Part 11 : Sammael The Fallen Angel

1.2K 124 9
                                    

Seisi mahasiswa juga dibuat ketakutan setengah mati. Karena selain tujuh orang berpakaian rahib itu, muncul pula beberapa makhluk berwujud seperti manusia, namun sekujur tubuhnya seperti lahar merah panas dan tangan kanan mereka berkuku panjang. Para pengawas saling todong dengan makhluk-makhluk itu. Seluruh mahasiswa terdiam ketakutan dan beberapa dosen mulai menggenggam erat senjatanya masing-masing sambil merentangkan sayap lebar dipunggung mereka, kulihat diantara mereka para dosen ialah Tante Veronica dan Pak Ketua Direktur.

"Einstein De Chatillon, kau terlihat semakin tua." si pria dalam mimpiku itu tersenyum dengan tatapan mata tajam kearah Pak ketua Direktur.

"Sammael, kau sendiri tidak bertambah tua sejak terakhir kita bertemu 300 tahun lalu ..."

"... di peperangan sengit yang indah, ya aku tahu itu." pria bernama Sammael itu memotong ucapan Pak Ketua Direktur. Tante Veronica yang sedari tadi sayap besarnya terentang lebar, mulai mendekati Pak Einstein sambil masih menggenggam pedangnya.

"Jangan sok akrab dan katakan saja apa yang kau mau. Aku selalu tahu jika kau pergi jauh dari Underworld, artinya ada sesuatu yang kau incar. Termasuk jika kau harus datang ke kampus ini." suara Tante tadi membuat Sammael menyengir.

"Veronica Johansson, ah iya aku hampir tidak mengenalimu. Kau semakin cantik saja, tapi maaf ini adalah perbincangan para pria."

"Ve, jangan." Pak Einstein menyuruh Tante untuk tidak bertindak ceroboh ketika Tante Veronica mencoba mengangkat pedangnya. Saat itu pulalah salah satu pria rahib lainnya ikut menodongkan pedangnya yang juga disuruh diam oleh Sammael.

"Dengarkan apa kata bosmu, Lady Ve."

"Balthazar, kau juga diamlah." Sammael juga menyuruh pria itu untuk tidak mengambil tindakan ceroboh. Kembali Sammael bicara pada para dosen.

"Jadi, sekarang kalian telah pensiun dari pekerjaan lama kalian sebagai Garis Depan Armada Bala Tentara Surgawi, dan kini kalian menghabiskan masa-masa tua kalian sebagai Tenaga Pengajar untuk para Nephilim-Nephilim yang masih bau kencur ini." dengan tatapan mengejek, Sammael memandang ke seluruh mahasiswa yang berkerumun disini. Grey yang sejak tadi disampingku semakin menggenggam erat lengan kiriku. Mata birunya mengeluarkan sedikit cahaya.

"Kami sama sekali tidak pensiun, jika kau ingin perang waktu itu dilanjutkan sebaiknya jangan ambil tindakan pengecut dengan memulainya dikampus ini." Pak Tiberias ikut menjawab sambil memegang pedangnya.

"Satu-satunya yang pengecut itu adalah kalian, aku datang kesini sendirian bersama enam pengawalku tanpa satupun rekan-rekanku sesama Fallen dan hanya diikuti oleh beberapa prajurit iblis yang dengan sukarela mengikuti kami kesini. Sementara kalian walaupun hanya berstatus pensiunan anak buah Michael tapi kalian berjumlah lebih banyak dari kami, ditambah lagi ini diwilayah kalian sendiri." Sammael mulai memandang ke seluruh penjuru kampus. Tidak ada satupun mahasiswa yang berani menatapnya. Semuanya gemetaran diselubungi ketakutan mereka sendiri.

"Mereka cuma anak-anak, jika ada yang ingin kau bicarakan sebaiknya katakan saja baik-baik dan kita diskusikan bersama sekarang sampai tuntas." Pak Ketua Direktur mulai mendekati Sammael berniat mengadakan diskusi.

"Mereka mungkin cuma anak-anak tapi itu untuk sekarang. Jangan pura-pura baik padaku, karena aku tahu apa yang akan kau lakukan untuk mereka."

"Aku tidak mengerti kau bicara apa, sekali lagi kutegaskan mereka cuma anak-anak!" Suara tegas Pak Einstein membuat Sammael mencabut pedangnya dan menodongnya kearah leher Pak Einstein.

