17

4.3K 66 0
                                    

Saking terkejutnya, bibirku sampai tak bisa berkata-kata selain melontarkan senyuman dari jarak yang tak sedikit jauh darinya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Saking terkejutnya, bibirku sampai tak bisa berkata-kata selain melontarkan senyuman dari jarak yang tak sedikit jauh darinya. Pak Gian pun begitu, bedanya yang menjadi khas baru untuk dirinya ialah, senyuman Pak Gian yang begitu lebar membuktikan bahwa apa yang selama ini ia usahakan untuk ku telah terbayarkan puas.

Dia berjalan cepat menghampiri, meraih langsung tubuhku ke dalam pelukan eratnya. "Apapun akan saya lakukan demi dirimu. Apapun akan saya lakukan untuk mempertahankan mu. Dan apapun akan saya lakukan untuk melindungi mu. Saya mencintai mu, Gheisha.."

Aku mendongak, membalas penuh kejutan. "Terimakasih.. selama ini saya kira Bapak tidak tau.."

Pak Gian refleks menempel jari telunjuk nya pada tengah bibirku, "Jangan memanggil saya seperti itu. Kita tidak terlihat seperti orang pacaran." bisiknya. Aku mengangguk kemudian berpikir , jadi aku harus memanggil nya apa?

Pelukan kami terpisahkan ketika Gaga, Mama dan Papa Gian

"Mama sangat berterimakasih, jika tidak ada dirimu mungkin anak ini sudah masuk rumah sakit karena babak belur." Mama meringis di akhir seraya mencubit-cubit pipi Pak Gian gemas.

"Terimakasih kembali Ma," balasku tersenyum lebar.

"(Ternyata Pak Gian sebahaya itu ya..)" batin ku tak menduga.

"Gian, ada yang perlu Papa bicarakan dengan mu." pungkas Pria paruh baya itu kepada anaknya memasang ekspresi yang tak biasa.

"Ya. Aku akan mengantar Gheisha dulu ke kamar," kata Pak Gian refleks merubah suasana. Semua jadi terdiam ketika ia melontarkan kalimat itu.

"Maksud ku, dia butuh istirahat. Aku tidak mungkin melakukan hal-hal aneh padanya." sambung Pak Gian lanjut menggeret cepat tangan ku. Kami berjalan selaju mungkin untuk menghindari mereka. Meski tak tampak sepenuhnya, wajah panik Pak Gian dapat ku lihat.

"Jadi mereka tidak tau ya, Pak?" tanyaku sengaja.

"Tidak. Saya akan jelaskan nanti. Masuk ke kamar dulu. Saya mencintai mu." tangkas Pak Gian cepat memasukkan ku ke dalam kamar inap nya, tak lupa dengan kecupan kening yang selalu ia lakukan sebelum pergi.

Setelah tidak apa siapapun, aku kembali tenggelam dalam pikiran ku. Berpikir tentang apa yang selama ini ku tidak ketahui. Ternyata Pak Gian tau, dan ternyata Pak Gian peduli meski diri aslinya tak selevel dengan rasa pedulinya padaku.

Kira-kira apa hal yang membuat Pak Gian jadi seperti itu, ya? Padahal aku ini karyawan biasa yang bekerja di perusahaan nya.

......

"Hm, jadi.. sepertinya kau berhasil." lontar Argianto setelah menghembus asap rokok nya.

"Ya, seperti yang Papa lihat tadi. Dari awal perintah Papa aku memang sudah memperhatikan Gheisha."

"Sepertinya kau suka padanya," tuduh Argianto datar. "Jujur, sejak 1 bulan yang lalu." ungkap Gian mematung.

"Apa alasan mu menyukai nya? Bahkan kau sendiri sudah janji pada Papa jika kau tidak akan mencintai wanita itu, hanya menjaga nya saja sampai misi selesai."

Don't Want to Share [REVISI]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu