8

8.1K 103 0
                                    

"Gheisha, sedang apa kau di sini?" Pertanyaan refleks itu muncul mengarah padaku. Aku menunduk nan memberi penghormatan, "Saya-"

"Dia yang merawat ku semalam." potong Pak Gian yang ternyata berada di satu ruangan dengan kami. Spontan ku menoleh ketika mendengar suara itu, lalu satu objek berhasil menarik perhatian ku.

"Eh kaki Bapak kenapa?" tanyaku segera menghampiri.

"Saya datang dan melihat Pak Gian dalam keadaan terbaring di dekat tangga. Sepertinya dia jatuh saat hendak turun dari lantai atas. Lalu saya memanggil ambulan. Dan berakhirlah di perban kaki nya. Hidung nya juga sempat berdarah karna menyosor ke lantai." jelas Pak Adhitama. Mendengar berita buruk itu, aku menyalahkan diriku lagi.

"Maaf, seharusnya saya-"

"Sudah cukup Gheisha!" tegas Pak Gian menatap ku dengan emosi membara. Bahkan ia langsung mengalihkan pandangannya seakan ia berharap aku menghilang di hadapannya saat itu juga.

"Kau seharusnya tidak seperti itu pada Gheisha, bahkan kau mengaku jika Gheisha yang merawat mu semalam, ya kan?" tegur Pak Adhitama menatap tak senang Pak Gian. Yang seakan ia tengah membelaku.

"Tidak ada urusan nya dengan mu!" Pak Gian kian menggeram. Menatap sinis Pak Adhitama. Namun yang namanya seorang teman, Pak Adhitama memilih untuk mengalah.

"Oh baiklah. Biar ku antar kau ke kamar." ujar Pak Adhitama mulai menuntun temannya itu. Pak Gian tampak sekali kesulitan berjalan, dan semakin ku lama melihat bagaimana keadaan nya sekarang, semakin juga ku merasa bersalah.

Sial. Pasti sesuatu yang tidak ku inginkan akan kembali terjadi jika keadaannya sudah seperti ini.

......

Sementara itu di sisi lain,

"Apa tujuan mu kemari?" Gian bertanya menatap.

"Tentu saja mencari mu. Serra bilang kau tidak bisa masuk karna sakit, jadi aku berpikiran untuk mengunjungi mu." katanya. Gian menanggapi dengan menghela nafas.

"Hngh..."

"Apa itu tadi? Kau menyuruh Gheisha kemari hanya untuk merawat mu? Aku sungguh tak menyangka, akhirnya hatimu terbuka."

"Kau salah sangka." Nadanya sedikit tertahan.

"Lalu?"

"Apa salah nya jika aku menyuruh salah satu karyawan ku untuk merawatku sejenak?"

"Tapi kenapa harus Gheisha yang kau pilih?" Adhitama terus mendorong Gian untuk mengaku.

"Aku atasannya, jadi aku berhak memilih siapa saja. Kau jangan banyak bertanya. Jika kemari hanya untuk mempertanyakan hal tidak jelas, lebih baik kau pulang sekarang." usirnya begitu saja.

"Haha aku tau maksud dari kalimat terakhir mu itu. Sudah, bilang saja jika kau mau berduaan dengan Gheisha disini. Dia kan masih ada di lantai bawah." papar Adhitama yang masih doyan membuat Gian emosi.

"Sudah ku bilang aku hanya ingin dia merawat ku!"

"Kan ada Serr-"

"Brengsek! Diam atau aku memanggil satpam untuk mu?!" Gian sudah tak kuasa.

"Ya.. Ya.. mode reog nya sudah aktif. Aku kemari untuk mempertanyakan tentang beberapa proyek perusahaan mu. Aku mengajukan diri untuk bekerja sama."

Satu alisnya terangkat, "Tumben sekali. Biasanya kau menolak ajakan ku."

"Aku tau. Maaf soal itu. Jadi, bisa ku lihat? Jika cocok aku dapat menyetujui nya."

"Kau pikir lah aku sedang di mana sekarang? Tolong ambil ponsel ku."

Don't Want to Share [REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora