Part 14 : 2 Weeks before Exam

1K 89 3
                                    

"Hey ayolah, tidak ada yang lucu disini." aku menghela nafas saat mereka semua serentak mentertawakanku. Tepat saat gadis itu sudah naik ke kamarnya di lantai atas. Kini mereka duduk mengerubungiku di sofa tamu ini.

"Akuilah Gabe, kau mulai tertarik dengan adiknya Deryck iya kan?" Sebastian mulai mengejekku.

"Dari caramu menatapnya hmmmm ... aku baru tahu kalau seorang eight balls juga bisa jatuh cinta." Grey ikut menimpali.

"Hati-hati bung, pandangan pertama terkadang bisa menjadi sesuatu yang buruk." Josiah ikut berkomentar disini dan sambil tersenyum tentunya.

"Iya, asal tahu saja ya, tiga dari lima orang didunia beresiko meninggal akibat serangan jantung mendadak, dan lebih dari setengahnya adalah karena jantung yang melemah saat pandangan pertama." Joshua menyambung ucapan Josiah.

"Oh ya? apa aku harus menerima saran kesehatan dari dua orang yang hobby makan hamburger kolesterol tinggi?" aku mulai menyela.

"Intinya adalah tertarik dengan lawan jenis adalah hal wajar, tapi jika dipendam terlalu dalam bisa berakibat buruk untuk kesehatanmu. Tapi seperti yang kukatakan jatuh cinta itu wajar." suara dalam Gilbert terdengar bersahabat.

"Iya, wajar saja ... selama Gabriel bisa lolos dari Deryck yang ingin memukulnya dengan stik baseball karena ketahuan pacaran dengan adik perempuannya, hahahaha." gelak tawa Steward dan Petrus mengundang Jace datang mendekati kami dari lantai atas.

"Iya aku minta maaf, aku sudah meliriknya."

"Hey tidak perlu minta maaf, menurutku pandangan pertama itu bukan sesuatu yang buruk." Felicia yang berada disamping Gilbert mulai ikut bersuara.

"Ya benar, ini kesempatan bagus untukmu. Kau harus ajak dia bicara sesekali" Rachel juga ikut bicara.

"Sudahlah teman-teman, kalau aku ingin berpacaran dengan orang lain. Aku hanya ingin orang itu bisa menjadi sosok yang sebaik dan seistimewa Sevilla. Dia harus orang yang berhati baik."

"Menurutku kau dan dia terlihat serasi, kalian cocok sekali jika benar-benar jadian." Jace ikut angkat bicara. Ya ampun, mereka semua membuat keringat dinginku mulai bercucuran apalagi ini pertama kalinya aku berada dilingkungan ini.

"Oke oke, akan kupertimbangkan." aku mengalah saja lah, mungkin ini bisa mendiamkan mereka setidaknya selama seharian penuh.

"Yeah!!!" kerumunan didekatku kini bersorak.

"Kamar atas sudah siap, ayo naik." Deryck memanggil kami untuk naik ke kamar atas yang sudah dibersihkan sejak tadi.

"Ayo bawa tasmu keatas, dan ingatlah yang kukatakan tadi." Rachel masih menyengir kearahku.

"Aku sudah bilang tadi kan, akan kupertimbangkan."

Ada empat kamar disini yang cukup untuk tiga orang per kamarnya, cukup untuk kami semua karena Deryck akan tidur dibawah seperti kebiasaannya saat masih belum kuliah. Aku dapat kamar bersama Gilbert dan Jace. Kamar kami berada paling belakang, dan bagian teras kamar kami langsung mengarah ke pemandangan pantai yang indah. Meskipun suasana langit tengah mendung karena sebentar lagi musim dingin. Setelah meletakkan tas kami, kami yang ada didalam sibuk bersantai sementara aku berada di teras kamar sambil asik menikmati pemandangan pantai. Kulihat dibawah sana didalam sebuah gazebo di pantai itu, adiknya Deryck tengah asik menulis sebuah buku. Kutatap lebih fokus, sekuntum bunga berwarna kuning menghiasi telinga kanannya. Ya ampun, gadis itu benar-benar mengingatkanku pada Sevilla. Deryck beruntung bisa punya rumah yang tenang disiang dan malam hari. Bahkan bagian belakang rumah ini adalah pinggir laut dengan enam pohon palem. Sesaat aku tenggelam dalam suasana damai dari pemandangan yang menghipnotis ini, hingga sebuah tangan mendarat di bahu kananku.

"Huwaaa !!!!"

