh Kamala untuk kesekian kalinya. Lelah, Sangat... Lelah. Keandra telah pergi menemui kedua orang tuanya jadi dirinya sendiri lagi. Kamala tak yakin Laut akan tetap berada disisinya.

"Cepet banget perginya, Kean. Kakak sendiri lagi." adunya kepada batu nisan milik Keandra.

Kamala tahu itu semua sia-sia. Berbicara ataupun mengadu segala hal kepada yang sudah tiada adalah suatu hal yang sia-sia, mereka mungkin mendengar namun takkan bangun lagi. Dan setiap kalimat yang Kamala lontarkan semuanya percuma. Kini Kamala tak butuh didengar melainkan butuh bertemu kepada orang yang sudah meninggalkannya selama-lamanya seorang diri.

Kamala akui jika sudah kehilangan seperti ini dirinya lemah namun saat orang-orang itu masih ada Kamala selalu tidak memedulikan nya, mengapa? Satu hal yang perlu diketahui, Kamala tak butuh orang-orang disekitarnya, Kamala tak butuh manusia tetapi karena sudah kehilangan orang-orang yang sudah menjadi keluarganya Kamala tak bisa apa-apa lagi. kesimpulannya, Kamala akan selalu menganggap bahwasanya ia butuh manusia.

Kamala selalu ingat kalimat 'yang datang akan pergi' makanya Kamala menolak orang-orang yang datang singgah di hidupnya eh almarhum ayahnya malah menginginkan nikah lagi, punya keluarga lagi ujung-ujungnya Kamala yang sakit hati. Mereka pergi perlahan-lahan. Bukan pergi sebentar melainkan selama-lamanya, beda alam. Gimana Kamala tak kecewa coba?

7 SAUDARA TIRI Where stories live. Discover now