15

4.7K 59 0
                                    

"Gheisha, tunggu!" Masih saja pria itu mengejar ku. Sampai-sampai aku tak bisa menyembunyikan wajah kecewa. Ia meraih paksa tangan ku membuat ku terjun lagi ke pelukan nya. Spontan ku langsung menarik jauh diriku darinya, karna hal ini yang tak ku inginkan.

"Biar saya yang antar kamu, masuk ke mobil sekarang." pintanya mengarahkan ku.

"T-Tidak perlu.." tolak ku memberhentikan langkah seraya menunduk kepala. Sial aku tidak ingin di pandang kalah hanya karna tangisan yang mulai deras.

"Hei.. tak apa, mungkin tadi itu hanya-"

"Cukup!" engahku. Aku tidak ingin mengingat nya lagi namun ada yang paling membuktikan jika itu tadi benar-benar dirinya. Yeah, aku melihat plat beserta mobil Pak Gian yang terparkir disana. Jelas sekali, itu mobil yang selalu dia bawa ketika kerja. Jadi Pak Gian itu sedang tidak rapat atau meeting ya? Dia berbohong padaku ternyata.

"Jangan di pikirkan." ucap Pak Adhitama membelai pipiku yang penuh dengan bekas air mata, tetapi di saat itu juga ku menjauh. "Terimakasih untuk pertemuan hari ini, saya perlu waktu untuk mempercayai hal tadi. Saya permisi," sekilas ku menunduk berbalik badan nan pergi ke tempat penungguan Taxi.

°°°

Rumah -

"Daritadi Nenek lihat kamu merajuk gitu, ada apa?" tanya Nenek seraya memakan buah jeruknya.

"Sepertinya aku tidak terlihat seperti itu."

"Ya memang. Tapi Nenek tau semua tentang mu, Gheisha.." kata Nenek dan memang benar. Dia selalu memperhatikan ku di segala sisi, sampai-sampai Nenek selalu paham kondisi hatiku.

"Tidak apa-apa. Semuanya baik-baik saja." celetukku tak ingin Nenek tau.

"Tapi Nenek tidak yakin." balas Nenek mencurigai.

"Terserah Nenek saja." pekik ku bernada merajuk.

"Oh ya, sejak Nenek tau kamu bertemu dengan Gian di rumah sakit, Nenek merasa jika kalian itu tidak hanya sekedar karyawan dengan boss nya. Tapi, apa firasat Nenek benar? Gheisha juga sering menginap di rumah Gian, sebenarnya Nenek mengkhawatirkan itu.. Nenek mau tidak memperbolehkan mu tapi rasanya tidak enak jika bicara langsung dengan boss mu." jelas Nenek, ia sedang berusaha merubah suasana hatiku. Tetapi malah ini yang tidak ku inginkan. Namun ku mengerti jika Nenek sudah memendam itu sejak lama.

"Nenek juga bingung, sebenarnya kalian ini dekat karena pekerjaan atau hal pribadi?"

"Ceritanya panjang.. intinya berawal dari pekerjaan. Setelah itu, Pak Gian tiba-tiba saja mengungkapkan perasaan nya padaku dan mengajak ku berpacaran.."

"Jadi kamu mau?"

"Ya. Karena jujur, aku juga mencintainya."

"Lalu gimana nasib Andra? Nenek sudah lama tidak lihat dia."

"Andra selingkuh Nek, masa iya aku tetep nikah sama orang kaya dia?"

"Baiklah. Nenek hargai keputusan mu, Nenek hanya ingin kamu berpasangan dengan orang yang tepat. Itu saja. Setidaknya kamu bisa berpikir mana baik dan buruk, mana yang harus kamu lepaskan dan tidak di lepaskan. Nenek harap kamu paham maksud Nenek."

"Iya aku paham kok Nek. Nenek tidak perlu khawatir."

Tin! Mobil tetiba saja berhenti di depan rumah kami, membunyikan bel yang membuat aku dan Nenek refleks melihat kearah jendela. "Siapa di luar?" Nenek bertanya seraya mengintip, lalu aku teringat oleh sesuatu yang telah di rencanakan.

Don't Want to Share [REVISI]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt