Part 8 : Archangel's Sigil

1.3K 122 1
                                    

Merasa mereka sudah kelewatan dan merasa tidak ada pengawas disekitar sini, aku mulai mengayunkan tanganku mencoba menancapkan garpuku kearah mereka. Namun dengan cepat pula mereka berkelit dan langsung melemparku ketengah kafe. Suasana kembali tegang dan kerumunan semakin banyak yang berkumpul. Mereka yang tadi duduk sebangku denganku, kini mulai mencoba melerai termasuk pula Rachel dan Felicia.

"Jangan ganggu dia!" Rachel mulai memohon sementara Felicia mencoba mendekatiku.

"Minggir! Ini urusan kami, lagipula kalian juga The Powers jadi seharusnya kalian tidak membela eight balls ini."

"Eight balls ini bahkan tidak pernah mengganggu kalian!" Felicia mulai memperlihatkan kemarahannya, namun tidak ada satupun dari anak-anak nakal itu yang peduli.

Beberapa mahasiswa juga mencoba melerai dan menolongku, namun karena jumlah The Powers yang datang ada belasan, -ditambah lagi mereka mengancam siapapun yang mencoba menyelamatkanku- maka mereka yang ingin menolongku tidak bisa berbuat banyak.

"Kuperingatkan kalian semua, jika ada yang berani menyelamatkan Eight Balls ini maka kami tidak segan-segan untuk menghajar kalian!" salah satu dari mereka berteriak pada seisi kerumunan.

Aku benar-benar sendirian disini, tidak ada lagi yang bisa menolongku termasuk para pengawas. Kulihat disana anak-anak The Powers itu mulai memburuku, aku sudah siap untuk jadi bahan keroyokan mereka hingga sebuah keajaiban terjadi.

Saat aku menutup wajahku dengan kedua tanganku, muncul sebuah bola cahaya tembus pandang yang mengerubungiku. Anak-anak The Powers itu terpental jauh saat mereka mengenai bola ini, bahkan sampai menghantam dinding dan membuat dinding itu retak. Perlahan kubuka mataku dan melihat apa yang terjadi ketika bola cahaya itu perlahan memudar. Saat kurasakan ada yang panas diantara kakiku, ternyata bola cahaya itu meninggalkan bekas terbakar dilantai membentuk sesuatu yang kuketahui sebagai lingkaran sigil.

Seisi kafe menahan nafas melihat kekuatan yang baru saja menolongku dengan tiba-tiba. Masih belum puas, mereka kembali memburuku namun masih seperti tadi, bola cahaya itu kembali muncul mengerubungiku membuat mereka terpental ... lagi.

"Hentikan Gabriel, kau bisa mengundang para pengawas kemari!" Philip mulai khawatir denganku.

"Kau sudah cukup membuat mereka jera, sudahlah. Mereka bisa terbunuh dengan kekuatanmu." Grey juga ikut mengkhawatirkanku.

"Sumpah! aku tidak melakukan apa-apa, bola cahaya ini muncul sendiri." aku pun semakin dibuat ketakutan namun apa daya, memang bola ini yang melakukannya dan bukan aku.

Tiba-tiba seisi kafe dikejutkan oleh kedatangan seorang Pembantu Direktur yang dikawal oleh beberapa pengawas berwujud gargoyle. Tidak ada yang berani bicara saat itu termasuk pula aku yang terhenyak melihat sayap yang terentang lebar dibalik punggung Pembantu Direktur itu. Aku semakin ketakutan saat melihatnya menatap bekas terbakar dikakiku ini.

"Pak Tiberias, anak-anak nakal ini sudah diperingati untuk tidak mengadakan keributan namun mereka masih melakukannya seperti yang bapak lihat." salah-satu gargoyle itu berujar sambil mengubah tubuhnya kembali ke wujud manusia.

"Jadi kalian sudah sering melakukan kekerasan disini!?" suara membahana Pak Tiberias menggema diseluruh wilayah kafe. Semua mahasiswa dibuat bergidik ketakutan, terutama mereka yang tadi membully-ku.

"Pergilah menghadap bagian konseling, untuk kalian semua para The Powers yang berkelahi disini!" Dengan tubuh merinding dan keringat dingin bercucuran mereka berjalan menuju bagian konseling dengan dikawal beberapa pengawas gargoyle itu. Sementara dua pengawas lainnya mengiringi Pak Tiberias yang tengah mendekatiku.

"Berapa usiamu?" Pak Tiberias mulai bicara dan masih memperlihatkan wajah datarnya.

"Maafkan saya pak, saya bahkan tidak tahu darimana ..."

"Jawab pertanyaan saya!!"

"De-de-lapan belas tahun pak!" mendengar jawabanku Pak Tiberias terdiam sesaat lalu berbicara pada dua pengawas dibelakangnya. lima kata yang membuatku tersentak mendengarnya.

"Bawa dia menghadap Ketua Direktur."

Dua pengawas ini kembali berubah wujud menjadi gargoyle dan memegang erat masing-masing lengan bahuku. Philip, Jace dan yang lainnya terlihat menatapku dengan syok, sementara aku hanya membalasnya dengan tatapan ketakutan. Ya, takut akan ancaman drop out karena melanggar peraturan. Bagaimana reaksi mama dan papa begitu mereka melihat dan mengetahui ini semua? aku pasti akan jadi pelampiasan kemarahan mereka. Dan bagaimana nasib Tante Veronica dan Om Arthur begitu mereka juga tahu ini? apalagi mereka adalah pemegang jabatan terpenting dikampus ini. Setelah keluar dari ruangan kafe yang lebar ini, para gargoyle ini mulai merentangkan sayapnya dan terbang sambil menggenggam erat bahuku. Sial aku mulai takut akan sesuatu yang akan terjadi berikutnya.

Bersambung ...


Nephilim UniversityWhere stories live. Discover now