Part 4 : Bullies on Campus

1.6K 141 4
                                    

Beberapa saat setelah pelajaran Madam Veronica selesai, para mahasiswa diminta untuk membuka emailnya masing-masing. Ternyata itu adalah email pengumuman pembagian asrama. Memang kampus disini sangat besar dan gedung-gedungnya mirip seperti sekolah sihir hogwarts di novel harry potter. Tidak heran kalau semua mahasiswa dapat jatah kamarnya masing-masing. Dalam satu kamar biasanya ditempati oleh lima sampai tujuh mahasiswa dan antara asrama laki-laki dan perempuan, keduanya dibuat terpisah. Untuk urusan berkunjung atau tugas biasanya mahasiswa disini diizinkan untuk saling mengunjungi, laki-laki ke asrama perempuan dan perempuan ke asrama laki-laki. Namun tetap dalam pengawasan para penjaga asrama yang terkenal pemarah dan sering menyerang tanpa ampun. Bahkan itupun kunjungan tersebut ada batas waktunya. Dari pukul enam pagi hingga pukul enam sore.

"Kau dapat kamar nomor berapa?" Philip bertanya padaku setelah memeriksa emailnya.

"Aku kamar MMDCLXX kau dapat nomor berapa?"

"Aku kamar MMDCLXXII, kita berdekatan." Philip terlihat riang mengetahui kamar kami berdekatan nanti, bagaimana jadinya kalau kami sekamar? pasti lebih heboh lagi ekspresinya saat ini.

"Jangan lupa untuk mampir sesekali jika kau butuh sesuatu." Philip mencoba mengingatkan.

"Oke oke, jadi bagaimana? kita ke kafe sekarang?"

"Setelah selesai meletakkan barang-barang dikamar." kami saling tos lalu membereskan peralatan. Setelah keluar dari kelas ini Tante Veronica menyapaku di koridor dan kami berjalan beriringan karena tujuan kami satu arah, yaitu keluar gedung kuliah.

"Gimana hari pertamanya?" Tante veronica menyapa karena tahu kalau aku adalah salah satu mahasiswa didikannya dikelas tadi.

"Lumayan, walaupun Gabriel sempet dimarahin gara-gara nggak bisa jawab."

"Yaudah nggak pa pa, kan ini hari pertama tapi lain kali harus lebih baik lagi ya."

"Oke tante, ngomong-ngomong seragam suster tante bagus juga, tante pernah sekolah di biara?"

"Seragam suster itu pake tudung, ini tante nggak pake tudung lho. Seragam dosen emang agak mirip kayak seragam biarawan dan biarawati."

"Yaudah deh, ngomong-ngomong materi mata kuliah tante nantinya nggak susah kan?"

"Pokoknya kalo ada kesulitan tinggal hubungin tante aja, oh iya disini cara kamu ngomong harus lebih formal ya walaupun sama temen sendiri. Kampus disini lokasinya terpencil biar mahasiswanya tetap bisa menjaga etika dan nggak kepengaruh dunia luar." Tante Veronica mengingatkanku sambil mengelus kepalaku.

"Terima kasih Madam, saya mohon undur diri untuk ke asrama." Aku menunduk dengan senyum tanda memberi hormat yang juga dibalas dengan tundukan dan senyuman dari si tante.

***

Pukul 2 siang, aku tiba di asrama yang dimaksud. Koridor disini disesaki oleh para mahasiswa baru yang akan menempati kamar baru mereka masing-masing. Setelah kutemukan kamar untukku, aku melangkah masuk. Terlihat didalam sana satu orang negro botak, dua orang ... ya, sepertinya mereka orang korea selatan dilihat dari wajah mereka, dan satu lagi pria berambut cepak.

"Kamar MMDCLXX ?" aku bertanya pada mereka dan langsung disambut dengan ucapan salam yang hangat.

"Hey selamat datang, ya ini kamar MMDCLXX." mereka menjawab serempak dengan senyum yang menawan, mereka bersalaman denganku satu persatu dan saling memperkenalkan diri.

"Hai aku Petrus dari kelas Principalities." si rambut cepak memperkenalkan dirinya padaku.

"Aku Gilbert, aku juga dari kelas Principalities." si negro ikut menimpali.

"Aku Josiah dan ini Joshua, kami dari kelas Space Army." si kembar korea juga sudah memperkenalkan dirinya.

"Jadi siapa si penghuni baru ini?" senyum Gilbert yang ramah membuatku tersenyum saat aku memperkenalkan diriku pada mereka.

"Aku Gabriel dari kelas Archangel." mereka terkagum-kagum denganku saat tau aku dari kelas Archangel.

"Wah, kudengar orang-orang disana tangguh semua." Josiah mencoba memujiku.

"Tidak juga, aku sendiri ... eh apa yang terjadi disana?" kami semua mendekati jendela dan melongo kebawah tepat ke lapangan besar itu. Terlihat disana banyak kerumunan mahasiswa tengah asik menonton beberapa orang anak yang tengah di-bully oleh anak-anak lain yang lebih besar dan mengenakan jaket olahraga warna kuning.

"Aku tau kau dari Kelas Archangel, tapi ada baiknya juga kau berhati-hati agar tidak bernasib sama seperti mereka yang kena hajar itu." Gilbert mencoba memperingatiku.

"Ya, anak-anak kelas The Powers memang sering buat onar disini, mentang-mentang mereka kuat, jago olahraga dan termasuk orang-orang lingkup kedua." Pertus ikut menimpali.

Aku terkejut melihat salah satu dari mereka yang dibully. Philip! secepat kilat aku meletakkan ranselku dan berlari menuruni tangga. Makian dan omelan keras para penjaga asrama yang melihatku berlari terburu-buru tidak membuatku melambat apalagi berhenti.

Setibanya ditengah kerumunan aku mencoba membantu Philip berdiri tanpa memperdulikan kerumunan dan para pembully yang terheran-heran melihatku. Beberapa korban lainnya sudah terlanjur melarikan diri.

"Astaga, kau terluka." kulihat mulut Philip mengeluarkan darah.

"Aku baik-baik saja, aku harus ke kelas untuk mengambil buku-buku yang kutaruh di loker. Maaf saudaraku, acara ke kafe-nya mungkin besok saja saat istirahat." dengan tertatih Philip melangkah sempoyongan meninggalkanku ditengah kerumunan yang mulai bubar perlahan. Aku pun ditatap dengan kesal oleh para pembully ber-bolamata biru itu. Kubalas mereka dengan tatapan dendam lalu berlalu meninggalkan mereka.

"Tidak ada satupun yang boleh menatapku dengan lancang begitu tidak peduli dia dari kelas lingkup ketiga. Tidak ada!" si pembully berbadan paling besar menatap tajam kearah punggungku. Terlihat dia sudah siap untuk membalasku besok karena hari saat itu sudah terlalu sore.


Bersambung ...


Nephilim UniversityWhere stories live. Discover now