Part 13 : At Deryck's Home

1.1K 104 0
                                    

 Dua minggu telah berlalu, aku keluar dari gedung kuliah agak terlambat hari ini, karena selama dua minggu ini aku harus menyelesaikan semua tugas harian sebelum libur pra UAS yang akan dimulai lusa. Sesuai rencana, kami harus berkemas malam ini agar bisa langsung berangkat kerumah Deryck besok pagi. Saat akan berjalan menuju asrama, aku berpapasan dengan Felicia.

"Hai Gabe, bagaimana tugas-tugas harianmu?"

"Sudah kuselesaikan semuanya hari ini, tinggal berkemas untuk berangkat besok."

"Wah bagus kalau begitu, jadi kita bisa berangkat lebih awal."

"Iya, ngomong-ngomong apa yang kau bawa itu."

"Hasil print rangkuman tugas-tugas terdahulu, siapa tahu berguna nanti. Kau tidak ada tugas rangkuman?"

"Akan kutanya pada Philip, mungkin dia punya."

"Ya sudah kalau begitu. Hey mau ke kafe?"

"Aku langsung ke asrama saja, sambil mempersiapkan semua yang kuperlukan."

"Ya sudah aku duluan ya." Felicia berpamitan padaku dan aku membalasnya dengan senyuman.

Agak lega rasanya, semua tugasku telah selesai. Tidak ada lagi kewajiban yang perlu kulakukan termasuk semua laporan essay-ku. Karena sepanjang tiga hari terakhir ini aku hanya tidur selama dua jam per malamnya, maka sebentar saja aku menghempaskan tubuhku di ranjang aku sudah terlelap.

Malam hari telah tiba, saat aku terbangun kulihat teman-teman sekamarku sudah mengepak barang-barangnya masing-masing.

"Hai Gabe, minumlah ini dulu sebelum mengepak barang-barangmu." Joshua menawariku teh jahe hangat.

"Terima kasih Josh."

"Hey Gabe, bagaimana tugas harianmu?" Gilbert bertanya padaku setelah selesai mengepak barangnya.

"Sudah semua, tinggal berkemas sebelum berangkat besok."

"Kalau begitu siapkanlah semua keperluanmu, buku, pakaian, laptop, semuanya dan jangan sampai ada yang tertinggal."

"Baiklah, aku akan berkemas sekarang."

Aku langsung menyiapkan semuanya, waktu masih menunjukkan pukul tujuh malam. Masih ada waktu untuk berkemas sebelum tidur.

Siang hari setelah upacara penutupan kegiatan belajar mengajar, aku langsung berlari keluar gerbang lingkungan kampus. Disana semuanya telah menungguku sejak tadi bahkan mereka sampai tidak ikut upacara tadi pagi.

"Upacaranya selesai?" Gilbert langsung menyalamiku.

"Ya, semua pengumuman dan hal-hal penting sudah kucatat."

"Bagus kita tinggal menunggu Deryck datang." Felicia ikut menyahut.

"Hey kau lama sekali, kami sudah menunggumu dari tadi." Rachel bicara pada Deryck melalui telepon. Deryck sendiri sedang dalam perjalanan menuju kemari dengan membawa mobil besarnya. Aku bisa mendengar suara Deryck disana yang sengaja dibesarkan volumenya oleh Rachel.

"Sabar sedikit, sebentar lagi aku tiba disana."

"Kau saat ini sedang dimana?"

"Aku masih di jalan, disini sedang macet."

"Hubungi kami jika kau sudah mulai masuk ke jalan menuju gerbang lingkungan kampus."

"Oke oke, nanti kuhubungi lagi."

Setelah satu jam penuh menunggu, kami mendengar suara klakson diujung sana. Terlihat diujung sana dua minivan besar tengah berjalan kearah kami. Deryck dan Steward sudah tiba disini membawa mobilnya masing-masing.

"Oke, bawa masuk semua barang-barang kalian ke bagasi." Deryck berteriak karena telinganya berdenging setelah mengobrol dengan Rachel di telepon tadi. Setelah selesai memasukkan barang-barang kami, mobil kini meluncur menuju rumah Deryck. Didalam mobil mereka semua asik mengobrol, makan, memainkan laptop, bermain game, mendengarkan musik, aku disini hanya tidur-tiduran sambil memandang pemandangan pinggir jalan diluar sana yang kebanyakan ditumbuhi begitu banyak pohon cemara. Suasana disini memang sangat tentram karena butuh waktu setengah jam dari wilayah rumah Deryck untuk bisa mencapai pasar kota, satu-satunya lokasi paling ramai diwilayah dimana Deryck tinggal, yang artinya lingkungan tempat tinggal Deryck memang jauh dari kebisingan khas perkotaan.

Tiba di tujuan, semua yang naik mobil berhamburan keluar. Ada yang langsung menyambar bola basket di pekarangan, ada yang langsung memainkan skateboard, Rachel sendiri langsung memeluk Humprey, anjing peliharaan Deryck. Kulihat di beranda depan sana Kakeknya Deryck tengah asik menyeruput teh hangatnya bersama Neneknya Deryck yang tengah asik merajut ... emmm mungkin itu sweater, mungkin juga topi hangat.

"Selamat siang Paman, Bibi, maaf kalau mengganggu." Aku dan Grey tengah menyalami mereka berdua.

"Selamat datang anak-anak, tidak usah malu-malu anggap saja rumah sendiri." Mereka berdua menyambut kami dengan senyuman ramah.

Kulihat disini ruangan interior Deryck terlihat sederhana khas rumah-rumah di kompleks perumahan pada umumnya. Namun aku melihat ada banyak benda-benda antik, seperti pedang milik pasukan templar mungkin dari tahun 1187, sebuah tameng besar dengan gambar singa kuning ditengahnya, dua unit baju zirah, dan banyak benda-benda bersejarah lainnya yang kelihatanya pernah dipakai pada masa perang salib dulu, entahlah aku tidak begitu tahu. Kulihat disana Josiah, Joshua dan Steward tengah asik mengacak-acak isi kulkas Deryck. Gilbert sendiri sedang asik melihat-lihat beberapa buku kuno yang mungkin juga berasal dari abad pertengahan. Sebastian dan Grey sedang asik memainkan laptop di sofa tamu tepat dihadapanku sementara aku hanya duduk sendirian disini terpaku seperti idiot. Tanpa memainkan apapun, karena saat ini aku tengah fokus kearah seseorang gadis didapur sana. Berambut panjang sepunggung, berkulit putih cerah dan agak pendek, mungkin tingginya hanya setinggi bahuku. Melihat gerak geriknya yang terlihat akan berjalan menuju meja didepanku, aku buru-buru membuka buku pelajaran di tasku. Berusaha terlihat seolah-olah aku tengah sibuk dengan bacaanku, hingga suara nampan terdengar seperti sedang diletakkan didepanku.

"Silahkan diminum es lemonnya."

"Iya terima kasih." aku menjawab kearahnya, astaga! aku terkesima melihat wajah itu. Sepasang mata bundar yang menyipit dengan bola mata biru terang, senyum yang imut, pipi yang menggemaskan, poni yang menutupi sepanjang keningnya, lebih terlihat seperti anak SD yang baru masuk SMP, bentuk paras ini persis seperti Sevilla, almarhumah istriku.

"Kak, minumannya ..." aku tersadar dari lamunanku saat gadis ini menjentikkan jarinya didepan hidungku. Sial, minuman yang kupegang tumpah dan membasahi celana bagian lututku.

"Eh, iya maaf."

"Akan kuambilkan lap." gadis ini berlalu kembali kedapur saat kulihat dua orang yang duduk disofa tepat didepanku. Sebastian dan Grey menatapku dengan mata menyipit dan bibir menyengir. Aku hanya memperlihatkan ekspresi heran. Gadis itu kembali dengan membawa lap kearahku yang langsung kuambil.

"Tidak apa apa, aku bisa bersihkan sendiri." kataku sambil tersenyum.

"Oke, cemilan ada didapur jika kakak mau."

"Baiklah." aku semakin tersenyum mendengar suara 'loli' itu. Sementara dua orang didepanku ini semakin terkekeh-kekeh melihatku. Bahkan Gilbert yang sedang asik membaca disana ikut nyengir dan tertawa kecil sambil menatapku. Bahkan Josiah dan Joshua yang masih asik didepan kulkas tertawa saat menatapku, sepertinya mereka mulai iseng padaku atas 'bidadari' yang baru saja kutatap.


Nephilim UniversityHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin