16

4.4K 58 0
                                    

"Cek,"

"Di CCTV. Aku melihat Gian sedang berdampingan dengan seorang wanita, tapi itu bukan Gheisha. Siapa dia?"

"Saya tidak tau, Tuan. Mungkin itu salah satu anak dari CEO disini." - Adhitama

"Baguslah. Sepertinya dia di jodohkan. Lalu tampaknya Gheisha sudah tau, dia berlari kearah lorong belakang arah taman. Di sana sepi. Ikuti dia dan rayu. Setelah itu ajak dia ke ruangan ku. Kamar 071."

"Baik." - Adhitama.

"Tunggu."

"Ya, Tuan?"

......

"Sial! Sial! Sial! Kenapa dia makin mempermainkan ku?!" Aku sudah seperti orang gila. Untung saja sepi.

"Hei. kenapa ada disini?" seseorang mengalihkan rasa kesal ku. Spontan ku berbalik badan dan bergerak seolah tidak terjadi apa-apa.

"Eh, katanya kau ketemu sama temen. Kenapa tiba-tiba ada disini?" tanyaku balik mencurigai.

"Aku lewat, terus liat Kak Gheisha ada disini. Apa pertemuan dengan Mama selesai?"

"B-Belum. Tadinya aku mau ke toilet, tapi aku malah penasaran dengan taman belakang."

"(Apa dia sudah tau tentang Kak Gian?)" batin Gaga panik.

"Toilet wanita ada di pojok sana, bukan lewat jalan sini." ujar Gaga menunjukkan.

"Ya. Terimakasih. Kau boleh pergi sekarang." usir ku secara terang-terangan.

"Tidak bisa. Aku sudah di pesankan Kakak buat jaga Kak Gheisha selama di acara." tolak Gaga menggeleng kepala.

"Kenapa? Aku tetap akan baik-baik saja kok. Sudah sana." usir ku paksa. Bisa-bisanya aku seberani ini kepada adik boss ku.

"Uh, baiklah. Hubungi aku jika Kak Gheisha mencari ku ya." pesan Gaga dan kemudian dia pergi begitu saja.

5 menit kemudian ku keluar dari area taman, berjalan melamun dengan pikiran negatif ku yang makin menjadi-jadi. Bisa-bisanya aku ada niatan untuk mengakhiri hubungan ku dengan. Pak Gian malam ini, padahal sudah jelas aku belum mengerti apa penjelasannya. Aku sudah terlanjur trauma soal percintaan tulus yang berujung lawan jenis ku selingkuh.

"Hngh... eh!" Di detik itu juga lamunan ku langsung buyar. Aku tak sengaja menabrak seseorang hingga diriku hampir terjatuh ke lantai. Namun, lawan ku berhasil menarik gercap tangan ku dengan satu tangan lainnya yang memegang pinggul ku. Aku sangat terkejut hingga langsung mengundurkan diri.

"Maaf, Maafkan saya." tunduk ku sekilas di hadapan nya.

"Hm. Tak apa."

"Anda tersesat?" Pria itu bertanya mengulurkan tangannya. Mulut ku tak langsung merespon melainkan ku kebingungan melihat sekitar. Ternyata aku sudah terlalu jauh dari lorong arah taman, jalan ini sudah beda lagi.

"Eum, ya. Sepertinya begitu.." gumam ku takut. Dan lebih parahnya lagi aku meninggalkan ponsel ku di meja.

"Baiklah. Biar anda saya antar, sambil jalan-jalan. Gedung ini memang sangat luas. Dan juga ada beberapa tempat penginapan untuk tamu." katanya berbalik badan dan aku refleks mengikuti pria itu. Entah apa yang mendorong ku untuk mengikuti nya tetapi, wajah dia mirip sekali dengan Ayah pada saat masa muda. Aku jadi merindukan Ayah.

"Kau ini siapa? Bagiamana bisa tersesat?" tanya nya. "Saya juga tidak tau bagaimana bisa saya tersesat." balasku.

"Tenang, saya akan menunjukkan jalan untuk menuju aula utama."

Don't Want to Share [REVISI]Where stories live. Discover now