Chapter 18: Melawan

61 14 12
                                    

"Kalau seandainya semua hal di dunia ini akan seperti yang diharapkan. Pernah berpikir akan sebosan apa hidup manusia jadinya?"


🕛🕐🕒

"Kamu apain lagi anak saya?" bentaknya nyalang.
Nyali Delima menciut.

"Pa, Delima gak tau apa-apa, tadi-"

"Kamu gak becus jaga anak kecil."

Delima tak masalah dimaki, sialnya pria gila satu itu menjambak rambutnya kencang, nyeri terenggut bersamaan anak rambut luruh.

"Pa sakit!"

"Gak usah panggil saya papa!"

Delima tertegun. Mama mulai panik mencuci tangan, alih-alih melerai Delima dan Papa tiri, Mama sibuk mengendong adik laki-lakinya keluar rumah mencoba meredakan raungan tangisan tak terhenti.

Delima termanggu menatap punggung mama yang menjauh keluar.

"Sakit," ringisnya.

Seakan tuli akan ringisan si gadis, ia kembali dibentur ke dinding. Suara yang tak kalah nyarin akan tangisan sang adik, pusing menyengat hidung, seperkian detik penglihatan memburam, Delima pikir ia akan pingsan.

Satu, dua, tiga. Delima menghitung dalam diam, mencengkram lengan papa tiri kencang, berharap bisa melepaskan diri. Ia tahu bahwa di rumah ini ia bukan siapa-siapa lagi, ia tahu bahwa seberapa kuat pun ia minta tolong, tak akan ada yang datang menyelamatkannya, sembari terus merekam suara makian tinggi. Delima bersumpah dalam hati. Ia benci papa tiri, ia benci semua orang dalam hidupnya. Ia benci dirinya sendiri.

"Dasar gak guna!"

Lalu memangnya mengapa? Mengapa kalau ia tak berguna? Delima merintih dalam tangis.

Kencang memutari rasa pening. Dada Delima bergemuruh mengumpulkan kekuatan, mencoba melepaskan jambakan.

"Udah!" pekik tertahan, ia yakin kepalanya tak akan sekadar benjol biasa. Delima berusaha menyikut ulu hati sang papa tiri kencang. Usahanya berhasil melepaskan jambakan.

Sedang sang papa mulai meringis kesakitan, Delima bangkit berlari sempoyongan ke dapur entah untuk apa.

Matanya yang terasa berkunang-kunang.

"Butuh bantuan?"

Delima pikir dulu itu hanya sosok imajinasi dari otaknya, ketika melihat seseorang duduk di kursi meja makan rumahnya memungungi jendela terbuka. Sosok pemuda mengenakan seragam SMA dengan seluruh kancing terbuka menuangkan air ke dalam cangkir kaca sembari menatap ke arahnya.

"Nih, ambil, bunuh diri sana."

Sosok Renjana yang menemukan pisau cutter yang baru digunakan mama mengupas bawang, ia lemparkan pada Delima. Gadis itu reflek berusaha menangkap pisau, menelan ludah, pikiran kacau balau, perasaam berantakan, penampilan kusut tak terkira. Saran tersebut terasa mengoda untuk dilakukan.

Monster Ruang 00;00Where stories live. Discover now