Bab 18: I am sorry

734 55 3
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatu.
Happy reading guysss...tetap di vote ya!

tetap di vote ya!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Catatan bahwa....

"Bahaya bukan jadi masalah untuk hidup,kan?"
-Arzan Malik Ravindra-

"Ayah dan Zahwa meninggal bukan salah gue!"
-Alkantara Chandrawana-

"Sudah berapa kali ibu bilang. Adik kalian, Alkantara. Si pembunuh!"
-Nada ayudisha-

"jangan jadikan emosi kamu sebagai pelampiasan ke anak kamu."
-Batara Raden Bintang Akhtar-

"Ibu dalam kendali setan."
-Kamala Humaira Senja Arsyana-

"Bukan Alkantara yang bunuh. Itu takdir tuhan,Bu."
-Agra Byantara Langit-

"Gue diem, karena nggak mau ikut-ikutan. Nanti makin meledak masalahnya kalau gue ikut campur."
-Agavin Daffa Argadana-

"Gara-gara kerasukan jin, ibu gue jadi buka peristiwa itu di depan adik gue!"
-Abiyasa Fares Ganendra-

"Sejujurnya, yang tinggal di dalam mobil itu cuma ayah sama Al. Tapi gue nggak tau siapa yang salah atas kejadian itu."
-Alastar Majendra-

"Sstt,diem. Pada akhirnya juga akan tau siapa yang salah dan berbahaya. Intinya, Alkantara nggak salah dan bukan orang yang berbahaya."
-Akhasa Wiyataraka Utara-

...


Hari ini dadanya bergetar hebat dan Berguncang.
Adiknya sudah sadar. Tetapi perasaannya gundah karena teringat kekasihnya.

"Wa,maaf, udah bawa-bawa nama kamu di masalah tadi," katanya bersalah.

Ia memejamkan matanya.

"Rasa ini selalu ada buat kamu, hati aku hanya untuk kamu. Aku kangen kamu,Wa. Balik Zahwa, aku nggak bisa hidup tanpa support dari kamu."

Ia pikir rasa itu akan menghilang seiring waktu, nyatanya ia semakin tergiur untuk memiliki kekasihnya yang sudah lama pergi itu.

Rasanya ia bahagia telah lahir dan hidup bersama Zahwa. Namun, kekasihnya harus secepat itu pergi di usia mudanya. Tiada lagi yang membuatnya berdiri, tiada lagi yang membuatnya semangat. Jujur, jika Zahwa masih ada, ia , Alkantara akan sangat bersyukur.

Kapan lagi ia menemukan perempuan seperti Zahwa. Si manis berhati lembut.

Ia memegangi dada sebelah kanannya."sakit,Wa."ujarnya.

Apapun sakitnya, obatnya harus Zahwa.

"Obat aku udah hilang bagaikan debu. Jadi kalau aku sakit, aku nggak punya obat lagi."katanya sedih.

7 SAUDARA TIRI Where stories live. Discover now