19

5.2K 66 0
                                    

"O-oh! Pak Gianh.. emhh anghh.."

"Kita sudah menikah, tapi kamu masih saja memanggil ku seperti itu."

"M-Maaf.. a-ah! ahh, aahhj.. anghh... o-oh!"

"Milikmu tidak pernah membuat ku kecewa sayangh.. ahh.." Tubuh itu terus menekan diriku membuat ku merasa puas di setiap tusukan. Tidak seperti sebelumnya, kali ini rasa nikmat nya jauh menggairahkan. Apa ini adalah salah satu bukti cinta nyata kami berdua?

"Aku keluar di dalam, b-boleh? hm?" Tepat di telinga ku ia mengeluarkan suara serak beserta sensasi beratnya yang makin membuat ku merinding setubuh.

"Boleh.. akh! S-Sakith.. pelanhh.. a-ahh, angghhh.. ouhh... s-sayanh! sa-"

"Tunggu,"

Sial. Pinggul nya semakin cepat bergerak. Ia semakin tau apa yang ku inginkan. Mencapai titik akhir dari aktivitas awal kami akhirnya terjadi setelah 3 jam lamanya. Tak seperti biasa ia tak langsung menindihiku, kali ini menetap dengan posisi yang sama menatap ku jeru seraya membelai lembut wajahku.

"Ahh..."

"Emh.."

"Jangan gerak dulu, belum sepenuhnya keluar." kata suamiku. Aku mengangguk tak mampu membuka sepasang mataku lagi, seluruhnya sayu memburam.

"Cantik sekali istriku ini." pujian nya mendadak membuat ku melek. Lalu ku kesal sebab dia refleks menertawakan ku. "Ada yang lucu ya?" ajuku meledek.

"Ekspresi mu." balas Gian kemudian melepas kaitan kesatuan kami nan langsung terjun memelukku di balik selimut.

Cup, cup, cup.. Berkali-kali dia mencium di segala arah wajahku sambil berkata, "Terimakasih istriku." Sangat gemas ku lihat dia seperti ini, seakan yang ku lihat sekarang bukanlah Gian yang ku kenal dahulu. Memang sih, Gian yang sekarang adalah koala yang ku sebut.

Masih saja ku merasa jika ini bukanlah kenyataan yang telah menjadi takdir ku. Namun entah apa yang membuat pola pikir ku seperti itu, tetapi yang jelas ini sangat mustahil. Meski begitu ku tetap menerima fakta yang berlebih dengan seribu kebahagiaan yang pria ini beri untuk ku. Tak hanya soal ranjang, aku jadi tau beberapa sisi tersembunyi Gian.

Seperti, dia selalu jail, selalu memberiku kejutan, selalu membuat ku tertawa, memberiku kenyamanan lebih, selalu peduli dengan segala keadaan ku. Masih banyak lagi yang mungkin ku harus ceritakan, tetapi sepertinya tidak bisa semua. Bisa saja kalian iri padaku.

"Boy or girl?"

"Apapun itu asal dari rahim mu sayang.."

"Terimakasih, karna sudah memilihku." Aku mengungkapkan yang memang susah untuk ku ungkapkan. Namun suasana kali ini mendukung yang mendorong ku untuk bicara.

"Terimakasih juga, karna sudah menerima ku." balasan yang begitu berlawanan. Justru hal ini yang menjadikan ku lega. Kami sudah tidak ada lagi perasaan ragu, melainkan rasa yakin tuk menjalin hubungan yang lebih serius lagi.

......

Esoknya. Aku terbangun seorang diri di ranjang. Suamiku sudah lebih dulu pergi sebab ada rapat penting yang harus ia hadiri hari ini. Sengaja Gian memilih waktu pagi untuk rapat penting itu, ia berkata agar kami bisa lebih banyak menghabiskan waktu siang dan malam. Yeah meskipun hari ini adalah hari ke empat aku Honeymoon dengannya, aku tetap mewajarkan jika Gian sempat mengurus Perusahaan. Karna memang, dia sangat di butuhkan.

Semenjak ku menikah, kehidupan ku berubah drastis. Justru ada hal yang membuat ku merasa sedih sebab perubahan ini. Satu-satunya ialah Nenek, dia meninggal dunia tepat sehari sebelum acara pernikahan ku dengan Gian. Karna kematian Nenek, kami mengundur hari acara menjadi 2 minggu kedepannya. Tetapi yang pasti, aku tau dengan sangat jelas tanpa tertulis, Nenek menyetujui hubungan kami.

Don't Want to Share [REVISI]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon