Part 6 : Big Guy with His Large Wing's

1.3K 138 3
                                    

Terlihat disana Philip tengah diikat diatas tiang gawang football. Banyak para mahasiswa disana mentertawakannya, sementara anak-anak dari Kelas The Powers itu sibuk melemparinya dengan balon karet yang diisi air. Dengan cepat aku berlari menyambar tiang football itu, namun mereka lebih dulu menyergapku dan melemparku ketengah lapangan itu. Kerumunan semakin ramai melihatku terkapar ditengah lapangan dengan dikelilingi The Powers yang sudah siap mengeroyokiku.

"Kau yang kemarin itu berlagak sok pahlawan ya, sekarang terima akibatnya!" belum sempat si besar yang kini kuketahui bernama Janax itu melayangkan pukulannya, aku lebih dulu menahan tangannya.

"Tidak hari ini." aku membalas pukulannya yang langsung mendarat tepat dirahang kanannya. Keadaan semakin memanas dan riuh para mahasiswa lainnya semakin meriah, para The Powers ini semakin berang dan mulai menyerbuku secara membabi-buta. Perkelahian semakin sengit, namun entah kenapa mereka yang berbadan besar-besar malah kalah ditanganku yang bertubuh sedang tanpa postur kekar sedikitpun.

Satu demi satu dari mereka roboh dihadapan kepalan tanganku. Hingga terjadi sesuatu, aku terlempar dan membentur tiang gawang itu, tepat tidak jauh dibawah Philip. Saat aku menoleh ke tengah lapangan sana, kulihat Janax tengah mengarahkan ujung belati miliknya kearahku. Ujung belati itu bersinar putih kemerahan dan mengeluarkan asap. Tunggu, bagaimana bisa dia melakukan itu? kekuatan magis macam apa itu? dasar pengecut. Perkelahian ini jadi berat sebelah.

"Hei, bertarunglah dengan seimbang!" Aku memaki kearah Janax dan malah ditertawakan oleh teman-teman The Powers-nya.

"Ini adalah Universitas untuk yang terkuat dari yang terkuat, aku tidak tahu kalau 'Eight Balls' sepertimu bisa diterima masuk kesini, mengotori kampus ini saja!"

Berang mendengar makian itu aku berlari memburunya, namun Janax dengan tenangnya juga bergerak memburuku. Sesuatu yang membuatku terkejut ialah sepasang sayap besar keluar dari punggungnya, membuatnya terbang tinggi lalu menukik cepat kearahku dengan tangan yang tengah bersiap mengayunkan belatinya kearahku. Aku berhenti berlari dan bersiap untuk serangan itu, setidaknya hingga kami dikejutkan oleh beberapa makhluk yang melerai kami. Jumlahnya ada enam, berwujud seperti gargoyle namun bukan bersayap kelelawar melainkan sayap burung elang mirip malaikat. Seketika seisi lapangan terdiam ketika para gargoyle itu berubah wujud menjadi manusia, aku kenal wajah-wajah ini. Mereka para pengawas asrama, tiga diantaranya adalah pengawas asramaku.

"Ada keributan macam apa ini?" Salah satu manusia-gargoyle itu membentak kearah kami.

"Kalian tidak berhak ikut campur, kalian cuma pengawas gedung." Makian sombong Janax membuat salah satu dari mereka menodongnya dengan sebilah tombak.

"Jelas kami berhak, karena sudah jadi tugas kami untuk memastikan agar bocah ingusan semester satu dan dua seperti kalian tetap mematuhi peraturan di Universitas ini, setidaknya sampai tujuh tahun masa pendidikan kalian disini." si pemegang tombak mulai menceramahi Janax yang memang menurutku sifatnya cukup kurang ajar.

"Kalian adalah mahasiswa dari kelas lingkup kedua The Powers, setidaknya tunjukan contoh yang bagus untuk kelas lingkup lainnya mengingat prestasi kalian dibidang olahraga cukup bagus."

"Kami tidak ingin mendengar lagi ada keributan disini, kecuali jika kalian ingin kami melapor pada pihak direktur dan mengajukan tuntutan untuk men-drop out kalian dari sini."

"Satu hal lagi dan ini juga berlaku untuk kalian para mahasiswa semester satu, kalian tidak diperkenankan menggunakan kekuatan kalian disini termasuk merentangkan sayap sampai kalian masuk semester tiga!"

Mendengar kalimat dari tiga pengawas itu suasana semakin sunyi, semuanya terdiam seribu bahasa tanpa ada yang berbunyi sekalipun itu hanya bisikan. Anak-anak The Powers sudah membubarkan diri dan kembali ke asramanya masing-masing, sementara kerumunan ini masih memenuhi lapangan football ini dan menatap kearahku ketika salah satu pengawas itu mendekatiku.

"Kau dari kelas Archangel, benar?" salah satu dari mereka bicara padaku.

"Ya benar, dan aku tidak punya niat untuk cari masalah disini mengingat aku juga dari semester satu."

"Lalu kenapa kau mengadakan keributan disini?"

Aku tidak memperdulikan pertanyaan itu dan langsung memanjat tiang gawang, tepat dimana Philip masih terikat erat disana. Dengan cepat aku memotong tali itu dan menggendongnya turun kebawah.

Para pengawas mulai mendekatiku lagi ketika aku masih membantu Philip berdiri.

"Aku hanya ingin agar teman-temanku merasa aman disini." Aku memohon pada para pengawas namun mereka malah meninggalkanku, kembali berubah wujud menjadi gargoyle dan terbang meninggalkan kami. Tanpa memperdulikan kerumunan yang masih menatap kami, aku membawa Philip ke kamarnya.

***

"Maafkan aku karena sering merepotkanmu." terlihat Philip masih mengaduh ketika aku memberinya cokelat panas.

"Ini adalah masalahku dengan Janax, harusnya aku yang minta maaf karena kau jadi korban atas masalah kami."

Kami berdua terdiam beberapa saat hingga kusadari ada yang aneh dengan Universitas ini.

"Kau tidak merasa bingung atas apa yang terjadi hari ini?" Pertanyaanku sama sekali tidak membuat Philip kebingungan.

"Tidak, kenapa memang?"

"Maksudku lihat saja, Janax melempariku dengan gelombang ultrasonik atau apalah sebutannya, berwarna merah terang dari belatinya, lalu para pengawas disini datang melerai kami dengan wujud seperti gargoyle, tidakkah menurutmu itu agak aneh?"

"Aneh apanya, menurutku normal-normal saja."

Jawaban datar Philip membuatku semakin penasaran soal kampus ini. Hingga kuputuskan untuk diam saja dan kembali ke kamarku. Satu hal yang pasti sejak pertama kali Tante Veronica dan suaminya mendaftarkanku ke kampus ini, mereka tidak bilang padaku kalau suasana kampus ini jadi serasa mirip Hogwarts. Sihir, makhluk buas ukuran besar, gedung-gedung besar bernuansa gothic, yang pasti nanti aku harus cari tahu sendiri.

Bersambung ...


Nephilim UniversityWhere stories live. Discover now