[8]

2.8K 366 14
                                    

melihat dunia nyata yang begitu indah di depan matanya yang tak lagi buram membuat selano tak bisa untuk diam barang sekejap, anak itu kesana-kemari melihat jalanan menghitung mobil yang lewat dan melihat begitu banyak keluarga Cemara yang berlalu...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

melihat dunia nyata yang begitu indah di depan matanya yang tak lagi buram membuat selano tak bisa untuk diam barang sekejap, anak itu kesana-kemari melihat jalanan menghitung mobil yang lewat dan melihat begitu banyak keluarga Cemara yang berlalu lalang.

Mereka tak langsung menuju mall, selano meminta untuk berjalan kaki dari taman sampai ke sana, jaraknya tak terlalu jauh jadi Hikari mengiyakan permintaan kakaknya itu.

Awalnya mereka bergandengan tangan, tapi selano terlalu penasaran dengan banyak hal sampai genggaman itu terlepas, Hikari tetap berada di dekat kakaknya itu, hanya tak bergandengan tangan saja.

Mereka tiba, udara sejuk menerpa di luar sedang panas-panasnya untungnya pemerintah tak korup dan mengerjakan tanggung jawabnya sehingga begitu banyak pohon yang terjaga membuat udara tak terlalu panas dan kebersihan yang dapat di pastikan.

Melihat begitu banyak orang yang ada di dalam market place itu membuat nyali selano menciut, anak itu mundur menggenggam tangan besar milik adiknya, hikari.

Mereka berjalan mengelilingi mall, saat ini mereka sedang di Timezone, banyak permainan yang sudah mereka coba, selano mendapatkan 7 gantungan boneka dari claw machine setelah menghabiskan hampir dua juta yang tentunya di biayai oleh Hikari, anak itu ingin memberikan masing-masing satu untuk kakak dan adiknya dan jangan lupakan Nicho.

Hikari sih tak keberatan, lagipula ia punya banyak uang segitu bukanlah apa-apa untuknya.

selesai bermain di Timezone, selano baru ingat dengan tujuan utamanya, membeli Boba, minuman yang pernah hitz itu.

Selesai membeli minuman yang di inginkan oleh sang kakak, Hikari meminta selano untuk menunggunya di sana, masih di dekat tempat Boba selagi Hikari pergi ke toilet anak itu sudah lebih dari tiga kali mewanti-wanti kakaknya untuk tak pergi barang selangkahpun, dan selano tentunya mengangguk paham, anak itu duduk sembari di temani dengan tujuh boneka yang sudah di dapatkan sebelumnya.

Dan satu cup Boba yang membuat anak itu anteng duduk dengan tenang, kaki yang memang tak terlalu tinggi itu di ayunkan pelan pertanda hatinya sedang senang.

Hikari baru pergi tak sampai juga dua menit sudah ada tubuh yang menjulang tinggi di hadapannya saat ini, selano mendongak menatap pria yang berdiri diam di depannya.

Tubuh tegap yang tertutupi jaket, topi serta masker yang menutupi wajah itu, namun selano masih dapat menerka jika wajah pria itu pasti tampan, mata tajam itu melihat ke arahnya menunduk tanpa bersuara, selano tersentak ketika tangan besar dan dingin itu menyentuh tangan kecilnya, dingin rasanya padahal ia yang memegang es di sini.

Selano tak takut sungguh, karena kakak-kakaknya juga memiliki mata yang tajam begitu, anak itu menatap bingung pria yang menggenggam tangannya.

Pria itu menarik selano hingga anak itu hampir terjatuh dari kursinya, selano tentunya menolak tapi ia begitu takut Untuk berteriak, tubuhnya berkeringat dingin, selano mencoba menahan langkahnya agar tak terbawa pria di depannya ini, namun nampaknya percuma kekuatan selano tak berarti apa-apa, sebenarnya ada beberapa orang yang melihat namun mereka cukup takut melihat perawakan pria itu yang besar dan ada beberapa orang dengan jas hitam yang berjaga di sekitar pria itu.

Mata bulat itu sudah berkaca-kaca, untungnya belum jauh ia di bawa Hikari tiba, pemuda itu dengan cepat melepaskan genggaman pria itu pada pergelangan tangan selano, Hikari hendak memukul pria itu sebelum selano memeluk pinggangnya erat dengan tangan yang bergetar, ada banyak pasang mata yang melihat selano sungguh takut.

Hikari yang melihat hal itu langsung memeluk kakaknya, selano menautkan tangannya dengan tangan besar Hikari, melangkah menjauh dari pria yang masih menatap mereka, selano kembali ke meja tempat ia menunggu Hikari tadi, mengambil barang-barangnya dan ingin membawa Hikari keluar sebelum dahi itu mengkerut bingung.

Anak itu mendongak menatap Hikari dengan tatapan bingung, Hikari tak bisa menahan senyumannya terlampau gemas.

Selano lupa jalan masuk yang mereka lalui, untungnya Hikari paham dengan tatapan kakaknya itu bahkan tanpa di jelaskan.

Hikari menatap pergelangan tangan kakaknya itu, cukup membiru Hikari yakin nanti malam pasti akan lebih membiru daripada yang sekarang.

Selano tak sesimpel itu walau terlihat tenang anak itu cukup ramai di dalam pikirannya, selano tau siapa pria tadi, tubuhnya memberikan reaksi dan ia tak buta untuk tak tau siapa pria tadi, seorang yang ia lihat di televisi sebelumnya, salah satu anggota keluarganya, atau bisa di bilang salah satu orang yang sudah membuangnya.

Pipi bulat itu mencebik, ketika mendekati parkiran, untungnya Hikari meminta bawahannya untuk mengantarkan mobil yang lain yang sudah di letakkan di parkiran bawah mall.

"Hic...sakit" air matanya tak bisa di tahan, selano memang pribadi yang cengeng anak itu menahan tangisannya karena tadi ada begitu banyak orang, sekarang kan sepi hanya ada ia dan Hikari di parkiran.

Hikari memeluk kakaknya itu, menunduk sedikit ketika mengecup pipi bulat yang memerah itu.

Mereka memasuki mobil dengan Selano yang berada di pangkuan hikari, anak itu menangis sembari mengadukan apa yang ia rasakan pada adiknya, tangannya terasa nyeri dan hatinya pun begitu.

Hikari hanya mengusap punggung itu pelan sepanjang jalan menuju mansion, sedangkan selano sudah terlelap anak itu mudah tertidur apalagi setelah menangis.

Hikari tau pasti kakak-kakaknya yang lain besar kemungkinan mengetahui apa yang terjadi mall tadi, mata kakaknya itu ada di mana-mana jadi Hikari tak perlu menceritakan lagi apa yang terjadi.

"hic boba..jahat" selano mengigau di pangkuan hikari, sungguh Hikari tak kuat akan kegemasan ini, ia penasaran apa yang kakaknya itu mimpikan.

Sesampainya di mansion sudah terlihat William yang berdiri di depan pintu, begitu pintu mobil terbuka selano langsung di ambil alih oleh Liam tanpa basa-basi, dan Hikari tak tersinggung sedikitpun ai sudah tau pasti nanti akan di marahi, Hikari kesal pada dirinya sendiri karena sudah lalai.

 BABY ANO Where stories live. Discover now