"Hey tenang, tenang ini aku." Deryck berhasil membuatku sedikit malu dihadapan adiknya yang kini menatapku dari gazebo itu.

"Astaga Deryck, kau mengejutkanku."

"Hehehehe melamun bukan termasuk kebiasaan baik, apalagi makan siang sudah siap. Ayo turun kebawah dan sebaiknya perutmu dalam keadaan kosong karena masakan nenekku sangat luar biasa."

"Baik-baik aku turun sekarang." aku turun mengikuti Deryck, seharusnya aku men-charge handphoneku. Pemandangan disini sangat pas untuk ku-share di social media.

Setelah selesai makan, kami mulai belajar masing-masing di dalam kamar. Semua soal sudah dipersiapkan dan tinggal diskusi antar kelompok kamar. Karena ini hari pertama, berarti hanya beberapa ringkasan materi awal saja yang kami pelajari. Sejujurnya suasana disini membuatku semakin semangat untuk belajar. Bukan hanya pemandangan pantainya yang indah, tapi juga pemandangan wajah cantik itu yang semakin memotivasiku untuk belajar. Ah sudahlah, sebaiknya kulanjutkan belajarnya dan aku cukup bersyukur karena hari pertama ini cukup sukses. Karena 80% pelajaran yang kupelajari langsung bisa kuingat dengan mudah, begitu juga Gilbert, Jace dan yang lainnya. Karena semakin semangat aku semakin melanjutkannya ke bab lain, namun tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17:45. Deryck bersama keluarganya dibantu pula oleh Rachel, Felicia, dan Grey telah menyiapkan meja besar di teras belakang untuk makan malam.

"Gabe sebaiknya kau mandi sekarang, kami sudah selesai dan sekarang giliranmu." Jace menawariku sebotol sabun cair dan krim pembersih wajah untuk pria.

"Terima kasih Jace."

Harus kuakui kamar mandi disini juga lumayan, sangat bersih dan bergaya. Entah kenapa aku merasa rumahnya Deryck jadi terasa seperti hotel resort, benar-benar full service. Selesai mandi dan berganti pakaian aku mendekati meja makan dibelakang rumah, dimana semua orang sudah menungguku. Hidangan pembuka telah disajikan dimeja kami. Benar-benar saat yang pas sekali bisa menikmati jamuan makan malam dengan suasana matahari terbenam diujung cakrawala, ditambah lagi lampu-lampu hias menerangi halaman pantai belakang kami. Semuanya sibuk menikmati makanannya dan aku sibuk mengabadikan matahari terbenam di ufuk barat sana. Untungnya baterai handphoneku sudah terisi penuh.

Malam telah tiba, suasana rumah ini sedikitpun tak kekurangan cahayanya. Ditambah lagi dengan cahaya dari rumah-rumah tetangga sebelah yang berjauhan menghiasi area pinggir laut ini. Lampu mercusuar diujung sana mulai menyala. Udara disini juga sangat pas, tidak terlalu dingin.

"Oke, sekarang tinggal tidur dan besok harus bangun pagi." Gilbert tengah merapihkan kasurnya bersiap untuk tidur.

"Ya, kurasa cukup untuk hari ini, selebihnya biarkan terjadi diesok hari." Jace juga sudah mulai mengantuk.

"Hey Gabe, kemarilah dan kita berdoa bersama sebelum tidur."

"Baik Gilbert, pemandangan indahnya harus kuakui luar biasa."

"Tergantung yang mana yang kau definisikan dengan kata 'indah' itu." Gilbert dan Jace tertawa lagi.

"Ya ya terserah kalian, sudah aku mau tidur sekarang." aku pun menarik selimut dan Gilbert mulai memimpin doa untuk kami.

"Tuhan di surga, terima kasih atas hari pertama yang penuh kesan baik ini. Izinkanlah kami untuk mendapat yang lebih baik lagi di hari esok. Akan ada tantangan besar yang akan tiba menghampiri kami sebagai ujian atas keteguhan hati kami untuk selalu manjadi anak-anakMu yang beriman dan berhati nurani. Berkatilah kami dengan segala kemenangan dalam misi besar kami yang akan datang nanti. Dan jika kami gagal janganlah Engkau biarkan kami larut dalam keterpurukan, dan berikanlah kami semangat baru untuk memperbaiki setiap kesalahan kami baik yang disengaja maupun yang tidak. Dalam namaMu Tuhan kami berdoa."

"Amiiin ..."


Nephilim UniversityWhere stories live. Discover now