3

16.2K 161 2
                                    

"Y-Ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Y-Ya." Aku yang sudah penuh ketakutan memilih untuk patuh mencari suasana aman. Jika aku menolak dan berpikiran negatif, pasti Pak Gian makin marah dan berujung main tangan.

Ku mengangguk ragu mulai mengikuti Pak Gian berjalan hingga sampai ke tujuan. Entah mengapa di setiap aku melangkah kan satu langkah kaki ku kedepan, rasa tak enak terus menyuruhku untuk kabur.

Tetapi rasa takut itu spontan menghilang ketika aku melihat sebuah ruangan kerja pribadi yang sudah jelas itu milik Pak Gian. Suasana di sini membuat ku sedikit meredakan semuanya, tetapi, tidak untuk Andra. Aku tak bisa berhenti memikirkan nya.

"Ini tempat kerja pribadi saya." ucap nya memperkenalkan.

Kepala ku mengangguk sebagai respon tetapi mulut ku tetap membisu keras dengan beribu rasa kecewa pada hati. Aku masih benar-benar tak menyangka karna berita itu. Sampai-sampai aku tak fokus lagi dengan alam nyata, aku terduduk di atas sofa dengan sendirinya, melamun dan terus melamun.

"Gheisha." Pak Gian kembali mengembalikan ku ke alam nyata dengan ia menyebut namaku secara rendah namun tegas. Dapat ku lihat tatapannya semakin geram, merasa bahwa aku ini tidak ada benarnya daritadi.

"Kenapa kamu?" Pak Gian bertanya, memilih untuk duduk di samping ku. Tatapannya masih sama, dia merasa kesal karna ulahku. Dan aku tidak pandai menyembunyikan tentang apa yang ku rasakan terutama soal apa yang saat ini ku rasakan. Yeah, aku sudah berusaha tetapi kedua bola mataku yang selalu membongkar semuanya.

"Saya tidak apa-apa, maaf sud-"

"Emh!"

Tak ada aba-aba apapun, Pria itu tetiba saja menyerang ku dengan ciuman nya yang amat mendalam. Aku sangat amat syok! Dia melumat bibir ku ke segala arah membuat ku kehilangan nafas.

" ... P-Pak.. emm.." Tubuhku terus terdorong karena tekanan dari Pak Gian yang akhirnya berujung dia menindihiku. Di saat itu juga bibir kami tetap menyatu, Pak Gian tak mau menyelesaikan nya.

Sedangkan aku benar-benar tidak bisa melakukan apapun, tubuhku lemas karena syok down. Di tambah lagi melihat reaksi Pak Gian yang tampak sekali menikmati ciuman itu, aku langsung merasa jika ini sangat aneh!

"Ngh.. c-cukup.." Aku memohon dan terus memohon di sela kesempatan ketika bibir kami terpisah. Namun dengan kemunculan suaraku ciuman itu justru semakin bergairah, kini kedua tangan Pak Gian tidak tinggal diam melainkan berjelajah mengelilingi tubuh ku hingga menerobos pakaian dalam ku. Sungguh ini sudah di luar batas.

Tak segan-segan ia menyentuh area sensitif ku, aku sudah seperti pelacur disini, aku sudah sangat ternodai olehnya.

"T-Tunggu.. ja-emh.. saya moho- ngh!"

Dengan kedua tangan ku yang terlepas bebas, aku berusaha semaksimal mungkin untuk menghentikan pergerakan telapak tangan Pak Gian. Tetapi justru dia yang mengunci kedua telapak tangan ku secara kesat. Sial. Ciuman masih tetap berlanjut, kini satu tangannya tengah menopang pinggul ku dan satu tangan lainnya tengah mengunci erat kedua tangan ku di atas kepala.

Detik akhir yang ku tunggu akhirnya datang berakhir dengan ku yang kehabisan nafas. Di situpun aku masih sempat-sempatnya memohon.

"Hngh.. hnghh.. S-Saya mohon jangan lakukan in-"

"Hukuman pertama untuk mu, sekarang masuk ke Babak ke dua." Ia berucap sekilas menampakkan smirk maut nya.