"Hanya karena kau adalah salah satu pemimpin kegelapan, bukan berarti kami akan gentar padamu, ingatlah Tuhan sudah mengusirmu dari IstanaNya bersama komplotanmu yang lain yang mana itu berarti kami tidak akan takut padamu." Pak Tiberias mulai menghardik sementara Sammael meneruskan ucapannya.

"Ya tentu saja Dia mengusir kami, tapi jangan lupa kalau Dia juga memberi kami kesempatan sebisa kami untuk mempengaruhi umat manusia untuk berbuat dosa. Dan melalui kesempatan itu kami memilih untuk membuat ide yang lebih bagus yaitu membangun pasukan-pasukan untuk memulai kembali perang yang waktu itu sempat tertunda."

"Pasukan kami masih sama banyaknya seperti dulu, lalu apa yang membuatmu berpikir kalau kau akan memenangkan perang kedua ini?"

***

Ya ampun dasar orang-orang tua, sibuk mengobrol tentang sesuatu yang bahkan baru kali ini kudengar. Aku bahkan masih belum menangkap apa pembicaraan mereka lagipula siapa itu Michael?

"Sebenarnya apa yang mereka bicarakan?" pertanyaanku pada Grey hanya dijawab dengan gelengan kepalanya. Selesai berbincang-bincang, Sammael mendekatiku. Balthazar juga menyuruh Grey untuk menyingkir dan langsung dituruti oleh Grey yang masih tenang menggenggam belatinya.

"Pisau itu tidak berarti apapun bagiku, sayangku." ucapan sombong Sammael membuat geram Grey. Sammael mendekatiku dan tangan kanannya mendekati leherku.

"Jangan sakiti anak didikku!" Tante Veronica berteriak pada Sammael namun langsung dicegat dan ditodong oleh dua pria berpakaian rahib lainnya.

Kurasakan tangan Sammael yang sedingin es namun juga sepanas besi cair mulai mendekati kulit leherku. Telunjuknya langsung mengait kalung dileherku dan mengusap liontin ini dengan jempolnya. Batu permata berwarna biru gelap ini semakin mengkilap.

"Titip salam dari mendiang istrimu, dia bilang kau harus cari jawabannya sendiri. Jawaban untuk pertanyaanmu dan untuk pertanyaan para dosenmu itu ..."

"... Gabriel."

"Bagaimana kau tahu namaku?" suara serakku meluncur dari tenggorokanku. Sammael hanya mengangkat alis kirinya seraya tersenyum mengejek.

Black hole diatas kami semakin melebar dan tiupan anginnya semakin kencang. Sammael dan pengawalnya merentangkan sayap mereka. Kini tujuh orang berpakaian rahib ini terbang keatas langit masuk kedalam black hole itu, sementara prajurit iblis bertubuh seperti lahar itu ikut mengeluarkan sayap dan terbang mengikuti tujuh orang itu masuk kedalam black hole. Langit yang tadinya berwarna kelam kini kembali cerah, dan suasana kampus kembali tenang walaupun para mahasiswa masih merasa syok.

"Baik anak-anak, kembalilah ke aktifitas perkuliahan kalian. Ini sudah selesai." Pak Einstein berbicara lantang yang langsung direspon oleh seluruh mahasiswa termasuk para pengawas. Situasi kembali tenang seperti tidak terjadi apa-apa sementara aku sibuk berlari mendekati Tante Veronica dan Grey pergi sendiri ke asrama Jace.

"Madam, ada yang ingin saya bicarakan."

"Sebaiknya nanti saja, saya sedang sibuk. Jadi kembalilah ke asrama dan kerjakan PR-mu."

"Tapi Madam ..."

"Maaf Gabriel, tapi tidak pakai tapi-tapian. Seperti apa kata orang itu. Carilah jawabanmu sendiri, dan carilah disaat yang tepat karena empat minggu lagi kita akan memasuki Ujian Akhir Semester jadi sebaiknya persiapkan dirimu dan pelajarilah Bab 1 sampai 8 mulai sekarang."

Tante Veronica terbang meninggalkanku. Ya ampun, aku bahkan tidak tahu kalau UAS akan diadakan empat minggu yang akan datang. Ya sudahlah, nanti kucari tahu sendiri setelah belajar.

Nephilim UniversityOnde histórias criam vida. Descubra agora