[11]

1.4K 175 20
                                    

Tak banyak yang selano lakukan sekarang, setelah membicarakan kesepakatan tentang ia homeschooling atau sekolah umum saja, di sinilah ia duduk di depan pintu ruang kepala sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak banyak yang selano lakukan sekarang, setelah membicarakan kesepakatan tentang ia homeschooling atau sekolah umum saja, di sinilah ia duduk di depan pintu ruang kepala sekolah.

Satu sekolah dengan Nicho dan teman-temannya yang lain, kakaknya mengurus surat-surat kepentingan sekolahnya, selano tinggal terima saja.

Untuk biodata selano sekarang sudah bergabung sementara dengan keluarga felix, jadi nama selano menyempil di paling bawah kartu keluarga kakaknya itu.

Ia duduk dengan kaki yang di ayun-ayunkan di sana, ada mahen dan Nicho yang duduk di samping kiri dan kanannya, selano tadinya dapat mendengar beberapa suara desas-desus yang membicarakannya, namun sekarang sudah tidak karena telinganya sudah di tutup dengan earphone dan mulutnya di bungkam dengan permen leci, selano duduk dengan anteng di sana.

Mata bulatnya menatapi bacaan-bacaan di dinding sekolah itu tentang apa saja yang tidak boleh di lakukan dan berbagai tempelan yang biasa ada di dinding sekolah pada umumnya, yang mana sebuah hal baru bagi selano yang selama ini selalu terkurung.

Nicho memainkan tangan kecilnya, sedangkan mahen sudah sibuk sejak tadi memfoto teman kecilnya itu, selano miring sedikit di foto melamun sedikit di foto, manyun sedikit di foto, pokoknya di foto setiap detik oleh mahen.

Ia mengirim satu foto di grup dengan catatan 'yang mau lagi japri, 1 foto 50 ribu' jangan kalian kira tak ada yang mau, Liam lah yang menjadi pembeli pertama di ikuti dengan yang lainnya, walau sejatinya mereka sudah memiliki sangat banyak foto selano di galeri mereka masing-masing namun foto selano menggunakan seragam mereka belum punya tuh, terlebih lagi dengan hair clip di rambut anak itu yang sedikit panjang, manis gula pun kalah.

Selang beberapa menit sekarang anak itu sudah berdiri di depan pintu kelasnya, ia tak sekelas dengan Nicho maupun mahen, ia sekelas dengan ali temannya juga namun ali orang yang cukup pendiam, selano kan jadi takut untuk membuka topik duluan.

Seusai memperkenalkan diri selano duduk di bangku kedua, anak itu cukup pendek jika di letakkan di bangku belakang walau nyatanya tadi yang kosong hanya di belakang, satu murid rela pindah duduk demi selano yang menggemaskan.

Tak ada yang berani bersuara selama pelajaran berlangsung, namun begitu bel berbunyi meja itu penuh dengan teman-teman kelasnya, berbagai pertanyaan terlempar padanya selano pucat sendiri jika sudah di kerumbungi orang sebanyak ini.

Mereka yang menyadari bocah itu tak nyaman jadi membuat sedikit jarak, dan bergantian bertanya.

"kamu pindahan dari mana?" Salah satu anak perempuan dengan kuncir cantik bertanya, selano mendongak waduh ia juga bingung ia kan tak ingat pindahan dari mana.

"ada tak jauh dari sini" jawabnya sembari menggaruk pipi bulat itu canggung

"Lalu mengapa pindah?" Salah satu anak yang berdiri di depannya menimpali

"Itu privasi, menyingkirlah" selano lega begitu mendapati ali mendekati mejanya, karena ali berada di barisan belakang jadi ia tak dapat berbincang dengan pemuda itu tadi.

"Kasar sekali, ya kan Ano?" Salah satu bersuara menatap kesal Ali yang mendekat, kelas mereka memang sudah sangat dekat bahkan dengan murid dingin seperti Ali.

Selano menatap bingung, letak kasarnya di mana jadi ia menggelengkan kepalanya pelan tanda tak setuju, Ari menarik pelan pergelangan tangan kecil alo.

"jangan bilang dia mainan baru geng Lo?" Salah satu pria berkacamata di sana bersuara, berdiri di depan pintu kelas dengan buku di tangan kekar itu, walau ia menggunakan penampilan seperti nerd tubuhnya tak menggambarkan nerd sama sekali pemuda itu terlihat atletis dan sexy di saat bersamaan.