DEG! Aku menggeleng cepat penuh kepanikan, "Tidak! Saya tidak mau! Tolong lepaskan atau saya akan melaporkan anda ke polisi!" Memilih untuk tegas karna tindakan Pak Gian sudah ada di luar kepala. Ini sama sekali tidak masuk akal. Aku tidak menginginkan hal ini terjadi!!!

"Laporkan saja. Saya memiliki banyak uang untuk membebaskan diri saya sendiri, sedangkan kamu? Kamu akan kehilangan pekerjaan ini jika tidak memenuhi keinginan saya,"

" .... " Membisu sejenak. Benak ku terlintas oleh sosok Nenek yang mulai dari aku lahir ia rawat hingga sekarang ini aku tumbuh dewasa. Namun hal yang menjadi kurang bagiku adalah aku belum bisa membahagiakan Nenek. Apalagi dengan kondisi Nenek yang saat ini sedang sakit keras, aku tidak mungkin tidak berpenghasilan untuk membayar biaya pengobatan nya.

"Lama sekali," tekad Pak Gian menggendong tubuhku secara enteng membawaku ke ruangan kamar yang ternyata bersampingan dengan ruang kerja pribadi nya.

Dia menghempas kan ku ke atas ranjang, langsung menumpu tubuhnya dengan kedua lutut di hadapan ku. Membuka satu persatu kancing kemeja pakaian nya yang membuat ku makin panik lemas total sangking ketakutan nya.

"Pak Gian.." Aku menggeleng kepala melirih penuh gagap, takut, emosi, sedih saat mengetahui betapa buruknya nasibku hari ini. Seluruhnya seketika menjadi lemas seakan diriku memberi tanda bahwa aku harus memprasahkan semua ini.

"Dengan siapa kamu ber- chatingan hm?"

"T-Tidak, jangan!" tegasku di saat kedua tangannya itu mulai melepas paksa pakaian ku dan bahkan merobek nya sekaligus. Lagi-lagi mustahil aku untuk menghentikan nya.

"Sangat penting bagimu untuk menjawab di saat itu juga?"

Sedetik demi sedetik berjalan, aku sudah sama sekali tak berpakaian. Tidak ada satupun helai kain yang menempel pada permukaan kulit ku, semuanya hancur berkeping-keping di lantai. Sudah tidak lagi menyatu untuk ku jadikan sebagai penutup tubuhku.

Kulihat secara jelas tentang bagaimana ekspresi wajahnya sebagai reaksi atas ketelanjangan diriku. Tatapannya makin membuat detak jantung ku tak terkontrol, seluruhnya lemas seakan bukan aku yang mengendalikan tubuh ku sendiri. Kini ku keluarkan tetesan air mata yang mulai bercucuran deras membasahi wajahku.

"Saya mohon.. jangan-" Aku akan terus menerus melontarkan ucapan permohonan yang sama dengan gelengan kepala beserta beribu harapan pada eskpresi ku tetapi, tidak semudah itu akan terbatalkan semuanya.

"Sepertinya saya sedang bersama dengan seorang anak kecil malam ini, rileks lah." ucap nya membuka paksa selangkangan ku setelah ia mengunci kedua tangan ku dengan ikatan tali.

"Uh, melebihi ekspektasi saya." Seketika ku menutup mata tak ingin melihat apa yang akan dia lakukan terhadap milik ku.

"Pak Gian, jangan.. a-ah!" Dia mulai mengobok-obok dalam nya.

"Teruslah memohon seperti itu,"

"K-Kenapa anda melakukan hal seperti ini pada saya?! Kenapa harus saya?!" pekik ku memberanikan diri. Seketika gerakan jemari itu terhenti, terlepas dari lubang vagina ku. Pemilik nya mulai mendekat membawa tatapan kosong. Ia menindihi tubuh ku seraya membuka resleting celana miliknya yang makin membuat ku sangat amat kaku panik!

"Ada saatnya kamu akan mengerti tanpa menunggu jawaban dari mulut saya," tukas Pak Gian membelai lembut bibir ku. Kembali ia menatap sepasang mataku yang seakan tengah menghipnotis, dan benar saja aku merasa sangat amat mengantuk secara mendadak. Beberapa detik kedepan ada sesuatu yang membuat mataku terbuka secara lebar.

"A-Akh!! Pak Gian ...!"

" ..... "

Don't Want to Share [REVISI]Where stories live. Discover now