"Ano bukan mainan tuh?" Kepala anak itu di miringkan bingung, ia kan manusia, sedangkan Ali menghela nafas berat dan teman kelasnya yang lain hanya speechless mendengar perkataan selano.

"bukan" satu kata sudah cukup untuk membuat pemuda yang menghalangi pintu tadi menyingkir.

di sinilah mereka sekarang, kantin pertama nyatanya ada tiga kantin di sekolah ini, tiga kantin sesuai dengan kasta, hal itu memang nyata ada di sekolah ini perbedaan di letakkan dari kedudukan orang tua dan peringkat nilai, tak ada yang berani menghalangi Ali membawa selano ke sana.

sudah ada beberapa anggota gengnya di sana, tentunya ada mahen dan Nicho, hal yang sebenarnya ialah Nicho dan mahen serta beberapa anggota geng bukanlah murid sekolah ini sejak awal, mereka baru pindah seminggu yang lalu dan bertingkah seolah-olah mereka sudah sejak awal di sana, hanya demi membuat selano nyaman dan aman.

Sekolah mereka dulu bukanlah di sini, mereka tak ingin membawa selano ke sekolah yang dulu dan membuat anak itu sakit karena mengingat masa lalu.

"Ano sayang mau makan apa?" Nicho mendelik mendengar perkataan mahen yang lainnya pun begitu, pinggang selano bahkan sudah di tarik pelan mendekat ke arah ali menjauhkan selano dari mahen yang duduk di sebelah anak itu.

"um, Ano mau itu sama jus strawberry, boleh?" Selano menunjuk seseorang yang sedang makan bakso di ujung sana, sejak awal mata anak itu tak bisa fokus mendapati makan-makan baru yang belum pernah ia coba.

"boleh dong" mahen mengusap rambut halus itu lalu berlalu dari sana, menghiraukan teriakkan temannya yang lain yang ingin menitip pesanan, ia cuma mau membelikan pesanan degem kesayangannya itu.

"Bagaimana di kelas tadi?" Nicho yang duduk di hadapan selano bertanya sembari menyodorkan jeruk yang sudah ia kupas.

"seru tapi Ano takut" begitu mendengar selano mengatakan takut semua mata di meja panjang yang dapat menampung 10 orang itu menoleh pada selano, bahkan kegiatan mereka berhenti.

"takut?" Nicho bertanya dengan lembut sembari menatap Ali yang tetap diam di samping anak itu, walau nyatanya Ali juga cukup deg-degan takut terkena pukulan ketuanya itu.

"un ano belum kenal dengan yang lainnya, takut mereka tak suka dengan ano" anak itu menjelaskan sembari membelah jeruk itu lalu baru memakannya.

"tak mungkin mereka tak menyukaimu" yang lainnya menyetujui perkataan Nicho, karena siapa yang tak suka pada selano coba.

"bewnalkah?" mulut kecil itu menggembung penuh dengan jeruk.

"di telan dulu" cup

Ali mengusap sudut bibir Ano lalu mengecup pipi bulat itu, sungguh tak tahan godaan pipi bulat itu, tak perduli dengan tatapan tajam di sekelilingnya.

Tak

di ujung sana terdengar sesuatu yang patah, salah satu pemuda di sana mematahkan sendok terlampau kesal melihat Ali, lihat saja ia akan mengajak Ali sparring setelah ini.

Sedangkan yang menjadi inti keiri dengkian itu tak tau suasana dingin di sana, dan tetap fokus makan jeruk pemberian Nicho.

"terimakasih kakak" selano menatap bakso di depannya dengan penuh binar, sedangkan mahen yang di panggil kakak sudah mleyot salting brutal, sudah jangan tanyakan keadaan yang lainnya.

Selano mencicipi kuah kaldu itu dengan senang, Ali membantu anak itu makan menusukkan garpu pada bakso di mangkuk anak itu lalu menyerahkannya pada selano, yang lainnya juga melihat sembari makan, makan siang mereka dengan hati dengki.

di sela kegiatan mereka Nicho dapat menyadari seorang pemuda di ujung sana menatap tajam selanonya sejak selano duduk di depannya tadi, pemuda itu tak sadar namun nyatanya bukan hanya Nicho yang sadar akan tatapan pemuda itu yang lainnya pun sadar hanya selano yang tak peka.

.....

double up ga yaa atau besok aja

 BABY ANO Where stories live. Discover now